42 // Kerinduan

90.1K 5.6K 112
                                        

Dengan menahan perih di dadanya Sofia melangkah menjauh dari depan pintu apartemen Adrian.

Tangannya terus menghapus air mata yang sialnya tidak mau berhenti mengalir.

Beruntung apartemen ini dalam kondisi sepi, Sofia tak perlu malu melihat tatapan bertanya dan mengejek dari orang orang yang mungkin ditemuinya.

"Kamu harus kuat Sofia, kamu pernah mengalami hal yang lebih menyakitkan dari ini."

Kata-kata itu terus di ucapkan dalam hatinya seolah-olah akan menjadi mantra pelenyap rasa sakitnya.

"Selamat malam Mbak," sapa security apartemen saat melintas di hadapannya dan tentunya tidak mendapat jawaban karena Sofia terus saja berjalan atau lebih tepatnya setengah berlari.

Security itu menggelengkan kepalanya "ada apa dengannya?" ucapnya. Dia mengenali Sofia sebagai teman Pak Adrian.

***

Saat tiba di kamarnya Sofia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Kesedihannya makin bertambah saat mengingat pertemuannya dengan Restu.

Flashback on

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" kata Sofia tanpa basa-basi.

"Aku ingin minta maaf padamu."

"Maafmu sudah tidak ada gunanya," kata Sofia.

"Aku tidak tahu kalau kamu Sofia Aruna Widjaya. Anneke bilang kalau dokumen yang akan dia berikan padaku akan di berikan oleh orang suruhannya. Tapi aku benar-benar tidak tahu kalau itu kamu," jelasnya.

"Kenapa kamu melakukan semua itu?" tanya Sofia.

"Maafkan aku, tapi saat itu aku membutuhkan desain pembangunan hotel yang terbaru untuk mendapatkan kepercayaan dari Ayahku," katanya.

"Termasuk dengan mencuri," sindir Sofia.

"Saat itu aku begitu bodohnya mengikuti rencana Anneke," katanya lagi.

"A--apa maksudmu?" tanya Sofia heran.

"Anneke yang memberikan ide itu padaku, kupikir dia melakukan itu karena aku sahabatnya. Tapi ternyata yang dia lakukan justru untuk membuatmu terusir dari rumah," katanya menyesal.

"Waktu itu aku tidak tahu kalau kamu adalah Restu Swardiansa. Putra dari lawan bisnis ayahku," kata Sofia dingin. Sofia tertawa sumbang.

"Karena itulah Ayah marah besar padaku," gumam Sofia lirih.

"Darimana kamu tahu siapa aku?" tanya Restu.

"Tidak sulit menemukan berita tentangmu di majalah bisnis saat penobatanmu sebagai CEO muda yang berbakat. Tak lama setelah kau menerima dokumen itu bukan?" sindir Sofia lagi.

"Sekali lagi maafkan aku. Aku sudah meminta maaf dan menjelaskan semuanya pada Ayahmu," katanya lagi.

"A--apa?" Sofia kembali terkejut dengan perkataannya, apalagi setelah itu dia menganggukkan kepalanya.

"Lalu, kenapa Ayah tidak berusaha mencariku," batin Sofia bertanya.

Perih itulah yang dirasakannya, lebih baik ia tidak mengetahuinya daripada harus merasakan sakit ini lagi.

"Oh ya, Anneke ada di Jakarta. Kau, berhati-hatilah," ucapnya.

Flashback off

Tanpa diberitahupun Sofia sudah bertemu dengannya. Kenapa semua masalah ini muncul di waktu yang bersamaan ucapnya dalam hati.

HOLD ME  (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang