Zevanya POV.
Kini aku sudah lima hari tinggal bersama kak zero, tetapi aku heran padanya karena ia selalu sabar dengan semua yang kulakukan padanya.
Padahal aku selalu bersikap kasar padanya, berbicara dengan tidak sopan, selalu memerintahnya. Bahkan ketika dia mempunyai sedikit kesalahan dari yang aku suruh, aku langsung memaki makinya. Contohnya ketika tadi pagi, aku menyuruhnya untuk membuatkan ku teh mint, dan dia membuatkannya, tetapi selagi aku ingin meminum teh itu, teh itu sangat panas dan membuat lidahku melepuh, tentu saja aku langsung memaki makinya.
Aku melihat ke arah kak zero yang sedang duduk di sofabed sambil mengutak ngatik laptopnya, lalu aku bangkit dari dudukku dan berjalan ke arah keluar kamar hotelku, selagi aku membuka pintu kamar, kak zero memanggilku.
"Mau kemana zeva?" tanya. Aku menatapnya dengan tatapan tajam.
"Bukan urusan kakak"kataku dengan sinis. Sungguh, jika di tanya apakah mudah untuk mengatakan perkataan kasar kepada kak zero, aku akan menjawabnya, tentu saja sangat sulit, aku terbiasa untuk berkata lembut dengan semua orang, tetapi untuk saat ini aku harus belajar untuk berkata kasar dengan kak zero, untuk meyakinkan dia bahwa mulai sekarang aku telah membencinya
Dia menggelengkan kepalanya. "Udah malem zeva, enggak baik perempuan keluar malam" katanya dengan nada lembutnya. Aku tersenyum miring ke arahnya.
"Masalah gitu?gak usah sok care deh sama zeva" kataku masih dengan nada sinis.
"Udah ah zeva mau keluar, gak penting tau enggak ngomong sama kakak, buang buang waktu saja" kataku masih dengan suara sinis, lalu aku keluar dari kamar hotel.
Aku berjalan ke luar hotel, entah arah tujuanku kemana, aku hanya ingin berjauhan dengan kakakku saat ini, aku sudah terlanjur muak dengannya.
Langkahku terhenti ketika melihat zedane bersama dengan teman teman laki lakinya dan di sana ada kak edd juga, mereka sedang berada di cafetaria,aku tidak menghampirinya, tetapi aku juga masuk ke dalam cafetaria itu.
Ketika aku baru masuk ke dalam cafetaria, bisa ku dengar kalau zedane memanggilku.
"Kakak" panggilnya, aku menoleh ke arahnya, dan dia sedang menghampiriku.
"Kakak,zedane mau ngomong sama kakak" katanya dengan mimik wajah serius. Aku tersenyum.
"Mau ngomong apa?" tanyaku.
Dia terdiam sejenak. "Mendingan kita ngobrol sambil duduk di situ ajah deh" katanya sambil menunjuk ke arah meja yang ia tempati dengan kak ed dan teman temannya.
"Tapi itu ada temen kamu" kataku. Dia menggeleng.
"Nanti aku usir dia, lagian mereka juga udah mau pulang" katanya. Aku mengangguk pasrah, lalu aku mengikutinya.
Sesampainya aku di meja yang di tempati teman teman zedane dan kak edd, mereka semua memandangku seakan akan ada yang aneh dengan diriku.
"Siapa zedane?" tanya salah satu temen zedane.
"Dia kakak gue" jawab zedane.
"Cantik juga" katanya. Aku terdiam tidak menjawab.
"Sini kak duduk" kata zedane sambil menunjukan kursi kosong kepada ku, dan kursi itu bersebelahan dengan kak edd, dengan ragu ragu aku duduk di kursi itu.
"Maaf ya bro, kayaknya kita ngobrol ngobrolnya lain kali deh, soalnya gue pengen ngomong hal penting sama kakak gue" kata zedane.
3 cowo yang tidak di kenalku mengangguk, "yaudah kita pulang duluan ya dan" kata salah satu cowok itu, tetapi bukan orang yang memujiku tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Brother #wattys2017
Romancecover by : @kamubiru. [Saquel of my[husband]]. Seharusnya pernikahan ini tidak akan terjadi kalau saja aku tidak datang ke club malam sendirian. Hidupku dan masa depan ku sudah hancur, sejak malam terkutuk itu. Sungguh aku tidak akan bisa melupakann...