Part 4

70 11 0
                                    

Baru update lagi nih..

Selamat membaca!!

- - - - - - -

   Angga dan Sinta. Sepasang sahabat yang hubungannya sudah diketahui oleh warga di penjuru SMA. Mereka sangat dekat. Kemana-mana pasti selalu bersama.

   Angga memiliki tubuh tinggi dan atletis, wajahnya tampan, kulitnya cukup putih jika diukur untuk seorang laki-laki. Ia pintar. Dan sebagaimana orang-orang pintar, ia pendiam. Dan sebagaimana laki-laki tampan, ia dingin.

   Sedangkan Sinta, ia memiliki tinggi tubuh semampai seperti perempuan pada umumnya. Rambutnya hitam lurus dan selalu dikuncir kuda. Kulitnya kuning langsat dan wajahnya ayu seperti gadis berdarah Jawa biasanya.
   Ia pintar, tetapi ia tidak pendiam. Hanya saja ia membatasi diri. Tetapi saat ia sudah bersama orang yang memang dekat dengannya, ia bisa menjadi berisik dan hiper-aktif. Kepribadian yang selalu disukai oleh Angga. Menurutnya itu melengkapi dirinya.

   Maka dari itu ia selalu nyaman bila berada di dekat Sinta. Sinta selalu berisik, malah kelewat berisik dan hiperaktif.

Seperti saat pertama kali Angga mengajak Sinta ke rumahnya. Sinta selalu memuji pemandangan yang di dapat jika ia berada di balkon kamar Angga.

   " Sumpah deh, Ga. Ini keren banget. Aku selalu pengen punya balkon di kamar. Tapi apa daya, rumah aku aja nggak tingkat haha! " begitulah sekiranya. Memuji dan merendahkan dirinya.

   Sinta memang bukan dari kalangan keluarga kaya raya. Tetapi berada dalam keluarga yang serba berkecukupan sudah membuat bahagia. Menurut Sinta, meski ia miskin sekalipun jika ia masih bersama ayah bundanya, Angga, Reka, dan Dara, ia masih bisa bahagia.

   " Lebay lo ah! " begitu yang terlontar dari mulut Angga kala Sinta mengutarakan pendapatnya itu.

   " Serius Ga! Percuma kalo aku punya banyak uang tapi aku sendirian. Nanti aku mau traktir siapa? " ujarnya sambil tersenyum bangga.
  " Kan kalo aku miskin juga aku masih bisa ditraktir kamu haha " lanjutnya. Yang langsung disambut senyum Angga.

   Sikap ke kanakan Sinta, tawanya yang lepas, kepolosannya, senyum bahagianya. Itu semua kini Angga rindukan. Meski Sinta masih bisa seperti itu, tapi bukan dengan dirinya, bukan karenanya, dan bukan untuknya. Melainkan dengan, karena dan untuk sahabatnya, Reka.

   Angga tau itu salah dirinya. Sejujurnya ia pun masih tidak mengerti dengan tindakan yang diambilnya.

   Setelah Sinta mengutarakan perasaannya, Angga menjauhi Sinta.
Lebih tepatnya Angga mulai merenggangkan hubungan mereka sebagai sahabat.

   Hal itu membuat Sinta sangat sedih dan menyesali tindakannya untuk seumur hidup.

   Ia kini kehilangan Angga. Meski tidak sepenuhnya, tapi tetap saja. Menurutnya, kebahagiaannya menjadi sedikit berkurang tanpa Angga.
Dan akhirnya Sinta menyerah dan memilih pasrah.

   Angga yang dingin dan Sinta yang hangat terlihat sangat klop di mata semua orang. Dan memang kenyataannya begitu. Hanya saja Angga terlambat menyadarinya. Perasaan mereka tak pernah bertemu di satu titik yang sama.

- - - - - -

The short one. Sorry!

Semoga yang selanjutnya bisa lebih banyak 😂

House Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang