War 8

1.2K 84 0
                                    


Author POV

  "Menang" hanya kata itu yang ingin mereka dengar saat ini. Keringat dari kepala mulai bercucuran. Satu sisi mereka sangat ingin beristirahat tapi di sisi lain mereka juga harus melindungi desanya. Kerusakan yang terjadi sangat parah.

   Terikan anak-anak yang belum mengetahui apa-apa kadang terdengar. Walaupunpenduduk desa yang masih di bawah umur dan penduduk yang sudah tidak sanggup lagi bertarung telah diungsikan.Tak banyak penduduk yang keluar pengungsian untuk mencari anggota keluarganya. Entah untuk menyelamatkannya atau hanya sekedar melihat kondisinya

   Di susut lain, terlihat seorang gadis dengan linang airmata. Dia terus menggengam tangan rekannya. Perasaan yang penduduk desa rasakan sekarang dia rasakan. Perasaan khawatir, marah, dan emosi bercampur jadi satu.

"Bertahanlah...hiks...hiks..."

   Ellen mencoba mengobati Toshi sekuat tenaga. Secara fisik memang luka yang dialami Toshi tidak terlalu terlihat. Tapi luka yang dialaminya adalah luka dalam, luka yang cukup sulit disembuhkan. 

"Bagaimana keadaanya?"

"Tenang....Toshi-kun mulai membaik," ucap Ellen.

"Syukurlah."

  Sekitar 10 menit sejak Ellen mengobati Toshi. Luka luar yang dialaminyajuga mulai menutup begitu juga luka bagian dalam. Mata yang sejak tadi terpejam kini mulai membuka. Sontak Miyako, Hikari, Ellen, dan Yuki melebarkan matanya.

"Nura?" gumam Toshi.

"Ternyata kau juga menyukainnya Toshi?"batin Yuki.

"Dia sudah sadar," ucap Ellen sambil melepas tangannya dari dada Toshi.

   Toshi membuka mata pealahan dan berkedip menyesuaikan lingkungan sekitar. Saat dia ingin berbicara, rasa sakit dari luka yang didapatnya belum sembuh total. Yuki yang melihat Toshi telah sadar kemudian memeluknya. 

"Hiks...hiks...hikss.."

"Yuki?"

"15 detik saja."

  Mendengar ucapan Yuki, Toshi sedikit kebingungan. Dia merasa kekhawatiran Yuki ini terlalu berlebihan. Luka yang dialaminya mungkin memang luka dalam tapi, luka itu dapat diobati dalam jangka waktu 10 menit saja. Lalu kenapa Yuki sekhawatir ini padanya? Pertanyaan itu menghiasi kepala Toshi. Walau begitu dia tetap membiarkan Yuki memeluknya.

"Maaf," lirih Yuki yang melepaskan pelukannya.

"Untuk apa kau minta maaf?" 

"Karena aku terlambat membantumu,"

"Apa? Jangan merasa bersalah begitu, lagi pula Ellen-san dan Hikari-san sudah membantuku," ucap Toshi tersenyum.

"Terima kasih kalian sudah menolong patnerku," ucap Yuki yang membungkuk di hadapan Ellen dan Hikari.

"Tidak perlu begitu,"ucap Hikari ramah.

  Sejak pertarungan melawan Rusi berakhir, Ellen hanya diam dan berbicara seperlunya saja. Miyako sebagai ibunya akhirnya bertanya.

"Ellen kau kenapa? Kau seperti memikirkan sesuatu?"

"Tidak ibu, aku hanya sedikit lelah,"

"Maaf ibu, aku tidak bisa mengatakannya. Aku hanya boleh mengatakan pada Akito-sama saja....aku harap pertempuran ini segera berakhir." batin Ellen.

"Baiklah sekarang kita pergi ke tempat Akito-sama saja untuk membantunya?" tawar Hikari.

"Jangan," tolak Miyako.

"Kenapa ibu?"

"Kita percayakan pertempuran di sana, lagi pula teman perempuanya sudah berada di sana,"

"Nura?"

"Aku tidak tahu namanya? Tapi setahuku dia adalah seorang penyihir medis,"

"Ya sudah kalau begitu kami pergi dulu. Wilayah lain desa ini pasti membutuhkan kami," ucap Hikari.

"Ya terima kasih."

  Miyako, Hikari,dan Ellen kemudian merubah diri menjadi serigala dan berlari menuju wilayah lain. Setelah cukup jauh mereka pergi, Yuki memalingkan mukanya ke arah Toshi. Dia melihat kondisi Toshi yang saat ini sudah membaik cukup senang. Dia kemudian duduk di samping Toshi.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Ya sudah membaik," keadaan pun hening sesaat.

"Kenapa kau sekhawatir itu padaku?" ucap Toshi membuka pembicaraan.

"Hah....aku tidak khawatir padamu?" ucap Yuki dengan mukanya yang merah.

"Lalu kenapa kau memelukku begitu erat?"

"Itu karena....karena.."

"Karena?"

"Baiklah aku memang khawatir padamu. Aku takut  karena kamu seperti ini untuk melindungi temanmu," 

"Darimana kamu tahu?"

"Toshi kenapa kau senekad itu hanya demi melindungi temanmu?"

  Toshi melebarkan mata dan memalingkan mukanya. Diamenghela nafas berat kemudian mulai menjelaskan pertanyaan Yuki.

"Dulu sewaktu umurku masih 10 tahun, aku memiliki seorang teman. Dia perempuan tercantik yang pernah kukenal. Matanya sebulat kelereng, mulutnya semerah apel, dan senyumanya seindah berlian namanya adalah Ai. Aku sangat menyukai senyumanya, dia selalu menemaniku di saat aku sedih, bercanda denganku, dan kadang kami melatih sihir bersama. Tapi...tapi.." ucap Toshi sambil mengepalkan tangannya.

"Suatu hari saat kita bermain bersama, dia tidak sengaja menumpahkan minuman ke baju seorang anak yang seumuran kami. Anak laki-laki itu sangat marah kepada Ai sampai-sampai dia  mengeluarkan sihir dan mengarahkannya kepada Ai. Sontak saja aku berlari menyusul tapi aku terlambat, Ai telah terkena sihir itu. Badan mungilnya terjatuh di tanah dan anak laki-laki itu berlari menjauh. Aku mencoba membangunkanya namun Ai tidak merespon. Dengan ketakutan yang luar biasa aku memutuskan untuk membawanya pulang."

"Lalu apa yang terjadi padanya?"

"Semenjak kejadian itu, perlahan tubuh Ai mulai mengurus. Sihirnya yang biasanya hangat tidak dapat aku rasakan. Banyak perubahan yang dia alami. 3 hari setelah aku menjenguknya kedua orang tua Ai menghubungiku dan mengatakan kalau Ai sudah tewas,"

"Toshi maafkan aku telah membuatmu menceritakan semua ini," ucap Yuki merasa bersalah.

"Tidak...tidak apa-apa,"

"Kalau boleh tahu sihir apa yang digunakan laki-laki itu,"

"Sihir pencabut,"

"Jahat sekali, tapi kenapa anak berumur 10 tahun bisa melakukan sihir pencabut?"

"Dia berbeda, dia kuat,"

  Yuki yang merasa sihir Toshi meningkat akhirnya menyentuh bahu Toshi.

"Tenang saja itu semua memang sudah takdir, jangan menyalahkan dirimu sendiri karena telah gagal menyelamatkan temanmu. Kegagalan adalah awal dari semuanya benar bukan?" ucap Yuki tersenyum manis.

"Ya kau benar. Aku berjanji tidak akan gagal lagi melindungi temanku,"

"Ya."

  Setelah pembicaraan panjang itu mereka kembali menghangatkan suasana dengan senyuman. Selama berada di sana mereka bercerita satu sama lain. Tentang masa lalunya, kejelekannya bahkan kajadian yang memalukan dalam hidup mereka. Menurut Yuki banyak hal yang harus dia ketahui tentang Toshi. Dia sama sekali tidak pernah berfikir bahwa Toshi yang jail bisa memiliki masa lalu sepedih itu. Mereka terus bercerita sampai kondisi Toshi membaik, apalagi tempat itu sudah aman karena Yuki memasang pelindung. 

-

-

-

-

-


Ayo semua vote dan commend : )

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang