Simulasi Attack 2

1K 62 0
                                    

Akito POV

  Pertandingan terus berlangsung. Aku merasakan pertandingan yang berlangsung cukup membosankan. Ya... Walaupun aku akui bahwa para peserta yang ada di sini tidak bisa diremehkan begitu saja. Saat ingin meninggalkan bangku penonton, tiba-tiba saja penengah memanggil peserta nomer 7 dan 8. Yang itu berarti aku dan Nura akan memulai pertarungan.

"Hai kau mau kemana? Nomer kita sudah dipanggil, ayo!" ucap Nura sedikit berteriak.

"Huh padahal aku ingin keluar tadi... Tapi ya sudahlah." ucapku pasrah sambil menggaruk-nggaruk kepala.

  Nura dan aku kemudian menuju ke arena. Toshi dan Yuki sempat memberi semangat pada kami. Lawan kami kali ini dari Daigaku Academy Haruka dan Iciro. Aku juga tidak tahu apa dia penyihir yang kuat. Tapi, seperti yang aku bilang tadi semua penyihir di sini tidak bisa diremehkan. Aku lalu memanggil satu pedangku. Sepertinya untuk lawan kali ini cukup menggunakan satu pedang saja. Semoga tidak berlangsung lama.

"Siap... Start!" teriak penengah.

   Setelah teriakan penengah itu musuh mulai menyerang. Haruka adalah penyihir perempuan yang bersenjatakan pedang, sedangkan Iciro penyihir laki-laki bersenjatakan sabit. Mereka berdua sama-sama penyihir Chikaidesu. Aku lalu maju menghadapi Iciro. Iciro penyihir yang cukup gesit. Beberapa tebasan dia layangkan kepadaku tapi untung saja pergerakannya dapat aku baca. Iciro lalu mundur ke belakang dan membaca mantra.

"Guri: Hitami ni."

  Keluarlah gelembung air yang menuju kearahku. Awalnya aku kira gelembung Iciro adalah gelembung biasa tapi saat gelembung mendekat ternyata gelembung itu bisa meledak. Aku kemudian mundur dengan cara melompat-lompat ke belakang. Gelembung itu hampir mengenai wajahku untung saja Nura melindungiku. Dia mengeluarkan sihirnya yang juga bisa meledak agar mengurangi dampak ledakan gelembung.

"Terima Kasih," ucapku.

"Ya. Tapi Akito aku sama sekali tidak cocok melawannya,"

"Aku tahu itu, karena kau memiliki elemen api dan Iciro memiliki elemen air," ucapku sambil melihat kearah Iciro.

"Lalu bagaimana dengan Haruka?" lanjutku.

"Dia masih bisa aku atasi, apa kau punya ide untuk menyelesaikan pertarungan ini secepatnya? Lagi pula Iciro sepertinya orang yang tidak bisa bekerja sama dengan patnernya,"

"Betul juga. Hmm.. Ada, tapi kenapa kau tidak bersemangat?"

"Sudahlah aku paling malas jika melawan elemen air. "

"Ya baiklah. Jadi kita harus melumpuhkan salah satu dari mereka. Dan aku akan bertukar posisi denganmu."

  Setelah kita menyelesaikan diskusinya aku dan Nura kembali menyerang mereka. Namun, kini melawan Haruka sedangkan, Nura melawan Iciro. Memang benar apa yang dikatakan Nura. Kekuatan dan kelincahan Haruka jauh di atas Iciro. Dia lebih lambat dan tebasannya juga tidak terlalu kuat. Aku kemudian menebasnya secara cepat sampai-sampai dia mulai kualahan. Haruka lalu mundur dan mengeluarkan suara augan sambil merubah wujudnya menjadi serigala. Teriakannya memekakan telinga. Namun, semua itu tidak menyurutkan niatku untuk melawannya.

Nura POV

  Iciro terus menerus menyerangku dengan elemen airnya. Sebenarnya apa yang dipikirkan Akito. Padahal dia tahu jika elemen api lemah terhadap elemen air. Iciro mengeluarkan es untuk mempertajam sabitnya. Aku rasa dia benar-benar serius.

"Dasar Akito jelek!... Kenapa aku harus melawanmu?" gumamku sambil menahan sabit Iciro menggunakan pedang.

"Akito? Oh jadi dia sang pahlawan itu?" ucap Iciro.

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang