Hidden

969 61 0
                                    

Author POV

  Piring kotor memenuhi meja Nura dan yang lainnya. Mereka memesan 13 macam makanan khas Asia. Kebetulan restoran terdekat adalah Asia Restaurant. Dengan berjalan kaki hanya menempuh waktu 2 menit saja. Toshi terlihat masih memakan steak yang dia pesan. Yuki masih menikmati juicenya, sedangkan Nura dan Akito saling mencoba makanan yang mereka pesan. Ketika Nura ingin mencicipi brown cake miliki Akito, handphone di sakunya tiba-tiba berdering.

"Hallo? Oh Guya-san ada apa? Wah itu berita bagus. Ya sama-sama," ucap Nura setelah itu menutup handphonenya.

  Nura menghela nafas  sambil tersenyum. Ia menyendenkan punggunya di kursi.

"Kenapa?" tanya Akito penasaran.

"Tadi Guya-san memberitahu bila kondisi Gerian-sama sudah membaik."

"Syukurlah," Yuki mengosok dadanya tanda ia lega.

   Ketika mereka sedang asik berbicara, tiba-tiba saja Toshi meringis kesakitan. Ia memegang tangannya yang terlihat mengeluarkan sedikit darah. Sepertinya Toshi terlalu memaksakan tangan kanannya untuk makan.

  Nura langsung berdiri dan menghampiri tempat duduk Toshi yang berada di depan Akito.

"Jangan terlalu memaksakan tanganmu," ucap Nura sambil melepaskan perban Toshi.

"Sudahlah Nura-san aku baik-baik saja," ucap Toshi canggung.

   Akito melirik sinis Toshi dan Nura itu. Ia tahu jika Nura hanya mengobati temanya saja, tapi entah mengapa hatinya sedikit sakit saat melihatnya. Akito sempat berfikir apa perasaan ini juga Nura rasakan saat dia bersama Ellen. Dia lalu berpura-pura meminum minumannya, walaupun sebenarnya Akito tidak meminumnya.

"Sudah selesai. Hmm... Yuki-chan aku minta tolong padamu suapi Toshi ya? Kau kan partnernya, " Nura mengeluarkan senyuman menggodanya.

  Yuki yang sedang minumpun memuncratkan minumannya ke arah Akito. Ia menelan ludahnya dengan susah payah.

"Hei! Apa yang kau lakukan kenapa kau menyemprot kearahku?! " teriak Akito kesal.

"Aku?  Ke.. Kenapa aku?"

  Akito yang merasa diabaikan mendengus kesal. Ia membersihkan wajahnya dengan tisu yang ada di restoran.

"Yuki-chan anggap saja ini sebagai latihan untuk lebih dekat dengan partnermu."

"Hehehe sepertinya itu tidak perlu Nura-san," ucap Toshi sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Tidak bisa, bagaimana jika lukamu bertambah parah. Apa lagi Battle The World tinggal beberapa hari lagi. "

  Yuki lalu mengiris daging steak milik Toshi. Ia menyuapi Toshi dengan memalingkan wajahnya yang merah karena malu.

"Aaa buka mulutmu!"

  Toshi merasa tidak enak dengan Yuki. Jika saja tangannya tidak terluka kejadian ini tidak akan terjadi. Toshi kemudian membuka mulut agar makanan itu dapat masuk kedalam perutnya yang lapar. Sedangkan Nura tersenyum manis melihat kedua temannya yang saling malu-malu. Dia melihat Handphonenya yang menunjukkan pukul 6 malam.

"Aku harus segera bicara dengan ayahku," ucap Nura mendekat kearah Akito.

  Akito masih terlihat kesal, karena sikap Yuki tadi.

"Mau aku antar?" tanya Akito menaikan alisnya.

"Tidak perlu, kau bayar saja makanannya... Hehehe."

"Huh...kau memang suka mengerjaiku."

"Baiklah Yuki-chan, Toshi-kun aku pulang dulu,"

"Sekarang? Apa kau tidak mau makan lagi?" kata Yuki sambil tetap menyuapi Toshi.

"Aku sudah kenyang. Sampai ketemu besok di sekolah. Selamat malam."

  Nura kemudian keluar dari Asia Restaurant itu. Ia berjalan pelan menyusuri jalan kota yang semakin malam semakin ramai. Hana City memang kota yang ramai meski malam sekalipun. Biasanya warga desa pergi ke hutan pada saat tengah malam untuk mengadakan ritual penyembahan bagi dewa hutan. Mereka melakukan itu untuk berterima Kasih atas pemberian hutan entah itu kayu atau tumbuhan obat di sana.

  Nura berbelok ke kanan saat tiba diperempatan jalan. Sesekali matanya menelisik toko-toko yang berbaris di pinggir jalan kota.

  Beberapa menit kemudia Nura tiba di gerbang istana. Para penjaga yang ada di sana membungkukan badan tanda memberi hormat, Nura hanya menggagukkan kepalanya. Saat dia di depan pintu kerajaan yang besar dengan senang hati penjaga pintu membukakan pintu.

"Mana ayah?" tanya Nura kesalah satu pelayan kerajaan.

"Raja sedang di singgah sananya Putri," kata pelayan itu dengan sopan.

"Baiklah terima kasih."

Nura lalu menuju ke ruangan ayahnya. Ruangan itu cukup jauh dari tempatnya berdiri. Mungkin sekitar setengah menit. Ya... Kerajaan Hana City memang sangat luas dan megah.

  Nura lalu mengetuk pintu dan memasuki ruangan ayahnya. Terlihat 2 pengawal sedang berbincang-bincang bersama ayahnya.

"Ayah."

"Oh Nura kau sudah pulang,"

"Aku ingin bicara dengan ayah," ucap Nura serius.

"Boleh, bicara saja."

  Nura melirik kearah 2 pengawal ayahnya itu. Mereka yang mengerti maksud Nura kemudian membungkukan badan dan keluar dari ruangan.

"Duduklah," ucap Ara sambil mempersilakan Nura duduk.
  Nura berjalan menuju kursi di depan Ara. Belum genap 4 detik ia duduk, seorang pelayan mengantarkan 1 poci teh. Maid itu menuangkan teh ke gelas dengan sangat hati-hati. Nura memulai pembicaraan setelah maid itu pergi.

"Ayah aku tidak ingin ada kebohongan lagi, sekarang siapa ibu sebenarnya?"

"Apa maksudmu anakku?"

"Ayah aku tahu jika di diriku ini ada kao yang di segel oleh ibu. Kitsune, dia hewan yang di incar Darkmoon,"

"Sekarang aku ingin mengendalikan Kitsune itu untuk mengalahkan Darkmoon. Dia adalah orang yang sangat aku benci, tapi dia pernah menemuiku,"

"Menemuimu?" Ara  menatap Nura tajam.

"Iya, dia berkata akulah yang membunuh ibu. Dan pertanyaanku saat ini adalah, tidak mungkin penyihir biasa dapat menyegel Kitsune di tubuh seseorang dengan mudah itu sua perlu kao yang sangat besar, jadi siapa sebenarnya ibu?"

  Ara tertegun sebentar. Dia meminum tehnya yang mulai dingin. Senyuman tipis merekah di bibirnya. Memang benar banyak hal yang dia sembunyikan dari Nura, namun ia tahu sudah saatnya Nura tahu semua kebenaran dalam hidupnya.

"Dia adalah pemimpin klan Siren," ucap Ara sambil meletakkan gelasnya.

  Nura melebarkan mata tidak percaya apa yang dikatakan ayahnya itu.

"Siren?"
-
-
-
-
-
Vote dan Commend ya... Jangan lupa

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang