Selamat membaca!
●
●
●
●Angga tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman di wajahnya sambil memperhatikan sepasang sahabat yang sedang bercengkrama dengan sesekali diiringi tawa mereka.
" Ga, lo kayak orang gila! " celetuk Dara sambil membuka kuaci di tangannya. Angga mengerutkan dahinya.
" Kamu kenapa senyum-senyum sih, Ga? " tanya Sinta dengan lembut dan seulas senyum di bibirnya.
" Eh, emang iya aku senyum-senyum? " tanya Angga sambil memegang bibirnya. Dara dan Sinta hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Angga.
" Tapi kok tumben Angga ngomongnya aku-kamu. Ciee ada apa nih? " ledek Dara, yang disambut dengan semu merah di pipi Angga.
Sinta menertawakan kedua sahabatnya itu yang saling meledek. Senang bisa kembali melihatnya.
" Ga, gimana kuliah kamu? " tanya Sinta.
" Baik. Seru. Cuma jadi sepi aja nggak ada kamu sama Reka. ".
Sinta menerawang ke langit-langit kamar rawatnya. " Jadi kangen ngampus. " Sinta menurunkan pandangannya, dan matanya bertemu dengan sepasang mata milik lelaki yang sedang duduk di sofa kamar dan berusaha menahan keinginannya untuk memeluk Sinta.
" Ga, gimana keadaan Reka? " tatapan Sinta menjadi sendu. Ia rindu Reka dan sangat khawatir." Reka baik, keadaannya stabil, tapi dia punya lebih banyak luka dalam. ".
Napas Sinta tertahan. Ia menahan tangisnya. Ka, cepet sadar ya. Aku rindu.
- - - - - - -
“ Jadi saya udah boleh pulang, dok? “ tanya Sinta untuk yang ke sekian kali. Membuat ayah dan bundanya tertawa geli. Dan dokter Farhan hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum.
“ Kalo kuliah? Udah boleh, dok? “ tanya Sinta lagi.
“ Lebih baik istirahat dulu dirumah. Yaa.. Seminggu atau dua minggu. Membiasakan kaki kamu bergerak-gerak. “ jelas dokter Farhan.
Sinta menatap kedua kakinya yang --terbalut gips-- untuk beberapa saat. Lalu kembali menoleh kepada dokter Farhan dan tersenyum.
“ Jadi beneran saya udah boleh pulang, dok? “.
- - - - - -
Bunda Sinta membuka pintu kamar Sinta. Lalu ia mendorong kursi roda Sinta masuk ke dalam kamar. Sinta tersenyum sumringah.
“ Yeeyyy home sweet home! “ seru Sinta. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar kamarnya.
“ Maaf ya selama ini Bunda beres-beres rumah sendirian. Jadi harus beresin kamar Sinta juga. “ Sinta mengutarakan rasa bersalahnya kepada bunda Sinta yang sudah berada di sampingnya.“ Nggak apa-apa nak! Yang penting sekarang Bunda itu udah seneng banget kamu udah sehat. Udah ceria lagi. “ bunda Sinta tersenyum yang disambut senyuman Sinta.
“ Yaudah, Bunda tinggal ya, nak! Kamu istirahat aja. “ bunda Sinta mencium kening Sinta sebelum pergi keluar kamar.Sinta menggerakkan kursi rodanya menuju lemari pakaian. Ia mengambil pakaian ganti lalu segera menyalin pakaiannya. Lalu ia mengambil handphonenya dari dalam tas.
Setelah mengetikkan nomor, ia mendekatkan handphone ke telinganya. Nada sambung terdengar.“ Halo? “ terdengar suara dari seberang.
“ Halo, Ra! Kamu kemana aja? Kenapa hari ini nggak ikut nemenin aku pulang, Ra. Kan sekarang jadi nggak ada temennya. “ Sinta cemberut, menunjukkan perasaan kecewanya walau tak akan terlihat oleh lawan bicaranya di seberang sana.
“ Aduh maaf banget ya, Ta. Gue hari ini ada urusan. Sori yaa! “ ujar Dara dengan nada tidak enak.
“ Yaudah sekarang udah dulu ya, Ta. Gue lagi sibuk nih. See you! “.Dan nada sambung terputus.
Sinta menghela napas panjang. Kayaknya dia lagi sibuk banget.
Baru saja Sinta hendak meletakkan handphone-nya, lalu tiba-tiba terdengar ringtone yang menandakan ada telepon masuk. Sinta kembali melihat handphonenya.
‘ Angga ‘. Sinta menekan tombol hijau.
“ Halo, Ga. Ada apa? “.
“ Ta, kamu lagi dimana? Aku ke kamar kamu kok nggak ada? “.
Sinta mengerutkan keningnya. “ Aku lagi di kamar kok. Eh tapi kamu ke kamar mana? Aku udah pulang. “.
Lalu terdengar Angga yang menghela napas di seberang sana. “ Aku kirain kemana. Yaudah besok aku ke rumah ya, Ta? Aku mau ajak kamu jenguk Reka. “.
Sinta tersenyum.
●
●
●
●Sorry for the short one part
KAMU SEDANG MEMBACA
House Of Love
RomancePerjalanan hidup nampaknya tidak akan seru jika hanya berdua. Maka dari itu kita butuh orang lain untuk menjadi bumbu di perjalanan. Dan bukan kemungkinan kecil apabila ia akan ikut campur didalamnya. Karena setiap orang hadir untuk suatu alasan. S...