Mom

964 55 0
                                    

Author POV

  Seorang gadis cantik sedang duduk dengan serius mendengarkan penjelasan sang ayah. Sesekali dia menggelengkan kepalanya tanda ia tidak percaya akan hal itu.

"Ibumu adalah pemimpin klan Siren yang sudah punah. Jika kau ingin mengendalikan Kitsune carilah bibimu."

"Maksud ayah adik dari ibu? Siapa namanya dan di mana dia sekarang?"

"Namanya Haru, Haru Siren. Kau tidak mungkin menemukannya Nura, klan itu sudah lama punah."

   Nura berhenti sejenak sambil berfikir. Dia mengangkat gelasnya dengan sangat hati-hati. Nura hanya melihat air teh yang  tenang di gelas itu.

"Satu pertanyaan lagi ayah."

"Apa benar aku yang membunuh ibu? Darkmoon mengatakan itu saat bertemu denganku," Nura menatap Ara sendu.

"Tidak, jangan terpengaruh ucapan Darkmoon dia hanya ingin menghancurkanmu saja. Sebelum kematiannya, ibumu memang bertarung melawan Darkmoon dulu, karena kekuatan Darkmoon yang sulit ditandingi oleh ibumu dia memutuskan menggunkan semua kaonya untuk menyegel Kitsune dalam tubuhmu."

"Tapi kenapa ibu ditemukan di hutan?"

"Entahlah," kata Ara sambil menaikkan bahunya.

   Nura lalu meminum tehnya. Ia berdiri melihat kaca besar transparan yang menyuguhkan keindahan kota. Senyuman manis terukir di wajahnya. Dia berbalik badan menatap raja sekaligus ayahnya.

"Terima Kasih ayah, aku harap tidak ada kebohongan lagi antara kita. Aku izin ke kamar dulu," ucap Nura tersenyum.

"Iya."

   Nura keluar dari ruangan itu. Dia berjalan menyusuri lorong kerajaan dengan tenang. Tiba-tiba saja Nura berhenti di depan perpustakaan kerajaan. Tanpa basa-basi ia langsung memasuki ruangan itu.

   Perpustakaan ini sangat besar. Sekitar 50.000 buku berjejer rapi sesuai tempatnya. Di sini ada berbagai macam buku seperti sejarah, fisika, biologi, kimia, dan buku-buku untuk keperluan Hana City.
 
   Nura menggangukkan kepala kepada petugas perpustakaan. Petugas itu tersenyum mempersilakan Nura membaca buku. Hanya beberapa orang saja yang berada di sana.

"Ayah jika memang cara satu-satunya adalah harus menemukan klan Siren, aku akan lakukan itu. Tidak yang tidak mungkin di dunia ini," ucap Nura optimis sambil menaiki tangga perpustakaan.

  Dia melihat-lihat buku yang ada di rak besar. Banyak buku yang ada di sana, sehingga membuatnya bingung. Saat beberapa langkah dia tertarik dengan buku tebal berwarna putih. Nura lalu menarik buku itu dengan berjinjit.

"Klan," ucap Nura membaca judul buku itu.
 
   Nura kemudian menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari tempat duduk. Matanya terpaku pada tempat duduk yang langsung menyajikan pemandangan kota malam hari. Nura menggagukkan kepalanya lalu menuju ke kursi itu.

   Nura membolak-balikkan halaman buku. Ia membaca daftar isi. Nura langsung saja membuka hal 250 yang membeberkan penjelasan klan Siren.

"Klan Siren adalah klan yang telah dia anggap menghilang oleh kebanyakan orang, karena pertarungan 100 tahun yang lalu melawan klan Demon," Nura membaca lirih buku itu.
 
  Dia terus membacanya, tapi yang ditemukan adalah hal-hal umum. Seperti elemen yang dikuasai, keturunan, dan lain-lain. Bukan itu yang dia cari. Saat Nura ingin  mengembalikkan buku iti, tiba-tiba saja ada kertas yang terjatuh. Dia kemudian meletakkan buku itu di meja dan mengambil kertas kusan yang terjatuh.

"Cemara berabad-abad selalu bersama dengan kristal, kunci bersinar pembuka portal."

   Nura mengerutkan dahinya tanda tidak mengerti. Ia menyimpan kertas kusam di saku seragamnya. Setelah itu, Nura mengembalikan buku di tempat asalnya. Ia lalu pergi keluar perpustakaan menuju kamarnya.

***

Nura POV

    Aku membaringkan tubuh di atas kasur yang empuk. Mataku terus aku paksa untuk tidur. Namun, semakin memejamkan mata bayang-bayang Kitsune menari dipikiran. Aku melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 9 malam. Setelah berfikir sebentar, aku memutuskan untuk berjalan-jalan saja keliling istana. Kuambil jaket hitam dan keluar dari kamar.

  Suara burung hantu terkadang menemani di dalam kesunyian malam. Sama sekali tidak ada tujuan di setiap langkah. Aku pijakan kaki mantap. Tak terasa ternyata kedua kakiku ini menuntun pada Taman belakang istana. Luas dan terang. Meskipun sekarang sudah malam, entah mengapa aku merasakan kehangatan di sini. Aku lalu duduk di bawah pohon dengan menekuk kedua lututku dan menenggelamkan wajahku di sana.

"Apa yang harus aku lakukan? Ibu andai kau masih bersamaku," ucap Nura.

  Sekitar 3 menit menenggelamkan wajah di kedua lututku. Tiba-tiba handphone yang berada di saku jaket berdering. Aku mendonggakjan kepala sambil mengambil handphone dan menerima telepon.

Telepon On

"Hallo Nura kau belum tidur?" tanya Akito.

"Belum kau sendiri, kenapa belum tidur? Istirahatlah nanti kau sakit."

"Hahaha..  Seharusnya aku yang bilang begitu. Bagaimana, kau sudah bicara dengan ayahmu?"

"Hem...Dia sudah menjelaskan semuanya."

"Apa kau sudah tahu tentang klan ibumu?"

"Siren, ibuku dari klan Siren dan ibuku juga pemimpin klan tersebut."

"Apa?! Klan Siren. Astaga!!!  Itu sama saja artinya kita harus mencari klan yang dikabarkan punah."

"Ya, tapi Akito sepertinya aku menemukan petunjuk," ucapku girang.

"Apa itu?"

"Akan aku jelaskan besok di sekolah. Sekarang kau tidur sana agar besok bisa bangun pagi...Hehehe,"

"Kau pikir aku sama seperti adikku apa?! Tidak bisa bangun pagi!"

"Ya memang kau seperti itukan."

"Kau itu! tidak di restoran, tidak di telepon kau tetap saja menyebalkan...Huh."

"Hahaha jika aku menyebalkan kenapa kau menyukaiku?" tanya Nura bercanda.

"Seseorang tidak perlu memiliki alasan untuk mencintai. Sudahlah aku mau tidur selamat malam."

Tit... Tit... Tit

Telepon Off

Aku membatu mendengar pernyataan Akito tadi. Niatku hanya bercanda, tapi kenapa dia menjawabnya begitu serius. Senyuman tipis hadir di bibir. Aku kemudian berdiri membersihkan celanaku dari kotoran yang menempel dan berlalu pergi kembali ke kamar.
-
-
-
-
-
Vote dan Commend ya....

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang