23

5.8K 237 8
                                    

23
Zevanya POV.

Bola mataku selalu menatap wajah kakak zero Yang sedang tertidur, aku ingin menatapnya hingga aku sudah merasa puas, tetapi aku rasa, aku tidak akan merasa puas sedikit pun untuk menatapnya.  Ya tuhan bagaimana bisa aku menjalankan aktivitasku seperti biasa tanpa kak zero, Dan mulai besok siang dia akan meninggalkanku selama satu bulan, itu berarti aku harus sendirian di rumah tanpa kak zero selama 30 hari. Apakah aku bisa hidupku menyenangkan ketika kak zero tidak berada di dekatku? Tentu saja tidak, dia adalah sumber kebahagianku di dunia ini.

Dirkiku terkesiap ketika melihat kak zero sudah membuka matanya, dia menatapku dengan berkerut dahi.

"Zeva kenapa belum tidur?" Tanyanya dengan suara serak. Aku menggeleng.

"Lihat sekarang sudah jam 2 pagi, besok kamu akan magang kan? Jadi sekarang tidur!" Ucapnya. Aku menggeleng sebari menatapnya.

Dia menghela nafas dengan berat, lalu mempererat pelukannya, hingga tubuh polosku menyentuh tubuh polosnya juga, karena aktivitas panas kami semalam.

"Tidur sekarang, kamu harus istirahat" katanya. Aku menggeleng, tanpa bisa menahan kesedihanku sendiri, saat ini tangisanku sudah datang kembali, tanpa ku minta. Aku benar benar sedih ketika mengetahui mulai besok siang kak zero akan meninggalkanku, dia tidak hanya meninggalkanku tetapi meninggalkan anak kami juga. Anak Yang masih di dalam kandunganku.

Tangannya menghapus air mataku ketika tetesan air mataku sudah menetes, ia menatapku dengan tatapan cemas Dan khawatir.

"Stt sudah jangan menangis lagi" katanya sebari menenangkanku. Aku menggeleng, lalu memeluk tubuhnya semakin erat, seketika itu tangisanku semakin pecah. Dia mencoba menenangkanku dengan cara mengusap punggung Dan rambutku, tetapi tangisanku semakin pecah, aku tidak bisa mengontrol keadaanku sekarang, karena saat ini aku butuh menangis, hanya menangislah Yang saat ini aku bisa lakukan.

"Kalau kamu seperti ini terus zev, kakak tidak akan bisa meninggalkanmu dengan perasaan tenang" katanya dengan pelan, aku masih menangis di dalam pelukannya. Rasanya aku ingin berhenti dari tangisan ini, tetapi tidak bisa. Diriku saat ini sedang kalut Dan tidak bisa berfikir dengan jernih.

"Kalau kamu terus menerus seperti ini, kakak tidak akan jadi pergi ke singapur" katanya lagi. Aku menggeleng, tetapi mulutku masih bungkam.

"Zev, jangan seperti ini, ini semua membuat kakak sedih dan merasa bersalah" katanya dengan sendu. Aku menggeleng, lalu melepaskan pelukanku.

Mataku menatap matanya Yang sedang menatapku dengan tatapan sendu Dan lesu. Dia nampak sangat kacau karena sikapku sendiri. Bahkan bisa ku lihat, matanya sudah berlinang air mata, Yang berarti kak zero hampir menangis. Bukan hampir, tetapi sudah menangis, dia menangis karena sikap egoisku sendiri
Aku semakin merasa bersalah ketika melihat kak zero saat ini benar benar sudah mengeluarkan air mata. Ini adalah Kali pertama aku melihat kak zero menangis,  selama ini kak zero tidak pernah menunjukan tangisannya di depan orang lain.

Tanganku menghapus air matanya, aku menngecup wajah kak zero beberapa Kali, untuk menenangkannya.

"Kakak jangan menangis" kataku. Dia tersenyum.

"Kakak menagis karena kamu, makanya kamu jangan nangis" katanya. Aku tersenyum lalu mengangguk.

"Iya, aku enggak nangis lagi" kataku. Dia tersenyum, lalu mengecup bibirku sendiri.

"Nah kan kalo gini lebih cantik dilihatnya" katanya dengan menggodaku, aku tersenyum.

"Sekarang tidur, kamu harus istirahat" katanya. Aku mengangguk.

"Tapi aku pakai pakaian dulu, rasanya aneh ketika aku tidak mamakai pakaian apa pun, bahkan tidak memakai dalaman" kataku. Dia menggelengkan kepalanya.

My Lovely Brother #wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang