Regret

985 63 0
                                    

Nura POV

  Aku mengedip-ngedipkan mataku untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata. Bukan matahari pagi yang aku rasakan, tetapi cahaya lampu yang terlihat terang. Selain itu, ada beberapa orang yang mengelilingi ranjangku. Aku mencoba mengingat apa yang telah terjadi namun kepalaku bertambah pusing. Salah satu penyihir itu seperti tak asing bagiku. Suara itu terdengar samar mungkin karena aku yang belum sepenuhnya sadar.

"Mana kalungnya Akito?"

"Ini."

  Penyihir itu lalu memegang kalung yang bertengger di leherku. Kalung yang sangat berharga bagiku. Perlahan dia melepaskan kalung itu.

"Jangan!" ucapku lemas.

  Tapi penyihir itu tetap ingin melepas kalung pemberian Akito. Dengan tangan yang masih lemas aku berusaha mencegah agar dia tidak mengambilnya.

"Aku bilang.. Jang..an," ucapku sambil memegang tangan penyihir itu.

"Cepat suntikkan obatnya!"

  Aku merasakan tanganku seperti ditusuk benda tajam. Seketika tubuhku melemas dan mataku menutup dengan sendirinya.

"Tenang saja aku akan kembalikan ini Nura." itulah kalimat terakhir yang dapat aku dengar.

***

Author Pov

  Di depan ruang pemeriksaan seorang laki-laki terlihat sangat gelisah. Ia mondar-mandir menghawatirkan seseorang. Sesekali ia bergumam pelan mendoakan seseorang yang ada di dalam ruangan itu. Pikiranya campur aduk. Hal-hal negatif memenuhi kepalanya.

"Kau pasti kuat... Kau pasti kuat. " ucap Akito sambil menyatukan kedua tangannya dan ia letakkan di depan dada.

   Akito hanya bisa berdoa dan terus berdoa. Ia saat ini memang tidak bisa melakukan apapun. Selain mondar-mandir, Akito juga melihat keadaan patnernya dari jendela. Raut muka yang dingin berubah drastis. Ekspresinya kini memasang wajah sedih.

   Dia merasa semua ini salahnya karena tidak bisa melindungi Nura. Wajahnya berubah menegang ketika bibi Nura keluar dari ruangan.

"Bagaimana keadaanya?"

"Huh..Kaonya sudah stabil." ucap Difa sambil duduk di kursi panjang dekat ruangan pemeriksaan.

  Akito lalu duduk di sebelah Difa. Walau mengetahui Nura sudah baik-baik saja.Ia masih penasaran apa sebab Nura seperti ini. Nura bukan wanita yang selemah ini. Akito kemudian menghela nafas dalam-dalam dan mencoba bertanya kepada Difa.

"Difa-chan kenapa dia bisa seperti ini? Kenapa juga kau meminta kalung Yuna-sama dan menggabungkannya dengan kalungku? Apa ada hubunganya dengan Kitsune?"

  Rentetan pertanyaan Akito tersebut tidak langsung dijawab Difa. Ia tertawa sejenak dan baru menjawabnya.

"Kalau soal Nura kau cerewet juga ya Akito," ucap Difa tetap tersenyum. Tapi, senyumannya perlahan luntur dan dia memasang wajah serius.

"Iya ini semua ada hubungannya dengan Kitsune. Aku pernah katakan padamu jika hanya kau yang bisa mengendalikan Nura. Itu sebabnya aku menggabungkan kalung yang kau berikan dengan kalung Yuna-oneesan. Apa menurutmu aku tidak mengetahui di kalung itu kau sudah menanamkan kaomu?" ucap Difa yang disambut mata Akito yang membulat.

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang