Part 3

82 11 0
                                    

Selamat membaca!





Alya Kinanti:
> Hai Angga! Ini aku Alya. Temennya Reka yg waktu itu di Roar Café
> Angga?
> Busy?

   Reka begooo. Angga mengutuk sahabatnya itu dalam hati. Tangannya yang sedang memegang handphone, rasanya panas melebihi panas handphonenya.

Angga Agustaf:
> Bego lo, Ka. Pake kasih2 nomor gue ke si Alya

Reka Asta Rashad
> Haha. Gapapa Ga. Give her chance to fill your frozen heart. Dia nice girl kok.

   Alasan klise yang diberikan Reka saat ia tengah mendekatkan seseorang kepada Angga.

Angga Agustaf
> Kali ini pilihan lo nggak menunjukan kalo dia nice girl ye

Reka Asta Rashad
> Don't judge girl by her cover. Lo perlu sesuatu yg fresh. Nggak selamanya cewek berpenampilan baik bisa baik buat lo juga.

  Sesuatu yang fresh. Maksudnya sesuatu yang baru dan berbeda. Hal itu mengingatkan Angga dengan beberapa gadis berkerudung, berparas manis yang pernah dikenalkan oleh Reka kepadanya.

Semuanya adalah perempuan baik-baik, sebaik penampilan mereka. Tetapi menurut Angga mereka terlalu biasa. Entah memang kenyataannya begitu atau karena ia tidak tau karena tidak pernah mengenal mereka lebih dari nama.

- - - - - - -

   Sinta berjalan menuju bangku penonton di pinggir lapangan basket. Tak lupa ia menyapa Reka dan Angga yang sedang melakukan pemanasan, yang seperti biasa hanya dibalas anggukan oleh Angga.

   Tidak ada satu pun yang tau alasan di balik sikap dingin Angga kepada Sinta. Hal itu masih menjadi misteri.

   Reka sempat berpikir hal itu hanyalah akibat dari rasa iri Angga kepada dirinya yang sudah memiliki pacar yaitu Sinta. Tapi setelah dipikir kembali, pemikiran tersebut sangat ke kanak-kanakan.

   " Chatnya Alya lo bales? " tanya Reka kepada Angga disela-sela merela ber-man to man.

   " Belum. ".

   " Jadi Alya di up nih? Dia nice banget loh. Dia bisa bikin melted cowok beku kayak lo. ". Angga hanya diam, fokus dengan permainannya. " Buka lah hati lo buat yang kali ini ". Lanjut Reka.

   Angga masih terdiam dan sekilas melirik Sinta yang menunjukkan wajah antusiasnya melihat Reka dan Angga di lapangan.

Lalu tiba-tiba Angga menghentikan pernainannya dan mengambil tasnya di pinggir lapangan lalu pergi, tanpa menghiraukan Sinta yang tengah bersusah payah menawarkan lasagna yang ia buat.

- - - - - - -

   Angga berjalan menuju balkon kamarnya sambil membawa gelas berisi coklat hangat di tangannya.

Handphonenya berbunyi. Menandakan ada chat masuk. Ia menaruh gelasnya dan mengambil handphonenya di saku celana.

Alya Kinanti:
> Evening, Angga
> Sorry for disturbing you
> Yg kemarin cuma just wanna say hi. Nggak lebih. Sorry yaa

Angga Agustaf:
> Evening, Alya
> It's okay. Sorry kemaren gue lagi ada kerjaan

   Alya mengutarakan sikap tidak enaknya. Biasanya sikap seperti itu pertanda menyerah. Hal ini kembali mengingatkan Angga pada memori 2 tahun lalu.

   Seorang perempuan memberikan pertanda menyerahnya kepada Angga. Tak hanya perempuan itu yang menyerah, tapi juga Angga.

   Ia menyerah atas penyesalan tak berujung yang berakibat kepada dirinya kini. Penyesalan yang mengungkapkan perasaan yang sebenarnya kepada perempuan itu.

   Tapi sekarang permasalahannya adalah apakah ia masih menyimpan perasaan itu kepadanya?

Perasaan rindu, membutuhkan, dan juga sayang

Kepada perempuan yang juga disayangi oleh sahabatnya.

- - - - -

Untuk tanya2, kritik & saran bisa di komentar.

Terima kasih

House Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang