40 // Berbaikan

83.7K 5.1K 44
                                    

"Lo sudah ngomong sama Dion?" tanya Sofia pada Sandra.

"Sudah. Tapi sebentar doang, anak itu bilang lagi sibuk. Dia pasti menghindari gue juga," kata Sandra sambil tetap fokus menyetir.

"Dia pasti tahu kalau lo mau ngomongin masalah gue," desah Sofia pelan.

"Jangan terlalu khawatir, dia nggak akan marah lama-lama sama kita," ucap Sandra.

"Gue aja kali San,"desah Sofia lagi.

"Udah jangan nggak semangat gitu, kita sudah sampai. Ayo turun," ajak Sandra.

"Selamat siang Mbak, kami mau bertemu dengan Pak Dion Winata," kata Sandra.

"Apa kalian sudah ada janji?" tanya sekretarisnya.

"Sudah, bilang saja sahabatnya, Sandra dan Sofia ingin bertemu," kata Sandra lagi.

"Baiklah, mohon tunggu sebentar," kata sekretaris itu.

"Hallo selamat siang Pak"

[.............]

"Sahabat Anda Sandra dan Sofia ingin bertemu."

[...........]

"Baik Pak," sekretaris itu langsung menutup panggilannya.

"Kapan kita janjian?" bisik Sofia.

"Gimana mau janjian, angkat telpon gue aja nggak pernah," kekeh Sandra pelan, Sofia pun ikut terkekeh.

"Maaf Pak Dion masih ada tamu penting, silahkan tunggu sebentar," katanya sambil menunjukkan sebuah sofa panjang di bagian pojok.

"Oh oke, terima kasih" kata Sandra, lalu mereka duduk di sofa yang ditunjukkan.

"Dia nggak mungkin nolak nemuin kita. Gila udah jadi Bos aja tu anak,'' kata sandra.

"Lo juga bisa kalau mau," kata Sofia.

"No. Perusahaan biar kakak gue yang urus, gue pengen buka butik?" kata Sandra.

"Apa hubungan Sastra sama butik?" tanya Sofia heran.

"Gue memang suka sastra dari dulu. Dan lagi zaman sekarang, kita sarjana apa, kerjaannya apa udah biasa," katanya santai.

"Ehemm," suara deheman terdengar.

"Eh Pak Dion, udah selesai meeting-nya Pak?" tanya Sandra dengan suara menggoda.

"Lo kemari cuma mau godain gue aja, pulang sana!" kata Dion pura-pura marah.

"Enak aja nyuruh pulang, kita udah nunggu lo lama juga. Nggak di ajak masuk ni?" ucap Sandra.

"Ayo!" kata Dion berjalan mendahului mereka. Sofia hanya diam saja dan ia tidak tahu apakah Dion masih marah atau tidak.

"Nih." Dion menyodorkan dua gelas minuman dingin pada mereka.

"Jadi, apa yang membawa kalian datang ke kantor gue?" ucap Dion.

"Lo masih marah sama gue Di?" ucap Sofia.

Dion menatap Sofia cukup lama dengan tatapan yang tak bisa di mengerti. Sandra juga terlihat sedang menanti jawaban Dion dengan harap- harap cemas.

"Gue nggak marah sama lo Fi, gue kecewa sama lo," kata Dion akhirnya sambil menenggak minumannya.

"Kecewa itu jauh lebih parah dari marah Di," cicit Sofia pelan.

Hhhhhh Dion menghela napasnya panjang. "Gue kecewa sama lo, gue marah sama lo, tapi semua masalah hati Fi gue nggak bisa ikut campur," katanya.

HOLD ME  (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang