Simulasi Attack 4 End

1K 60 0
                                    

Yuki POV

  Aku terus berkonsentrasi untuk melawan lawanku. Tidak seperti pertandingan pertama. Lawan kami satu ini memilki kelincahan dan kegesitan yang luar biasa. Aku menarik tali busur kuat dan membidik penyihir Chikaidesu itu. Saat sudah siap melepaskan panah. Tak disangka ada benang tipis ke arahku. Benang itu tipis dan tajam. Aku lalu berguling ke samping, namun benang itu berhasil menggores wajahku.

"Huh... Kau gadis kecil yang manis, tapi kenapa kau berani melukaiku?" candaku sambil membersihkan sedikit darah di pipi.

  Toshi melompat mundur di dekatku. Ia terlihat kesulitan mengimbangi kedua gadis itu. Lawan kali ini dari Kyoto Academy Fasd dan Quin. Sikap mereka masih kekanak-kanakan. Ya....Memang masih anak-anak. Sepertinya mereka berumur sekitar 12 tahunan.
"Mereka anak-anak yang nakal ya.. Hah... Hah...Hah," ucap Toshi mengatur nafasnya.

"Ya benar, mereka terlalu cerdik untuk anak seusianya." aku tersenyum pahit.

  Fasd seorang gadis dengan rambut bergelombang kembali menyerang kami. Ia berlari sambil mengarahkan belatinya. Masing-masing tangan membawa 2 belati. Memang tidak wajar 1 tangan membawa 2 senjata, tapi mau bagaimana lagi ini lah dunia penyihir.

  Fasd melemparkan 2 belatih sekaligus ke tengah-tengah aku dan Toshi. Dengan sigap kami berpencar. Aku melompat ke arah kiri, sedangkan Toshi salto ke arah kanan. Tapi sang dewi keberuntungan tidak berpihak kepada kami. Belati itu melukai tangan Toshi ketika salto.

"Kau tidak apa?" teriak Yuki yang dibalas anggukan Toshi.

  Fasd tetap berlari dan menyerang Toshi. Kedua belati yang tersisa ia gunakan untuk menyerang Toshi lagi. Dengan tangan terluka Toshi sangat sulit untuk memegang senjatanya.

  Saat aku ingin menarik tali busur untuk membantu Toshi, benang itu kembali menyerang. Aku melompat-lompat ke kanan dan ke kiri agar benang itu tidak menangkapku. Quin yang mengerakkan benang tersenyum senang. Benar-benar sangat menjengkelkan melawan seorang anak kecil.
  Ketika aku hampir terjatuh karena keseimbangan yang tidak stabil. Benang itu berhasil mengikat kakiku. Tubuhku seakan dibawa ke atas dengan posisi terbalik. Quin menggerakkan benang ke sana dan ke mari dan meleparkanku ke arah tembok dengan cukup keras. Rasa sakit yang luar biasa aku rasakan.

"Guahh." darah segar aku keluarkan dari dalam mulutku.

  Kesadaranku hampir hilang. Apa memang ini akhir dari perjuanganku?  Atau masih ada jalan untukku untuk tidak menyerah?

  Mataku yang berat memaksa untuk menutup. Sempat aku menelisik ke arah penonton. Dan di saat itu juga aku melihat seorang pria bersama wanita cantik yang terlihat lemas. Mataku aku tajamkan
agar dapat melihat lebih jelas.

  Wanita itu seperti berteriak ke arah aku dan Toshi. Suara yang tidak asing bagiku.

"Siapa kalian? Kenapa kalian berteriak begitu?" ucapku lirih.

"Yuki-chan, Toshi-kun kami datang untuk kalian cepat bangun dan kalahkan mereka!" teriak wanita itu.

  Nura dan Akito apa itu kalian? Mungkin karena kepalaku yang terbentur aku jadi berhalusinasi.

"Yuki, Toshi-kun ayo kalian harus berjuang!"

  Teriakkan itu kembali muncul. Pria yang aku harap hadir benar-benar melihatku sekarang ini. Aku baru yakin bahwa mereka memang teman-teman yang aku sayangi. Mereka memaksakan diri untuk melihat kami, tapi kami malah seperti ini. Tidak melawan dan hanya bertahan.

"Aku tidak akan mengecewakan kalian Nura-chan Akito-kun."

  Aku kemudian mencoba berdiri sambil memegang tembok di belakang. Aku mengerjapkan mata untuk melihat keadaan Toshi. Ia sekarang menyerang menggunakan sabitnya. Walaupun tangannya terluka ia seperti tidak memperdulikannya.

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang