Honest

903 62 2
                                    

Nura POV

Aku mengedipkan mata beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk. Terlintas di kepalaku itu adalah sinar matahari, tapi ternyata bukan. Setelah dilihat-lihat saat ini aku berada di sebuah ruangan putih dengan lampu yang bercahaya diatasnya. Ruangan tidak terlalu besar hanya saja tertata.

"Kau sudah bangun Nura-chan?"

Aku langsung menolehkan kepala kearah sumber suara. Yuki-chan tersenyum hangat kepadaku sambil duduk dikursi dekat ranjang.

"Di mana aku?" ucapku lemas.

"Ruang perawatan."

Suasana hening sebentar. Aku memegang kepala dan baru aku sadari tentang racun di dalam tubuhku.

"Bagaimana racun di dalam tubuhku?"

"Tenang saja, penyihir medis sudah menyutikkan penawar racun padamu. Kau mau jeruk?" tanya Yuki-chan menyodorkan jeruk yang dia kupas.

Aku menggelengkan kepala pelan. Tiba-tiba siluet bayangan Akito hadir dipikiranku. Aku lalu mencoba duduk dan menggagetkan Yuki-chan.

"Di mana Akito?!" ucapku setengah berteriak.

"Komo Soboloh."

"Apa yang kau katakan?"

Yuki-chan mencoba menelan jeruk yang ia makan dengan susah payah. Dadanya ditepuk karena tersedak waktu aku berteriak tadi.

"Akito-kun di kamar sebelah."

Dengan sigap aku bangkit dari ranjang. Aku memegang ranjang sebentar berusaha menstabilkan pandangan yang masih buram.

"Nura-chan kau mau kemana?"

"Tentu saja melihat Akito."

Aku memegang tembok untuk mebantu dia berjalan. Yuki-chan yang tidak bisa mengatakan apapun akhirnya menarik tanganku agar lebih mudah berjalan.

"Kau keras kepala Nura-chan!" dengus Yuki-chan.

Yuki-chan berjalan pelan mengimbangi kecepatanku yang masih lemah. Yuki-chab memutar kenop pintu. Kami berdua melihat dua orang laki-laki sedang berada di sana. Salah satu laki-laki itu terlihat tidur dengan alat pernafasan yang ia kenakan. Aku langsung melepaskan rangkulanku dan berjalan kearah mereka.

"Apa dia baik-baik saja Toshi-kun?" ucapku.

"Nura-chan? Apa kau sudah lebih baik?" Aku menggaguk.

"Sejak tadi Akito-kun belum sadar."

Toshi-kun membantuku duduk di sebelah ranjang Akito. Aku memegang erat tangan kanan Akito itu.

"Maafkan aku!" Aku menahan air mata agar tidak terjatuh.

Author POV

Yuki terlihat menarik lengan baju Toshi. Laki-laki berambut cokelat itu mengerti arti tatapan partnernya itu. Mereka keluar dari ruangan membiarkan Nura dan Akito berdua.

Nura tetap memegang erat tangan Akito. Kekasihnya telrihat begitu buruk. Nafasnya terdengar nyaring. Wajahnya pucat. Bibirnya kering.

"Ini semua salahku," Nura tak sanggup membendung cairan bening dikelopak matanya.

"Maafkan aku."

Nura menundukkan kepala. Dia sangat merasa bersalah kali ini. Lagi-lagi Akito mengorbankan dirinya untuk melindunginya. Wajah gadis itu terlihat sedih. Dia meremas roknya. Tangisannya berhenti saat jari Akito yang dia genggam bergerak kecil. Nura mendongakkan kepala.

Mata yang semula tertutup membuka perlahan. Akito melihat sekitar lalu terpaku pada seorang wanita yang dekat sekali dengan wajahnya. Nura menundukkan kepala tidak ingin Akito mengetahui bahwa dia menangis.

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang