Part 15

54 4 0
                                    

Happy reading!




   Angga mematikan mesin mobilnya setelah ia parkir di pekarangan rumah sakit. Tetapi Angga tidak langsung keluar dan mengeluarkan kursi roda Sinta, membuat Sinta kebingungan.

   “ Ga, kita udah sampe. “ Sinta memalingkan wajahnya ke arah Angga. Tetapi Angga masih menatap kosong taman bunga di luar sana. “ Ga? “.

   “ Ta.. “ Akhirnya Angga menatap Sinta dengan tatapan yang serius. Hal itu membuat Sinta menelan salivanya karena memang menakutkan melihat Angga dengan tatapannya itu. “ Aku minta sama kamu buat tenangin diri kamu. “.

   “ Emang ada apa sih, Ga? Dari tadi aku nanya, kamu cuma jawab ‘tenang dulu’. Dari tadi aku itu udah tenang. Justru kamu yang nggak tenang. “ Sinta pun mengeluarkan nada tingginya karena ia sudah jengkel dengan Angga.

Lalu terdengar suara dari telepon genggam Sinta, yang menandakan pesan masuk. Dan itu dari Bunda Sinta
   ‘ Sinta, Bunda baru sampai di RS ‘
Membaca pesan itu membuat alis Sinta berkerut.

   “ Ga, Bunda baru sms katanya udah sampe di RS. Bunda kesini? Sebenernya ada apa sih, Ga? “.

   Angga menunjukkan gelagat bingungnya. Lalu ia langsung keluar mobil dan mengambil kursi roda Sinta
Setelah Sinta duduk dengan nyaman, Angga mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah sakit.

----

  Sesampainya di ruang tunggu utama, disana sudah ada ayah dan bunda Sinta yang tersenyum khawatir saat melihat putrinya. Lalu Angga dan ayah Sinta pergi meninggalkan Sinta dan bundanya.

   “ Bunda, sebenernya ada apa sih? Dari tadi semuanya aneh. Sinta tanya ke Angga, dia nggak mau jawab. Terus sekarang Bunda sama Ayah disini. Emang ada apa Bunda? “ Sinta langsung menyerbu bundanya dengan raut penasaran.

   Bunda tersenyum. Ia mengusap rambut Sinta. “ Kamu tau nggak, nak? Kalo setiap kedatangan itu pasti ada kepergian. Seperti halnya manusia, Setiap ada kebahagiaan pasti akan ada cobaan. Dan satu-satunya jalan untuk menghadapinya itu adalah bersabar dan ikhlas. “.

   Sinta ikut tersenyum. “ Iya Bunda.. Kalo itu Sinta juga udah tau. Tapi Sinta nggak ngerti maksud Bunda apa ngomong kayak gitu? “ ujar Sinta dengan tenang.

Lalu tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nama Sinta. Saat Sinta mencari sumber suara, ternyata itu adalah Dara. Dara berlari mendekati Sinta lalu memeluknya.

   “ Ta, maaf gue telat. Maaf belakangan ini gue sibuk. Gue nggak pernah ada buat lo. Bahkan di saat-saat lo terpukul sama kabarnya Reka kayak gini aja gue masih telat buat ada di sisi lo. Maafin gue, Ta.. “ Dara langsung terisak di pangkuan Sinta. Dan Sinta malah kebingungan.

   “ Ra, maksud kamu apa terpukul sama kabarnya Reka? “ tanya Sinta kebingungan. Lalu secara spontan Dara mengangkat kepalanya dengan tatapan bingung juga.

   Sinta mengalihkan pandangannya kepada bundanya dan menatap lekat-lekat. “ Bunda, jangan bilang ini ada hubungannya sama keadaan Reka.. “.
Bunda Sinta membalas tatapan putrinya sambil mengusap kepala Sinta.

   “ Bunda, ada apa sama Reka? “ sebulir air mata jatuh ke pipi Sinta.
   “ Bunda, Reka masih ada kan? “ lalu semakin banyak air mata yang jatuh.

Dara menggenggam tangan Sinta dengan kuat saat mendengar pertanyaan Sinta. Merasakan reaksi Dara, Sinta langsung menggerakkan sendiri kursi rodanya untuk mencari Reka.

   Dari kejauhan, Sinta melihat banyak orang yang duduk di depan ruang rawat Reka. Termasuk ayahnya dan Angga.
Air mata Sinta semakin deras. Sampai ia tak sanggup untuk menggerakkan kursi rodanya, yang langsung di ambil alih oleh Dara hingga masuk ke ruang rawat Reka.

House Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang