pioneer

921 60 0
                                    

Author POV

  Sebuah mobil mewah dengan peralatan bintang 5 dinaiki oleh seorang gadis cantik. Ia melihat kendaraan yang berlalu lalang saling menyalip. Gadis itu mendengus kesal. Ini semua perintah ayahnya, dia yang biasa berjalan kaki malah disuruh untuk naik mobil mewah seperti ini.

"Huh.... Kenapa ayah menyuruhku untuk naik mobil? Jika dia terus melakukan ini, bisa-bisa semua orang tahu bila aku Putri kerajaan," ucap Nura pada dirinya sendiri.

   Sopir yang sedang mengendari mobil tersenyum kecil. Dia melihat keluhan Nura itu dari kaca yang terpasang di atasnya.

"Jangan tersenyum! Apa kau suka melihatku menderita?!"

"Tentu tidak tuan Putri, lagi pula aku pengawal pribadimu bila Raja tahu kau sedih dia akan mengintrogasiku," ucapnya sambil membelokkan setir ke kiri.

"Hah ayah kenapa kau membuatku sesulit ini," keluh Nura memegang kepalanya.

  Beberapa menit yang lalu.

"Ada apa ayah memanggil Nura sepagi ini?"

"Karena ayah khawatir padamu akan kedatangan Darkmoon lagi, jadi ayah akan mengenalkan seseorang kepadamu?" ucap Ara mempersilakan orang yang ada di depan pintu masuk.

"Dia Juan prajurit terbaik yang aku percaya,"

   Juan kemudian mengganguk sopan ke arah Nura yang juga di balas dengan anggukan.

"Lalu apa hubunganya denganku ayah?"

"Mulai sekarang Juan akan menjadi pengawal pribadimu," ucap Ara tersenyum, tapi tidak dengan Nura.

"Ayah aku bisa menjaga diriku sendiri jadi ini semua tidak perlu," Nura menggelengkan kepalanya.

"Sudahlah Nura ini demi keselamatanmu,"

"Tapi ayah-"

"Ini perintah Raja!" ucap Ara tegas.

   Nura sempat terkejut mendengar suara ayahnya itu.

"Baiklah."

   Saat dia mengingat semua itu dia menjadi merasa kesal. Memang Ara memerintahkan semua ini untuk kebaikannya, namun tidak perlu menyuruh Juan menjadi pengawal pribadinya.

   Nura terkejut ketika Juan mengerem mobil. Ia lalu melihat ke arah kanan dan ternyata dia sudah sampai di sekolah. Nura mengambil tas bersiap untuk turun. Namun, niatnya turun dari mobil diurungkan karena ada sesuatu yang terlupakan.

"Oh ya Juan jika kau pengawal pribadiku berarti aku boleh meminta sesuatu padamu?"

"Tentu Putri."

"Yang pertama jangan panggil aku Putri yang kedua, kau boleh mengawasiku, tapi dari jauh saja. Yang ketiga, jika memang aku terlibat pertarungan dengan siapapun itu dan aku masih bisa melawan jangan bantu aku, ingat itu!" ucap Nura menghitung dengan jari.

  Juan membalikkan badanya menatap mata Nura.

"Untuk permintaan pertama itu tidak bisa Putri, tapi untuk permintaan kedua dan ketiga mungkin bisa aku pertimbangkan."

"Hah ya sudahlah terserah. Nanti kau tidak perlu menjemputku, karena aku sudah ada janji dengan temanku."

  Nura keluar dari mobil setelah melihat Juan mengganguk. Dia berjalan menuju kelasnya. Suasana sekolah sudah ramai dengan para murid yang masih duduk santai atau melakukan hal yang lainnya.

  Nura memilih mengambil jalur belakang, karena sudah lama tidak melewatinya. Di belakang sekolah terdapat lapangan voli dan taman di sekeliling lapangan itu. Tidak lupa air mancur yang terlihat begitu segar. Pohon-pohon berjejer rapi di sana. Langkahnya terhenti kala melihat seekor burung yang berusaha untuk terbang. Burung itu terlihat tergeletak di tanah. Nura kemudian mendekat dan mengangkat burung itu.

"Sayapmu terluka, kau pasti ingin terbang dengan kawananmu ya? Hmmm... Sebelum itu kau aku obati dulu ya."

  Nura meletakkan burung itu di kanan kirinya, sedangkan tangan kanannya sedang mengeluarkan kao untuk menyembuhkan burung itu.

"Ya sudah selesai, kau boleh pergi sekarang."

  Burung itu berdiri dan mencoba mengepakkan sayapnya. Setelah dia rasa sayapnya benar-benar pulih. Sang burung terbang ke atas langit menyusul kawanannya.

"Kau ternyata lebih baik dari yang aku kira, " kata seorang laki-laki yang menyendenkan tubuhnya di bawah pohon.

  Nura sontak membalikkan badan. Ia tersenyum saat melihat seseorang yang ada di belakangnya itu. Laki-laki itu mendekat ke samping Nura yang tetap memandang langit.

"Kasihan burung tadi, aku harap dia menemukan kawanannya."

"Dia pasti menemukannya."

"Apa yang kau temukan tentang klam Siren?" tanya Akito mulai serius.

   Gadis itu lalu mengambil kertas di tas ranselnya dan memberikan kepada partnernya. Akito membaca isi kertas itu dan mengerutkan dahinya tidak mengerti.

"Cemara berabad-abad selalu bersama dengan kristal, kunci bersinar pembuka portal," Akito membaca kertas itu lirih.

"Apa kau tahu maksudnya?" tanya Nura menatap Akito lekat-lekat.

   Laki-laki itu menggelengkan kepala tanda ia tidak mengerti.

"Nanti kita tanya Toshi-kun dan Yuki. Mungkin saja mereka berdua bisa memecahkan teka-teki ini. Lebih baik kita segera menuju ke kelas, karena bel sebentar lagi berbunyi."

   Nura menggangukkan kepala dan mengikuti langkah Akito menuju kelas.
-
-
-
-
-
Vote dan Commend.... Jangan lupa ya...

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang