simulasi

1.1K 64 1
                                    

Akito POV

Rasa lapar sudah terobati berkat masakan yang di bawa Nura. Ibu sempat berbincang-bincang sedikit dengan Nura. Dia menanyakan tentang sikapku kepadanya. Ibu khawatir jika Nura akan sakit hati bila dekat denganku karena sikapku yang dingin ini. Tapi anehnya Nura menjawab dengan penuh senyuman. Dia berkata sangat menyukai sikap dinginku ini, tidak jelas alasannya apa. Namun aku tahu setiap kata yang dia keluarkan tentangku semuanya jujur. Ibu menghindari pertanyaan tentang kehidupannya menjadi putri karena dia tahu Nura tidak menyukainya.

"Ibu sebentar lagi arena Battle The World akan dibuka kami pamit dulu," ucapku sambil berdiri di depan sofa.

"Ya sudah hati-hati jaga Nura-san baik-baik ya,"

"Nura-oneesan akan kemari lagi kan?" tanya Ayumi memengang tangan Nura.

"Iya kalau ada waktu luang aku akan kemari," ucap Nura sambil membelai rambut Ayumi.

"Ayo Nura."

Kami kemudian pergi menuju arena Battle the World. Sebenarnya aku sudah menyiapkan mobil supaya lebih cepat. Tapi Nura menolaknya dia tetap memilih berjalan kaki. Untung saja arena Battle the World dari rumahku tidak terlalu jauh. Sesekali kami berbicara saat di perjalanan.

"Kenapa kau selalu berjalan kaki? Jangan bilang kau ingin berolahraga," keluhku.

"Sebenarnya olahraga adalah alasan keduaku,"

"Lalu alasan pertamanya apa?"

Pertanyaanku tidak langsung dia jawab karena saat ini kami berkonsetrasi menyeberang jalan. Setelah menyebrang dia baru menjawabnya.

"Alasan pertama adalah untuk menjadi lebih kuat, mungkin dengan berolahraga aku bisa meningkatkan stamina, kau bilang sendirikan bila tidak menggunakan kao aku akan menjadi lebih lemah?"

"Ya betul juga...Hmmm apa jangan-jangan kau berniat untuk mengendalikan kitsune?!" ucapku sedikit berteriak sehingga menarik perhatian publik.

"Shuuttt...Jangan berteriak seperti itu!" ucapnya sambil menutup mulutku dan aku hanya mengganguk.

"Mau bagaimana lagi aku harus mengendalikan kitsune agar menjadi lebih kuat, untuk mengalahkan Rin-san, untuk mengalahkan Darkmoon , dan untuk menjagamu," lanjutnya.

"Benarkah untuk menjagaku?" jawabku percaya diri.

"Hehehe...Aku cuma bercanda. Sudahlah ayo!"

"Bercanda? Huh dasar!" kesalku.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya aku dan Nura tiba di depan arena Battle The World. Di sana Yuki dan Toshi terlihat tengah duduk di dekat pohon besar. Kami yang merasa tidak enak kemudian menghampiri mereka berdua.

"Maaf kami lama," ucap Nura.

"Tidak kami juga baru saja tiba," ucap Toshi yang berdiri dari posisi duduknya yang diikuti Yuki.

"Baiklah kita masuk sekarang."

Kami berempat lalu memasuki gerbang besar itu. Di dalamnya terlihat cukup ramai. Murid-murid pilihan di seluruh sekolah sihir di Hana City telah hadir. Dari kao dan tampangnya saja mereka sudah terlihat kuat. Tapi, aku harus tetap memenangkan Battle The World demi Nura. Kami kemudian mengambil nomer di meja panitia. Nomer itu digunakan untuk menentukan musuh yang akan kita lawan. Bisa dibilang ini adalah simulasi untuk bertarung di Battle The World nantinya.

Aku yang mengambil nomer itu mendapatkan nomer 7. Sedangkan Toshi mendapatkan nomer 9. Setelah mengambil nomer tersebut, kami memutuskan untuk mencari tempat duduk yang nyaman. Di Hana City ada 4 sekolah sihir yaitu Kiora Academy, Majiku Academy, Daigaku Academy, dan Kyoto Academy. Cara main simulasi ini adalah dengan nomer. Maksudnya bila peserta mengambil nomer 1 berarti dia akan melawan nomer 2, jika peserta mengambil nomer 3 dia akan melawan nomer 4 begitu seterusnya. Itu berarti hanya ada 10 nomer saja.

"Siapa yang nomer satu?" tanya Nura.

"Hmm...Entahlah. Nah..itu dia?" ucapku.

Tiba-tiba saja lampu di arena menyala. Layar yang dipasang di atas dinding juga menyala dan menampilkan dena peserta yang menghadiri arena ini. Yah...kalian pasti berfikir jika kita berada di sini sama saja kalian diperintahkan untuk bertarung . Betul sekali, raja melakukan ini memang untuk memaksa murid yang terpilih bertarung tapi, semua itu juga untuk kebaikan para peserta Battle The World nantinya.

"Lawan kita pertama no 8 Haruka dan Ichiro dari Daigaku Academy," ucapku.

"Ya, apa kau pernah melihatnya bertarung?" tanya Nura.

"Belum, tapi aku rasa mereka cukup merepotkan," dengusku malas.

"Hmm Toshi jadi kita akan melawan no dibawah kita ya nomer 10 Emi dan Fumiko dari Kyoto Academy?"

"Iya, kita harus siap!" ucap Toshi sambil memandang layar.

Beberapa saat kemudian terdengar suara laki-laki yang berperan menjadi penengah. Penengah adalah seseorang yang berperilaku adil dalam perterungan jika dalam pertandingan bisa disebut wasit.

"Untuk simulasi pertama kita sambut para juara yang memenangkan BTW tahun lalu...Ini dia," ucap penengah menggema di arena.

Keluarlah juara pertama dan kedua yang memenangkan BTW tahun lalu. Tidak lain sang juara pertama Katsu dan Kame dari Kiora Academy. Untuk juara kedua kalian tahu sendiri orangnya, Rin dan Lafia. Suara tepuk tangan yang tidak terlalu keras memenuhi arena. Penengah memanggil mereka karena ingin menentukan siapa yang akan menjadi lawan terakhir peserta lainnya. Menurutku untuk pertandingan pertama ini tidak terlalu membosankan.

"Kalian siap?" ucap penengah yang dijawab anggukan.

"GO!!!"
-
-
-
-
-

Vote dan Commend....

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang