Scene 155: Ritual Part. 1

743 7 0
                                    

155 INT. RUANG DI BAWAH TANGGA - MALAM

WIDE:

Orang-orang duduk dalam ketegangan (Ayah, Ibu, Wina, dan Martin yang diikat di kursi).

Tidak seperti urutan di meja makan, kali ini tidak ada yang duduk di ujung meja. Di sisi kiri meja (berurutan): Ayah, Ibu, Wina. Di sisi kanan (di hadapan Ayah): Martin.

Pintu ruang di bawah tangga dibuka dengan Adam dan Rizka yang ada di ambang.

BEN

"Kak."

Rizka dipaksa masuk-Ben menyusul di belakang. Pintu tertutup tanpa ada yang menarik ataupun mendorong. Pelayan datang dari kegelapan dan berdiri di pintu-menjaga. Adam mendorong Rizka pada Ben. Ben memegangi Rizka di lengannya. Adam mengambil duduk di sebelah Wina.

AYAH

"Duduklah."

Ayah memandangi Ben dan Rizka.

AYAH (CONT'D)

"Agar ritual segera dilaksanakan dan kita semua bisa pergi beristirahat di malam yang melelahkan ini."

Ben maju selangkah dari tempatnya (ingin menghampiri Ayah) dan Rizka menahannya di sana. Ben memandangi Rizka namun Rizka tidak membalas, hanya memandang ke depan.

Rizka melepas tangannya dari Ben dan beranjak menuju kursi di sebelah Martin.

Ben menatap Rizka sekali, lalu pada barisan dimana Ayah dan Ibunya berada.

BEN

"Kita akan melakukannya? Mengorbankan satu per satu nyawa orang lain untuk harta yang tidak akan kita bawa ke makam? Gila!"

Pelayan tampak ingin bergerak dari tempatnya-menghampiri Ben.

IBU

"Biarkan saja."

Ben memandangi Pelayan sejenak.

BEN

"Ma, Mama tahu kita semua tidak seharusnya berada di sini melakukan ini! Kita seharusnya berada di ruang luar, membicarakan keluarga, masalah sekarang dan masa depan. Bukannya mencoba memutuskan siapa yang seharusnya mati dan siapa yang tidak. Lakukan sesuatu, Ma."

Ibu menunduk, tidak mengatakan apa-apa.

AYAH

"Itulah yang coba kita bicarakan disini, kelangsungan keluarga! Sekarang hentikan bualanmu dan duduklah! Biarkan kematian yang kemudian mengambil alih!"

Ben tidak menggubris Ayah, namun justru menghadap Wina.

BEN (CONT'D)

"Kak Win? Kakak menerima begitu saja cerita keluarga Kak Adam yang ternyata sangat busuk ini tanpa ada niat untuk mengingatkan bahwa seluruh ceritanya adalah salah? Lalu kemudian setelah bertahun-tahun, menyeret Danu juga ke dalamnya, sebagai pemeran utama yang mengorbankan atau justru dikorbankan?"

WINA

"A-aku."

Ayah memberikan kode pada Pelayan agar mendudukkan Ben ke kursinya.

ADAM

"Jangan dengarkan, Wina. Dia hanya mencoba mengaburkan persepsi tentang hal-hal yang benar."

Pelayan mendekati Ben, menariknya pada kursi. Ben berusaha melepaskan diri tapi tidak bisa.

BEN (CONT'D)

"Sekarang mulailah. Agar kita bersama-sama melihat hal menyedihkan seperti apa yang telah kita perbuat."

Suasana hening. Ben didudukkan ke kursinya di sebelah Rizka.

AYAH

"Widya."

Ayah memberi tanda.

AYAH (CONT'D)

"Mulailah. Kita sudah separuh jalan. Demi keluarga ini."

Ibu memandangi Ayah, lalu kepada orang-orang di seberang mejanya. Ibu menelan ludah, memejamkan mata.

IBU

"Kami memanggilmu, wahai malaikat yang jatuh. Datang. Datang. Datang. Sebuah pengorbanan kami lakukan sebagai pengabdian padamu. Kami memanggilmu, wahai malaikat yang jatuh. Datang. Datang. Datang."


(CONT'D)

Cerita KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang