3

10.7K 416 20
                                    

Zero POV.

Tubuhku menegang ketika mendengar zevanya ingin berbicara sesuatu kepada mama dan papa.

Bukannya aku mencegah zevanya untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi dalam situasi kayak gini, tidak baik jika dia sudah ingin mengatakan yang sebenarnya. Aku takut jika melihat mamaku sedih mendengar anak perempuannya sudah tidak perawan lagi. Aku takut jika mamaku akan mengalami tekanan batin.

Aku memberikan isyarat ke pada zevanya untuk tidak mengatakannya, ia menatapku sekilas lalu...

"zeva mau bilang kalau..."

Aku semakin menegang ketika zeva hampir mengatakan yang sebenarnya, ku mohon zev, jangan mengatakan hal itu sekarang, -batinku sambil menatap manik matanya dengan tatapan permohonan.

"bilang apa sih zeva?" tanya mamaku mulai penasaran.

aku menggigit bibir bawahku, aku benar benar takut jika zeva akan mengatakan yang dapat menyakiti mamaku.

"bilang, kalau aku, aku pengen ke kamar mandi" kata zeva. Aku menghela nafas dengan lega, tetapi yang lain tertawa karena sikapnya zevanya.

"kakak astaga, udah serius serius, eh cuman ngomong kayak gitu doang" kata zara.

"zeva kamu itu rusuhnya kebangetan" kata mamaku sambil tertawa terbahak bahak.

"anak papa yang satu ini unik banget" kata papa sambil tertawa.

Zevanya juga ikut tertawa. "maaf, yaudah zeva mau ke kamar mandi dulu ya...bye bye" kata zeva sambil pergi meninggalkan kami.

aku terdiam karena tubuhku masih merasakan ketegangan yang begitu mendalam, dia benar benar sudah membuatku menegang dan takut akan perkataannya.

"zer!"

tubuhku seketika tersentak karena panggilan tiba tiba dari mamaku. aku menatapnya seketika.

"iy-ya ma?" jawabku dengan gugup.

"kenapa diam saja dari tadi?mama perhatikan kamu sejak kemarin menjadi pendiam" ucap mamaku.

begini lah mamaku, dia selalu saja bisa menelitiki sikap sikap keanehanku ketika aku sedang ada masalah, ia selalu bisa menilai apa yang terjadi denganku.

aku tersenyum ke arahnya. "itu perasaan mama saja, aku baik baik saja" ucapku mencoba meyakinkan dia, dia terlihat memikirkan sesuatu, ya mungkin ia sedang curiga dengan jawabanku tadi.

"aku tidak apa apa ma, yasudah aku mau ke kamar ya" ucapku lalu beranjak pergi meninggalkan mereka.

tidak, aku tidak ingin pergi ke kamarku, tetapi aku ingin pergi ke kamar zevanya untuk berbicara padanya tentang masalah diantara kami.

Dan kini, aku sudah berada di depan pintu kamar zeva, Aku mengetuk pintu kamar zevanya, cukup lama aku menunggu pintu yang berada di hadapanku terbuka, sekitar 3 menit aku berdiri di depan pintu kamarnya zevanya. dan akhirnya, ia sudah membukakan pintu kamarnya, matanya langsung menatapku dengan tatapan tajam, terlihat jelas sorotan matanya menunjukan bahwa dia sudah membenciku.

"zeva kakak mau ngomong sama kamu" kataku. Dia diam sejenak,lalu mengangguk dan menggeser tubuhnya untuk memeberikan aku jalan, aku masuk ke dalam kamarnya,dan mataku terpaku ketika terdapat banyak sekali bingkai foto dia bersama edd, bahkan ada lukisan wajahnya edd.

Dia menatapku dengan tajam,sedangkan aku tersenyum padanya.

"Mau ngomong apa?" katanya dengan nada sinis.

"Duduk dulu zeva, biar enak ngomongnya" kataku. Bisa kulihat dia sedang menghela nafas seakan akan ia harus bersikap sabar. Akhirnya dia duduk di sampingku tetapi jaraknya berjauhan.

My Lovely Brother #wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang