25 // Dilema

97.8K 5.7K 56
                                    

Seminggu sudah berlalu sejak kepulangan Sofia dari Pulau Dewata Bali.

Kembali disibukkan dengan kuliah yang hanya tinggal beberapa SKS, serta menyiapkan judul yang tepat untuk skripsinya.

Sofia memang selalu membuat persiapan terlebih dahulu, meski pelaksanaannya masih lama.

Kembali ke rutinitas awal bekerja di Rose Cafe, dan bersama Adrian membuat hari-harinya semakin berwarna.

Bahkan wajahnya yang kadang hanya menampilkan wajah datarnya kini menjadi lebih banyak tersenyum.

Hal itupun tidak luput dari perhatian Dion dan Sandra.

"Kayaknya ada yang kesambet patung Dewa Wisnu Kencana," sindir Dion.

"Lo nggak ucapin salam dulu kali sebelum ke sana?" kali ini Sandra yang bertanya setelah menyeruput jusnya, siang ini mereka sedang berada di Rose Cafe.

Mereka sedang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya setelah seminggu tidak bersama, tapi hanya untuk satu jam karena setelah itu ia akan kembali bekerja.

"Lo berdua ngomongin gue?" tanya Sofia pura-pura tidak mengerti arah pembicaraan kedua sahabatnya.

Sandra dan Dion secara bersamaan menatapnya tajam.

"Gue nggak kesambet apa-apa, suer," ucap Sofia sambil memberi salam dua jari.

"Terus kenapa lo senyam-senyum nggak jelas begitu," ucap Sandra.

"Nggak ada apa-apa, sudah ah kalian nanyanya nggak bermutu banget sih," ucap Sofia cuek, raut wajahnya kembali datar.

"Oya gue lupa tanya, lo seminar di Bali ada dosen tampan gue, lo kenal nggak?" ucap Sandra kemudian.

Sofia yang tahu siapa yang dimaksudkan sahabatnya itu diam sebentar, kemudian dia hanya mengedikkan bahunya.

"Masak lo nggak tahu sih, dia itu dosen paling muda dan tampan, namanya pak Adrian Chandra Hadinata?" ucap Sandra.

"Hah," ucap Dion terkejut.

Lain lagi dengan reaksi Sofia, dia terbatuk akibat tersedak minumannya sendiri.

Meskipun dia tahu siapa yang dimaksud Sandra, tapi mendengar nama kekasihnya disebut tetap saja membuatnya terkejut.

"Kalian kenapa?" ucap Sandra bingung melihat reaksi kedua sahabatnya yang sangat aneh di matanya.

"Siapa katamu tadi?" Dion bertanya kembali pada Sandra, ragu akan pendengarannya sendiri.

Sedangkan Sofia masih berusaha menetralkan batuk di tenggorokannya dan mengelap mulutnya dengan tisu.

"Adrian Chandra Hadinata," kata Sandra mantap.

"Brengsek," kata Dion kemudian menggebrak meja makan dan sontak orang-orang yang ada di dalam cafe melihat ke arah mereka.

"Dion, lo kenapa?" tanya Sandra yang semakin bingung dengan sikap Dion.

"Sorry, gue," Dion tidak melanjutkan kata-katanya, dia menarik rambutnya ke belakang frustasi.

"Bagaimana dia bisa jadi Dosen?" tanya Dion.

"Mana gue tahu," jawab Sandra yang tambah bingung, "Emang lo kenal sama pak Adrian?" Sandra bertanya balik pada Dion.

"Gue kenal dia, bahkan sangat mengenalnya, sumpah gue nggak tahu kalau yang lo maksud itu adalah laki- laki brengsek itu," ucap Dion marah.

"Dia laki-laki paling brengsek yang pernah gue kenal," kata Dion. Memberi jeda sedikit pada ucapannya ia kembali berkata, "Lo San dan lo Fi jangan deket-deket sama laki-laki brengsek itu. Mengerti?"

"Gue bingung deh sama lo Di, maksud lo apa sih?" tanya Sandra yang kebingungannya makin akut sekarang.

"Fi...apa selama di Bali lo ketemu sama laki-laki itu?" Dion bertanya pada Sofia karena tidak mungkin Sofia tidak tahu apa yang terjadi antara Adrian dan dirinya.

Sofia menelan ludahnya sendiri, tenggorokannya tiba-tiba terasa makin kering.

"Apa yang terjadi selama di Bali?" Dion bertanya dengan tatapan menyelidik dan amarahnya masih terpancar jelas di matanya.

"Ya Tuhan, apa yang akan kukatakan," batin Sofia meringis dalam hati.

***

Luph u phul 😘

HOLD ME  (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang