I am sorry

1.5K 101 4
                                    

Author POV

  Di rumah pengobatan, Nura sedang berusaha mengobati para korban bersama dengan penyihir lainnya dan salah satu adalah istri kepala desa yang bernama Guya.

"Bibi berapa orang lagi yang harus diobati?" tanya Nura yang meletakkan tangan di kaki korban untuk mengobatinya.

"Tinggal 5 orang lagi Nura-san." jawab Guya sambil melihat dibalik tirai para korban.

"Syukurlah." saat Nura mulai bernafas lega, dia mendengar suara langkah kaki seperti sedang berlari.

"Guya-sama, Nura-san gawat!! Jendral Haku keadaanya mulai tidak stabil," ucap orang itu sambil terengah-engah.

"Seberapa gawat kondisinya?" tanya Guya khawatir.

"Detak jantungnya melemah dan kaonya mulai menghilang,"

"Baiklah kami segera kesana."

"Untuk korban yang satu ini kamu tolong atasi, aku sudah memperbaiki jaringan yang rusak hanya tinggal. Kau selesaikan luka-luka  kecil yang masih ada." perintah Nura dengan lembut. Setelah itu mereka menuju ruangan jendral dengan berlari.

   Di ruang jendral banyak penyihir medis yang mencoba mencegah detak jantung jendral berhenti.

"Bagaimana keadaanya?" tanya Guya.

"Guya-sama kalau kita tidak mengobatinya sekarang dia akan-" ucapan penyihir itu terhenti akibat Nura yang memotongnya.

"Tidak!!! Dia tidak akan mati." ucap Nura sambil mendekati dan meletakkan kedua tangannya di dada pemuda itu lalu mengalirkan kaonya yang berwarna hijau ke tubuh Haku.

"Untuk kalian boleh kah aku minta tolong? 4 penyihir yang ada di sini tolong obati korban yang tersisa dan untuk Guya-sama tolong bantu aku." semua orang yang mendengar itu hanya mengganguk. Guya kemudian mendekati Nura.

"Apa yang bisa aku bantu?"

"Guya-sama, apa kau bisa meracik obat antibiotik?"

"Ya aku bisa."

"Baiklah..tambahkan dosisnya sedikit saja dan campurkan dengan botol kecil di kantongku." Guya lalu mengambil botol yang dimaksud Nura dan meracik obat antibiotik.

  Setelah 5 menit meracik, Guya meminumkannya kepada Haku. Nafas Haku yang semula tidak teratur sekarang mulai membaik dan lukanya menutup secara perlahan. Namun kaonya masih tidak teratur.

"Nura-san bagaimana ini kaonya masih tidak teratur?" ucap Guya panik.

"Aku akan coba untuk membuka segel ku."

"Apa tidak apa-apa Nura-san?"

"Tenang saja, segel ini hanya untuk mengembalikan kao seperti semula, jadi kao yang dibutuhkan hanya sedikit." jelas Nura.

  Nura akhirnya melepaskan tangannya dan meletakkan tangan sejajar dengan wajahnya.

"Ritan buka." saat itu juga tangan Nura bercahaya hijau sangat terang. Dia lalu meletakkan tangannya di atas tubuh Haku dan seketika cahaya itu hilang. Kao Haku kemudian stabil dan dia mulai sadar.

"Terima...Kasih..ban..yak nona." ucap Haku terbata.

"Jangan banyak bicara dulu. Istirahatlah selama beberapa hari." ucap Nura sambil tersenyum dan mengusap keringatnya.

"Ehmm..Nura-san terima Kasih. Aku jadi merasa tidak berguna sebagai pemimpin penyihir medis di desa ini." ucap Guya sambil menunduk.

"Ah jangan begitu. Ini semua berkat antibiotik mu."

"Guya-sama semua telah diselamatkan." ucap seorang penyihir yang tiba-tiba memberikan laporan menyenangkan.

"Baiklah sekarang aku serahkan semua padamu Sira. Aku ingin mengantarkan Nura-san istirahat,"

"Baik Guya-sama." Nura dan Guya lalu meninggalkan tempat itu kemudian menuju ke rumah kepala desa.
-
-
-
  Sampai di rumah kepala desa, mereka langsung disambut oleh Sayu dan Gerian.

"Ibu sudah datang dengan Nura-chan ya," ucap Sayu sambil memeluk ibunya.

"Kamu tau nama ku dari mana?" tanya Nura yang memiringkan kepalanya.

"Dari Akito-sama."

"Oh dia."

"Nura-chan kunci kamarmu sudah aku titipkan di Yuki-chan..kau bisa ambil di kamar no 4."

"Baiklah."

"Nura-san selamat beristirahat." mereka kemudian langsung meninggalkan Nura yang menuju ke arah kamar Yuki.

Tok..tok..tok...

"Yah sebentar." ucap Yuki yang membuka pintunya.

"Nura-chan ada apa?"

"Aku hanya ingin mengambil kunci kamarku."

"Hah untung saja...aku kira dia ingin marah padaku karena aku memeluk Akito-kun." batin Yuki. Yuki yang melamun dikagetkan oleh suara Nura yang membuyarkan lamunannya.

"Oh ya tunggu sebentar." Yuki masuk ke kamarnya dan mengambil kunci milik Nura.

"Terima Kasih." Nura lalu beranjak menuju kamar di sebelah kamar Yuki, tapi sebelum dia memasuki kamar, Yuki menahan tangannya.

"Ada apa Yuki-chan?"

"Aku ingin bicara denganmu." ucap Yuki kemudian menarik tangan Nura dan masuk ke dalam kamar Nura.

"Nura-chan besok pagi kita akan merencanakan strategi untuk melawan pasukan Darkmoon." Nura yang mendengar itu hanya mengganguk dan mulai meletakkan tasnya di meja yang disediakan, sedangkan Yuki duduk di pinggir kasur.

"Tapi bukan hal itu yang ingin aku bicarakan." Nura tetap saja cuek kepada Yuki.

"Sebenarnya di hutan tadi aku menangis dan Akito-kun hanya menenangkan ku itu saja. Ja...di apa kamu marah padaku?" tanya Yuki ragu.

  Nura yang mendengar itu akhirnya meletakkan sisir dan berbalik menuju kursi sofa di kamarnya.

"Marah? Tentu saja tidak Yuki-chan." ucap Nura tersenyum.

"Tapi aku merasa bersalah?"

"Kau tak perlu merasa bersalah. Aku yang seharusnya meminta maaf karena telah salah paham. Apa kau mau memaafkan aku?" tanya Nura yang berjalan duduk di dekat Yuki.

"Tentu...aku juga meminta maaf." ucap Yuki sambil memeluk Nura.

Akito POV

  Sinar matahari yang mengenai mata akhirnya membangunkan ku dalam tidur lelap. Aku mengedipkan mataku untuk menyesuaikan cahaya matahari.

"Akito-sama waktunya sarapan. Gerian-sama sudah menunggu anda." ucap seorang maid.

"Ya baiklah, aku segera kesana." aku langsung bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.

  Hanya beberapa menit aku mandi. Aku memutuskan untuk memakai kaos abu-abu, celana hitam dan jaket yang juga berwarna hitam kemudian segera turun. Di ruang makan, semua sudah berkumpul.

"Pagi semua." ucapku yang menuju meja makan.

"Pagi juga Akito." ucap semuanya kecuali Nura.

"Apa dia masih marah padaku?" batinku.

"Akito-sama silakan duduk." ucap Sayu. Aku kemudian duduk dan menyantap makanan yang disediakan.

  Mereka semua menikmati makanan dengan tenang.tanpa ada yang bicara satu pun. Aku yang merasa tidak enak dengan kejadian kemarin di hutan tidak berani menatap Nura langsung dan hanya melirik ke arah Nura, tapi anehnya Nura dan Yuri malah terlihat begitu akur. Aku yang bingung dengan keadaan ini akhirnya memutuskan untuk bertanya setelah selesai makan.
-
-
-
-
-

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang