I'am Sorry Yuki

827 55 3
                                    

Toshi POV

   Aku mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan yang sedikit ramai. Saat menemui pertigaan aku tidak berbelok dan tetap lurus.

   Setelah perjalanan yang singkat, aku telah tiba di rumah besar. Rumah dengan halaman luas. Terlihat mobil berjejer di depan garasi. Aku lalu memarkirkan motor di belakang mobil-mobil itu. Melepas helm dan kemudian menuju ke pintu rumah.

"Permisi."

Tok... Tok.. Tok..

  Tak menunggu lama pintu itu terbuka. Menampilkan sesosok anak perempuan yang mengenakan gaun ungu.

"Oh Toshi-Oniisan apa kau ingin bermain denganku?" tanya gadis manis itu.

"Maaf ya jangan sekarang. Apa kakakmu ada di rumah?" aku berjongkok untuk menyeimbangi tubuh Ayumi. Anak itu menampilkan wajah cemberut, namun beberapa saat kemudian ia tersenyum.

"Ada, dia sedang di kolam renang. Ayo aku antar."

   Ayumi menarik tanganku sehingga aku berdiri dan berlari bersamanya. Dia membuka pintu kaca yang menghubungkan ruang makan dan halaman belakang.

"Sedari tadi Akito-oniisan diam di sana. Selama 2 hari dia juga tidak nafsu makan."

  Ayumi lalu pergi kembali ke dalam rumah. Aku tahu  apa yang menyebabkan Akito-kun seperti ini. Setelah melihat Ayumi masuk, aku berjalan menuju kearah laki-laki itu.

   Saat di belakangnya aku ragu untuk memanggil Akito-kun karena ia tampak melamun. Dia duduk di pinggir kolam dan merendam kakinya. Melihat wajahnya yang memantul di air.

"Ada apa Toshi-kun?" tanya Akito yang ternyata sudah mengetahui kehadiranku dari pantulan air.

"Apa kau bertengkar dengan Nura-san?" tanyaku balik.

"Hahaha... Untuk apa aku bertengkar dengan orang yang menghianatiku? Itu tidak penting!"

  Akito berkata seperti itu dengan menunjukkan senyuman tipis di bibirnya.

Sebenarnya apa yang terjadi?

"Kenapa kau berbicara seperti itu?" tanyaku yang ikut duduk di sebelah Akito.

"Apa kau kemari untuk berbicara tentang dia? Kalau iya silakan pergi."

  Aku terkejut mendengar ucapannya. Tidak biasanya dia bersikap sedingin ini. Kao ditubuhnya juga terasa dingin. Tapi, aku akan tetap menjalankan rencanaku bersama Yuki yaitu menyatukan Akito-kun dan Nura-san kembali. Kami khawatir dengan mereka, apalagi Battle The World akan dilaksanakan besok.

"Maaf tapi aku tidak bisa pergi. Aku tahu hatimu hancur karena Nura-san menghianatimu, namun apa kau merasakan bahwa dia jujur," ucapku.

   Akito mendonggakkan kepala memandangku.

"Apa?"

"Apa kau tidak melihat saat dia berbicara padamu. Mulut bisa saja berbohong tapi mata tidak akan berbohong."

  Akito memalingkah matanya terlihat berfikir. Seperdetik kemudian ia tersenyum pahit.

"Semua yang kau ucapkan memang benar. Tapi-" Akito berdiri dari posisi duduknya dan berjalan beberapa langkah. Ia berhenti dan berkata "Aku sudah tidak percaya padanya."

  Saat Akito-kun ingin melanjutkan perjalanannya. Aku berdiri dan berteriak.

"Tunggu! Lalu bagaimana dengan Battle The World. Acara itu akan dilaksanakan besok."

"Tenang saja aku akan tetap menjadi Partnernya. Oh iya, Jika kau bertemu dengan Nura ucapkan terima kasih karena sudah menyakitiku."

  Setelah kalimat itu Akito masuk ke dalam rumah. Aku hanya membatu dan mendengus kasar. Walaupun penyihir yang masuk ke dalam 5 besar saat Arena Battle The World tidak akan mengikuti babak penyisihan dan akan langsung mengikuti babak semi final, tapi seharusnya mereka berdua berlatih untuk menghadapi lawannya bukan malah bertengkar.

"Huh..."
-
-
-
Yuki POV

   Baru pertama kalinya aku memasuki istana Hana City. Ternyata di dalam istana lebih mewah daripada luarnya. Barang-barang kelas satu tertata rapi di setiap sudut ruangan. Mengisi sudut yang kosong. Aku dan seorang pria yang aku temui di depan istana berjalan menuju ruangan latihan.

"Tuan Putri berada di dalam masuklah."

  Pria itu membuka pintu besar berwarna merah. Aku kemudian memasuki ruangan itu. Ruangan yang sangat luas mirip seperti stadion hanya saja lapangan yang hijau tergantikan oleh lantai semen. Nura-chan terlihat berlatih pedang dengan serius. Aku lalu memutuskan untuk melompat menyusulnya.

"Nura-chan." panggilku, tapi tiba-tiba saja Nura-chan menyerangku dengan pedang.

   Aku mundur ke belakang. Menghindari tebasan pedang itu. Namun, sepertinya Nura-chan benar-benar ingin menyerangku. Aku lalu memanggil panah dan mengarahkannya ke gadis itu.

Sret...
 
  Dengan satu tebasan saja, tiga panahku langsung patah. Nura-chan kemudian berlari kearahku. Dia menebas ke sana dan kemari. Aku berhasil menghindari tebasannya, tapi saat aku ingin mundur kebelakang kakiku tersandung batu. Dan terjatuh. Nura-chan yang tidak mau menyiayiakan kesempatan itu kemudian kembali menyerang menggunakan tebasan lurus. Aku langsung berdiri dan tidak sempat menghindar.

  Namun, tinggal 1 inci pedang Nura-chan mengenai leherku, gadis itu menghentikannya. Angin dari pedang Nura-chan berhasil menerbangkan rambutku.

  Nura-chan menjatuhkan pedangnya, kemudian memelukku erat.

"Maafkan aku Yuki-chan... Maafkan aku... Hiks.. Hiks.. Hiks..."

  Bahunya bergetar hebat. Aku lalu membalas pelukannya dengan jantung yang masih berdebar. Untung saja Nura-chan menghentikan serangannya kalau tidak aku bisa mati. Apalagi angin yang ditimbulkan pedang itu sangat kencang. Aku tidak bisa membayangkan bila Nura-chan benar-benar menusukku tadi.

"Ini salahku... Nyawamu terancam karena aku."

"Apa maksudmu?"

"Panah... Panah yang hampir mengenaimu 2 hari yang lalu adalah panah Darkmoon. Dia mengancamku... Hiks...Hiks...Hiks.."

Aku mengerutkan dahi saat mendengar nama Darkmoon musuh bebuyutan Hana City.

"Shutt... Tenangkan dirimu dulu baru ceritakan padaku."

  Nura-chan mengeraskan tangisan mengeluarkan semua perasaanya. Terasa sekali kesedihan yang dia rasakan. Aku mengelus punggungnya mencoba menenangkan.
-
-
-
-
-
Wihh gimana yah hubungan Akito dan Nura selanjutnya?

Tetep ikutin terus kelanjutannya ya....

Vote dan comment jangan lupa...

 

 

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang