Scene 164-170: 13 Years Later

183 8 0
                                    

164 EXT. RUMAH ADAM - MALAM

Mobil Adam baru saja tiba di depan rumah dan berhenti.

SUPERIMPOSITION: 13 Tahun Kemudian

Lampu depan mobil kemudian mati.

CUT TO:

165 INT. RUMAH ADAM - MALAM - 13 TAHUN KEMUDIAN

Adam baru saja pulang dari kantor dengan sebuah tas di tangan. Samar-samar tampak LUKA GORESAN di leher bagian kanannya.

Adam menghampiri Wina yang sedang menyiapkan makan malam lalu menciumnya. Adam mengelus perut Wina yang hamil 6 bulan. ANAK PEREMPUAN mereka (9) turun dengan dari lantai dua. Anak perempuan memeluk Adam. ADAM mengelus-elus kepalanya.

ADAM

"Dimana Danu?"

Adam memandangi Wina.

CUT TO:

166 INT. LANTAI DUA RUMAH ADAM - MALAM

Adam berjalan di lorong menuju sebuah pintu yang sedikit terbuka. Ia membuka pintu lebih lebar. Di dalamnya tampak Danu yang sudah berumur 13 tahun duduk membelakangi di lantai.

CUT TO:

167 INT. KAMAR DANU - MALAM

Adam masuk.

ADAM

"Hei. Tidak turun ke bawah dan makan?"

Danu tidak menjawab apa-apa, hanya serius melanjutkan gambarnya. Adam mendekati Danu.

OVER THE SHOULDER:

Tampak sebuah gambar yang sedang digambar Danu di atas meja: seorang astronot yang sedang mendarat di bulan. Danu berpaling kepadanya.

DANU

"Sudah selesai."

Danu tersenyum ke arah Adam lalu pergi meninggalkannya di sana sendirian. Adam memandangi Danu yang pergi lalu pada gambarnya.

CUT TO:

168 INT. KAMAR MANDI - MALAM

Adam memperhatikan dirinya di cermin, diperhatikannya luka goresan di leher bagian kanannya. Adam kemudian keluar dengan membuka pintu.

CUT TO:

169 INT. RUANG DI BAWAH TANGGA - MALAM

Pintu itu tidak mengarah ke ruang manapun di rumahnya. Tidak ada Wina di sana. Ia berada di rumah lamanya. Ruang di bawah tangga.

Ruang itu terlihat berbeda sekarang; terang dengan lampu di tengah ruangan dan di dinding, terdapat lukisan-lukisan, pada meja (memakai taplak) terdapat dua buah penyangga lilin di atasnya dan kursi tambahan di kedua ujungnya.

Adam bisa melihat Martin dan Ben di sana yang semakin dekat ke tengah ruangan. Berada disana membuat Adam teringat kejadian tiga belas tahun lalu.

FLASHBACK:

170 INT. RUANG GELAP - TENGAH MALAM

IBU

"Yang memilih Ayah?"

Ibu mengangkat tangannya. Diikuti dengan Ben.

IBU (CONT'D)

"Martin, tinggal kamu yang belum memilih. Siapa yang ingin kamu pilih?"

MARTIN

"Aku memilih diriku sendiri."

BEN

"Apa yang Kakak lakukan? Memilih diri sendiri? Apa maksudnya? Hasil voting masih bisa seri. Rizka masih punya kesempatan."

MARTIN

"Tidak ada yang bisa dilakukan Ben. Semua sudah berakhir."

BEN

"Apa maksudnya berakhir?"

IBU (O.S.)

"Aturan kelima."

MARTIN

"Ketika keadaan voting seri, Setan berhak memilih siapa yang diinginkannya. Dan Rizka, dia tidak punya kesempatan, mereka akan memilihnya."

BEN

"Bagaimana Kakak bisa begitu yakin? Orang-orang mati itu mengatakannya? Bukankah setidaknya kita mencoba-dan hasil biarlah menjadi urusan belakangan?"

MARTIN

"Aku minta maaf, Ben. Tetapi ..."

IBU (O.S.)

"Aturan keenam."

MARTIN

"... voting yang sudah diucapkan tidak bisa diubah."

BEN

(Memukul meja)

"Arggh."

Rizka menunduk di tempatnya.

RIZKA

"Tidak apa-apa, Kak. Aku juga yang menginginkan seperti ini. Dan memang sudah seharusnya seperti ini."

BEN

"Kakak tidak mengerti kenapa kamu mengorbankan diri, Rizka. Benar-benar tidak. Kamu pikir orang-orang ini lebih berhak hidup dari pada dirimu? Orang-orang ini lebih baik? Kamu akan lihat bahwa kamu salah."

Ben pergi. Rizka memandanginya sejenak sebelum memandangi Ayah dan Ibu.

(CONT'D)

Cerita KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang