Diriku terkesiap dan terkejut ketika mendengar perkataan kak zero, mataku menatap matanya dengan tatapan bulat, dahiku berkerut karena menatapnya.Dia menggelengkan kepalanya.
"seharusnya kamu tidak usah bersikap seperti itu" katanya lagi. Aku hanya terdiam sebari mendengarkan perkataan perkataannya.
"kakak tahu sebenarnya kamu tidak merasakan pusing sedikit pun" katanya lagi. Diriku semakin gugup dan terkesiap. Tetapi mataku masih menatap matanya yang coklat.
"kalau kamu bersikap seperti itu berarti kamu masih mencintainya zeva" katanya dengan nada frustasi. Diriku semakin panas mendengarnya, aku sangat terkejut ketika kak zero berfikiran seperti itu, padahal maksudku baik, aku tidak ingin kak zero berfikiran yang tidak tidak ketika aku dan kak edd bertemu lagi dan berdekatan lagi, apa lagi tadi tatapan kak edd tidak berpindah sedikitpun dariku.
"kak aku.. " ucapku menggantung karena mulut ini susah sekali mengatakan sesuatu.
Dia tersenyum "enggak apa, kamu berhak atas mencintainya, kakak bisa memakluminya" kata kak zero lagi. Hatiku seoalah olah remuk ketika mendengar perkataan kak zero, hatiku sakit ketika kak zero masih menganggapku masih mencintai kak edd, aku sakit karena kak zero tidak membiarkanku berbicara sedikitpun dan tidak mempercayaiku.
"kakak ze__"
"sudahlah, katanya kamu ingin istirahat, jadi sekarang kamu beristirahatlah" katanya lagi, lalu meninggalkanku sendiri.
Tubuhku bergetar ketika kak zero sudah benar benar meninggalkanku, dia pergi begitu saja tanpa mendengar perjelasan aku sedikitpun. Aku menangis, iya aku menangis untuk pertama kalinya karena sikap kak zero. Ini bukanlah tangisan bahagia seperti dulu ketika kak zero selalu membuatku menangis bahagia, tetapi ini tangisan kesedihan yang kak zero berikan karena ia pergi begitu saja tanpa mendengar penjelasanku.
***
Zero POV.
Aku pergi meninggalkan zevanya begitu saja, dengan perasan tidak menentu, entahlah aku tidak bisa mendeskripsikan perasaan aku sekarang bagaimana, yang jelas, aku merasa kecewa dengan zevanya karena ia masih mencintai edd. Aku cemburu, tentu saja, aku ini suaminya, aku berhak untuk cemburu karenanya.
Aku berjalan ke lantai bawah, dimana aku bisa melihat semua anggota keluarga sedang berkumpul di ruang keluarga. Tetapi aku tetap berjalan melewati mereka, hingga langkahku terhenti karena mama memanggil namaku.
"zero" panggilnya. Aku menoleh ke arah sumber suara itu,
"iya kenapa ma?" tanyaku. Mamaku tersenyum.
"mau kemana nak?" tanyanya. Aku terdiam sejenak, lalu
"mau ke luar sebentar ma" jawabku.
"yasudah, setelah itu kamu dan zevanya makan ya, kasian zeva pasti dia kelaparan" kata mamaku. Aku mengangguk kaku, lalu berjalan kembali ke arah luar rumah.
Aku terus melangkah ke arah taman rumahku, lalu duduk di bangku taman untuk menenangkan pemikiranku sendiri.
Aku terkejut ketika merasakan sebuah tangan sedang menepuk bahuku dari belakang, refleks aku menoleh ke belakang. Ternyata zara yang telah menepuk bahuku, dia tersenyum kepadaku dan aku juga membalas senyuman padanya, lalu ia juga ikut duduk di sebelahku.
"aku tebak pasti kakak sedang memikirkan kak zeva" katanya. Aku tersenyum menanggapinya.
"kak kita sama sama mengenal kak zevanya seperti apa, dia itu orang yang selalu menjaga perasaan orang lain, dia malah lebih mementingkan perasaan orang lain daripada dirinya sendiri" katanya. Aku terdiam sambil mendengar perkataan zara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Brother #wattys2017
Romancecover by : @kamubiru. [Saquel of my[husband]]. Seharusnya pernikahan ini tidak akan terjadi kalau saja aku tidak datang ke club malam sendirian. Hidupku dan masa depan ku sudah hancur, sejak malam terkutuk itu. Sungguh aku tidak akan bisa melupakann...