Banyu Untuk Milli

Ungkapan Rasa-Cinta Pertama

Saat termenung di dalam kamarnya yang masih sama, Banyu menatap keluar jendela. Ia terperangkap dalam putaran masa lalu demi sang gadis tercinta. Namun berjuta rasa syukur menghinggapi perasaan Banyu. Ia lega masih bisa melihat senyum dan tawa Milli di depan wajahnya, di dekatnya. Bukan lagi tubuh Milli yang terbujur kaku tak bernyawa.

"Banyuuu!" suara khas itu datang dari bawah. Banyu ingat betul, Milli mendatanginya setengah berlari sambil menggendong Enzo. Kala itu tanggal 15 Desember, satu hari sebelum peristiwa terbakarnya kantor pajak.

"Banyuu!" seru Milli membuka pintu dengan Enzo di dalam gendongannya. Ia tersenyum ceria, melegakan hati Banyu.

"Lo ke sini cuma mau minta anter beli sepatu. Ya kan?" tebak Banyu menoleh malas.

"Ih, kok tau?" dahi Milli mengerut, "Lo peramal ya?"

"Gue nggak mau!!" tolak Banyu langsung.

"Kok gitu?"

"Soalnya gue tau lo bakalan minta mampir nonton ke bioskop dan ngabisin uang gue!"

"Enggak kok! Paling kalo nontonnya itu bener, tapi kalo ngabisin uang lo, itu kurang tepat!" elak Milli.

"Terus tepatnya apa?" Banyu bangun dari posisi berbaringnya dan berganti meraih Enzo.

"Bukan cuma gue yang ngabisin, tapi lo-nya juga!"

"Sama aja! Kalo nggak lo ajak gue juga di rumah."

"Eh!" Milli menendang betis Banyu dengan kaki mungilnya sebelum menjatuhkan diri ke ranjang milik Banyu, "Kenapa lo nolak Aulia?"

"Bahas itu lagi!" sungut Banyu.

"Lo nggak suka apa? Dia kan cantik Nyu!"