102 INT. KAMAR MANDI - MALAM
Martin berdiri di bawah pancuran air-tanpa melakukan apapun.
CUT TO:
103 INT. KAMAR MARTIN - MALAM - HUJAN
Martin terjaga di atas tempat tidurnya. Lalu merasakan sesuatu yang aneh di sekitar sana. Ia memandangi pintu kamarnya.
CUT TO:
104 INT. KAMAR RIZKA - MALAM - HUJAN
Martin membuka pintu yang tidak terkunci. Rizka sedang terlelap. Lampunya padam. Martin mendapati bayang di dekat jendela. Sebuah petir menerangkannya. Seorang yang sedang duduk di kursi roda, dan seorang berambut panjang yang berdiri di belakangnya.
CUT TO:
105 INT. KAMAR BEN - MALAM - HUJAN
Gambar di dinding tidak dihapus Ben. Melainkan ia menambahkan bentuk dagu Rizka. Pada garis yang sebelumnya merupakan patahan mulut Rizka, diletakkan bibir-walaupun di sisi kiri dan kanan wajah masih tampak garis patahan tersebut.
Ben masih belum tidur ketika sebuah petir menyambar malam itu. Ia sedang memikirkan sesuatu-perkataan Dea siang itu. Berbaring di ranjang dengan kedua tangan sebagai bantalnya.
CUT TO:
106 INT. LANTAI DUA - MALAM - HUJAN
Ben hendak pergi ke kamar mandi ketika melihat ruangan Rizka sedikit terbuka. Ben membuka pintunya lebih lebar.
CUT TO:
107 INT. KAMAR RIZKA - MALAM - HUJAN
Kamar Rizka berantakan. Hujan lembaran-lembaran kertas terjadi. Dari tempatnya Ben bisa melihat seseorang yang lain sedang berdiri menghadap jendela.
Ben menghidupkan lampu di dekat pintu. Kertas-kertas tak lagi berjatuhan dari langit melainkan sudah bertumpuk di lantai bersama dengan buku-buku dan lukisan hadiah Ben untuk Rizka kemarin malam. Rizka terbangun dari tidurnya, terkejut.
RIZKA
"Kak Ben? Ada apa?"
Ben tidak menjawabnya. Ia merasa lebih tertarik pada sosok yang ia kenal namun tidak kunjung berbalik. Ben masuk menerobos terus ke ujung kamar. Rizka pun mendapati sosok yang sama. Ragu, Ben menggapai sosok tersebut dengan tangannya, dan perlahan membuatnya berbalik. Martin memandanginya.
RIZKA (CONT'D)
"Kak Martin?"
Martin memandangi Rizka sejenak, pada Ben lalu kemudian pergi meninggalkan mereka.
RIZKA (CONT'D)
"Kak Ben ada apa?"
Ben tidak menjawab. Ben sibuk dengan pemikirannya sendiri (melihat lukisannya di lantai) sebelum akhirnya mengangkat kepalanya dan mengejar Martin.
CUT TO:
108 INT. LANTAI DUA - MALAM - HUJAN
Ben bergerak dengan langkah besar dan cepat. Menahan Martin ke dinding kamarnya sebelum ia berhasil masuk ke dalam kamar. Keduanya saling bertatapan. Rizka berada di ambang pintu memperhatikan.
BEN Bukan berarti Kakak lahir lebih dulu, membuat Kakak bisa berbuat seenaknya. Apa yang Kakak lakukan dengan lukisanku?
Martin tidak menjawab.
BEN
"Jawab, Kak!"
Rizka bergerak mendekat.
RIZKA
"Hentikan, Kak. Tidak perlu seperti ini."
BEN
"Tapi dia sudah merusak lukisan yang aku kasih."
Rizka memandangi Martin.
BEN (CONT'D)
"Kenapa melakukannya, Kak? Kakak suka dengan Rizka? Iya? Jawab, Kak!"
Rizka tersentak. Bagaimanapun ia harus melakukan sesuatu saat itu.
RIZKA
"Kak Ben. Ayolah. Jangan seperti ini. Ini hanya masalah kecil, Kak."
Cukup lama Ben baru melepaskan Martin. Ia pergi ke kamarnya dengan tergesa.
BEN
(Berbisik)
"Masalah kecil."
Pintu kamar Ben terbanting. Rizka memperhatikan itu sebelum akhirnya kembali pada Martin.
RIZKA
"Maafkan Kak Ben ya, Kak. Rizka yakin Kak Ben hanya-"
MARTIN
"Tidurlah."
Martin masuk ke kamarnya. Meninggalkan Rizka di sana sendirian.
CUT TO:
109 INT. KAMAR RIZKA - MALAM - HUJAN
Rizka memandangi lantai kamarnya yang berantakan. Satu per satu dipungutnya lembaran-lembaran itu tanpa harus memperhatikan itu bagian dari buku yang mana. Saat ia sedang mengumpulkan kertas-kertasnya, lampu ruangan hidup-mati sebelum kemudian mati sempurna. Rizka memperhatikan lorong lantai dua yang menyala.
RIZKA
"Luar biasa."
Rizka kembali mengutip lembaran-lembaran dengan cahaya dari lorong yang cukup membantunya. Tanpa sengaja ia menyentuh sesuatu di belakang sikunya, Rizka menemukan sebuah kursi roda dengan kaki disana.
Rizka menaikkan pandangannya ke atas. Sesosok pria paruh baya duduk. Tubuh pria itu tidak bersandar dengan baik di kursinya. Ia terjatuh dengan satu bahu lebih tinggi dari yang satunya dan kepalanya miring ke kanan. Rizka terduduk di lantai. Sesuatu bergerak dari kejauhan (sebuah langkah) di sisi kegelapan ruangan yang lain.
POV:
Rizka mendapati seorang perempuan berambut panjang merangkak cepat ke arahnya dari kegelapan. Wajah perempuan berambut panjang berada tepat di depannya.
CUT TO:
110 INT. RUANG DI BAWAH TANGGA - MALAM
Sosok yang mengenakan jas biru gelap sedang duduk di kursi yang paling dekat dengan pintu-menghadap sesajen yang sudah berkurang. Ia memainkan sebuah apel di tangannya dengan melemparkannya berkali-kali ke udara dan menangkapnya.
Rizka terdengar berteriak.
EXTREME CLOSE UP:
Di tangannya, sosok itu menahan apel yang semenjak tadi dimainkannya.
CUT TO:
111 INT. LANTAI DUA - MALAM
Sepasang sepatu hitam bederap cepat. Sosok pria yang mengenakan jas biru gelap dan kepala kain karung mengarah pada pintu kamar Rizka dan membukanya.
CUT TO:

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Keluarga
УжасыSCRIPT: FEATURE FILM. Setiap Keluarga Punya Cerita (Kelam) ---- Dengan penambahan lebih dari 20 halaman A4, baca edisi revisi cerita ini di bit.ly/naskahceritakeluarga. Gratis! Selamat membaca!