True Dream

902 50 0
                                    

Author POV

  Cahaya sang rembulan memaksa masuk lewat cela jendela. Suara hewan malam menemani sang Putri yang sedang merebahkan tubuhnya.

"Apa maksud tatapanya itu?"
   Nura bergumam sambil menutup matanya. Perlahan gadis itu tertidur pulas. Beberapa menit kemudian Nura menggelangkan kepalanya kasar. Dia melihat tatapan Darkmoon lagi. Bayangan pria itu menghilang dan terganti oleh siluet benda tajam. Benda runcing itu melesat tajam. Seperti panah yang ditarik mengicar seseorang. Pandangan Nura mengikuti pergerakan panah. Gadis itu membulatkan matanya. Dia melihat seorang gadis manis sedang berjalan dan panah itu tertuju padanya. Nura berteriak histeris berhasil membuat bangun dari mimpinya.

   Dia terbangun dengan nafasnya yang terengah-engah. Atap kamar ia pandang kosong.

"Mimpi? Kenapa sangat menyeramkan?" ucap Nura sambil mengatur nafasnya.

  Dia lalu menarik nafas dalam dan kembali tidur.
-
-
-

  Mentari muncul mengantikan peran bulan. Cahayanya lebih terang dari sang Purnama. Kicauan burung terdengar merdu di telinga Nura. Wajahnya terlihat buruk. Kantong hitam tersirat di bawah matanya. Bibirnya kering, suaranya terdengar serak karena terlalu sering berteriak.

   Putri itu mengambil tas yang berada di kasur lalu keluar dari kamar menuju lantai bawah. Berbagai macam makanan tertata rapi di meja makan kerajaan. Sang ayah duduk di kursi terbesar. Nura meletakkan tasnya di kursi dan duduk di seberang ayahnya.

"Kau baik-baik saja sayang?" ucap Ara khawatir.

"Yah aku selalu baik." ucap Nura dengan suara serak.

  Nura melahap rotinya cepat. Kemudian dia meminum susu cokelat. Gadis itu mengambil tas lalu mencium pipi ayahnya.

"Aku berangkat dulu."

  Juan sudah berdiri di depan pintu istana. Ia membuka pintu mobil mempersilakan Nura masuk. Juan menyetir mobil menuju sekolah. Laki-laki itu mengerutkan dahinya melihat wajah Nura. Kantong mata membuat wajahnya terlihat tidak segar.

"Apa kau tidak tidur?" tanya Juan sambil melihat melalui kaca di atas kepalanya.

"Ya begitulah."

  Nura menyandarkan punggunya di kursi. Dengan perlahan matanya tertutup, tapi tidak tertidur. Ia takut jika mimpi buruk itu hadir lagi.

"Jika kau ingin bercerita silakan."

"Apa kau janji tidak akan bilang kepada siapapun?" tanya Nura memastikan.

"Ya."

  Nura mendengus kasar, namun tetap menutup matanya.

"Sejak kejadian tadi malam. Aku selalu teringat dengan tatapan Darkmoo, dia seperti memberikan mimpi buruk padaku. Setiapa kali mencoba untuk tidur mimpi itu selalu datang."

"Mimpi apa?"

"Sangat buruk."

  Nura merasa tubuhnya berbelok ke kanan, bukan tapi mobilnya yang berbelok kearah kanan. Tanpa sengaja gadis itu kembali terlelap.

  Juan tersenyum tipis melihat tuannya yang kelelahan. Namun, 3 menit kemudian dia mendengar teriakan dari arah belakang.

   Juan memberhentikan mobilnya karena sudah tiba di sekolah. Juan keluar dari mobil. Ia membuka pintu mobil tengah dan membangunkan tuannya itu.

"Putri... Putri... Bangun!" teriak Juan khawatir. Dia menggoyang-goyangankan lengan Nura.

  Gadis itu langsung bangun dengan nafas yang terengah-engah. Setetes air keluar dari mata. Nura langsung menghabus air matanya dan mengambil tas yang berada di sampingnya. Juan kemudian bergerak beberapa langkah agar tidak menghalangi pintu mobil.

"Aku pergi dulu."

Juan melihat punggung Nura yang menjauh dengan khawatir. Sang Putri memasuki sekolah dengan langkah cepat. Ia ingin langusnv menuju kelas tanpa basa-basi. Tapi, saat tiba di taman dia mendengar suara yang memanggilnya. Nura lalu menolehkan kepala ke belakang. Tiga orang siswa sedang menghampirinya, satu orang perempuan dan dua orang laki-laki.

"Ka... Kalian?" ucap Nura gugup.

  Yuki menyipitkan matanya memastikan apa benar itu adalah Nura. Wajahnya terlihat berbeda.

"Nura-chan kau baik-baik saja?" tanya Yuki memiringkan kepalanya.

"I... Iya aku baik-baik saja."

  Nura gugup, takut akan mimpinya benar-benar terjadi.

"Sebaiknya kita segera pergi dari sini."

  Nura langsung menarik tangan Yuki tanpa memperdulikan Akito dan Toshi yang sedang bertanya-tanya. Belum genap 4 langkah, mereka semua dikagetkan oleh panah yang melesat kearah Yuki. Nura yang saat ini memegang tangan Yuki langsung melepaskan dan mendorong Yuki ke belakang. Panah itu tertancap tepat di tengah batang pohon.

"Siapa kau?!" teriak Toshi marah.

  Yuki hanya menatap kosong panah yang telah tertancap. Toshi kemudian merangkul tubuh Yuki yang bergetar berusaha menenangkannya. Akito dengan sigap memasang badan di depan Toshi, Yuki, dan Nura.

"Keluarlah!" ucap Akito dingin.

  Nura menegang. Mimpi semalam yang dialami terjadi juga. Gadis itu tak mengeluarkan satu kata pun.

  Merasa tidak direspon Akito membalikkan badan menatap dua gadis yang sedang termenung.

"Kalian tak apa?"

Yuki mengganguk diikuti Nura.

"Kita harus segera pergi." ucap Akito sambil menarik tangan partnernya.

  Toshi tetap merangkul Yuki yang terlihat masih terkejut. Nura hanya mengikuti kemanapun tarikan Akito itu. Dia tidak percaya bahwa perkataan Darkmoom serius. Panah yang tadi dia lihat sama seperti di mimpinya. Nura memegang erat tangan Akito. Laki-laki itu melihat Nura lewat bahunya. Kemudian membalas genggaman Nura.
-
-
-
-
-
Vote dan comment ya guys...

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang