Part 13

61 5 1
                                    

Selamat membaca!




   Sinta mematut dirinya yang menggunakan dress berwarna putih sebatas betis dan dengan lengan yang panjang. Tak lupa ia menguncir rambutnya dengan pita yang senada dengan dressnya.

   Lalu terdengar seseorang mengetuk pintu rumahnya. Dan diiringi derap kaki seseorang yang berjalan mendekati pintu dari dalam rumah. Setelah berbincang beberapa saat --yang hanya terdengar seperti gumaman dari kamar Sinta--, derap langkah kaki itu menuju pintu kamar Sinta. Lalu terdengarlah ketukan.

   “ Sintaaa.. Angga udah dateng nih! “ terdengar suara bunda Sinta yang setengah berteriak dari depan pintu kamar Sinta.

   “ Iya, Bun! “ Sinta melajukan kursi rodanya ke pintu lalu membukanya. Di sana ada bunda Sinta yang berdiri dengan wajah murung.

   Lalu bunda Sinta mengambil alih kursi roda Sinta dan membawanya ke teras rumah.

   “ Tolong ya Angga. Abis jenguk Reka, langsung pulang. Kalo mau makan nanti disini aja, Bunda siapin. Biar nanti Sinta bisa cepet istirahat lagi. Dia tuh bandel, udah Bunda bilangin supaya kapan-kapan aja jenguknya, kan sama dokter disuruh istirahat dulu. “ tutur bunda Sinta, masih dengan wajah murung. Sedangkan anak semata wayang di depannya tersenyum geli.

   “ Bunda, Sinta itu kangen sama Reka. Bunda kayak nggak pernah kasmaran aja deh. “ ledek Sinta.

   Bunda Sinta tertawa kecil melihat kelakuan putrinya. “ Yaudah kalian hati-hati ya! Jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya. Langsung pulang ya! “.

   “ Siap, Bunda! “ dan Angga baru membuka suaranya.

   Setelah mereka menyalimi bunda Sinta, mereka pun pergi.

- - - - - - -

   “ Ta? “.

   “ Iya? “.

   “ Aku minta maaf ya, udah jauhin kamu tanpa alasan yang jelas. Sejujurnya, aku nggak mau jauhin kamu. Tapi nggak tau kenapa, aku ngerasa itu harus. Dan.. “.

   “ Ssstt.. Aku ngerti, Ga. Nggak apa-apa kok. Yang penting sekarang kita bisa sahabatan lagi. “ Sinta memotong omongan Angga. Ia tersenyum kepada Angga yang kini sedang menyetir.

   Angga pun ikut tersenyum sambil menyeka keringat dinginnya.

- - - - - - -

   Angga mendorong kursi roda Sinta menuju sebuah kamar rawat. Setelah mengetuk pintu, ia membuka pintu dan mendorong kursi roda Sinta masuk ke dalam.

   “ Eh, Sinta! “ ibu Reka menghampiri Sinta dan langsung menyerbu dengan pelukan. Pelukan rindu.

   Mereka memang sangat dekat. Seperti layaknya ibu dan anak.

   Setelah berbincang sebentar, ibu Reka pamit untuk keluar dan Sinta menghampiri Reka.

   “ Hai Reka! “ Sinta mendekatkan kursi rodanya menuju ranjang Reka dan menggenggam tangan Reka yang tidak diinfus.
   “ Ka, aku udah sembuh. Udah sehat lagi. Ya, tinggal jalannya aja sih yang belum bisa. Nanti kalo kamu udah sadar, bantuin aku belajar jalan ya pake tongkat. Kayak pasangan yang waktu itu kita liat di taman. So sweet banget.. “. Sinta menempelkan punggung tangan Reka ke pipinya.

   Angga yang kini sedang duduk di sofa di belakang Sinta hanya menatap mereka tanpa berkedip.

   “ Eh iya, ngomongin so sweet, aku jadi keingetan waktu kamu nembak aku.. “ Sinta tersenyum sambil membayangkan betapa manisnya saat itu.

   “ Ta, thanks yaa udah nemenin gue belanja. Have fun banget ya kita! “ Dara tersenyum menunjukkan giginya dengan tangannya yang membawa banyak plastik belanjaan. Sedangkan Sinta cemberut.

   “ Kamu doang yang have fun, Ra. Aku jadi nggak enak sama Bunda nggak bisa bantuin beresin rumah. “ ujar Sinta.

   Dara tersenyum penuh arti. “ Lo have fun kok. Gue jamin lo have fun hari ini. “.

   Sinta melongo saat turun dari taksi dan menatap taman di halaman rumahnya penuh lampu warna-warni. Lalu ia melihat si kembar Bobi dan Brian, Rafa, Alaiza, dan Tasya berdiri di teras rumahnya. Mereka adalah teman-teman dekat Sinta dan Reka di sekolah.

   Sinta mulai melangkahkan kakinya melewati pagar. Lalu ia melihat kain merah berbentuk hati terbentang di rerumputan taman. Dan di depannya ada Reka yang sedang duduk di ayunan kayu sambil memegang gitar.

   Dara menarik Sinta untuk berdiri di atas kain berbentuk hati tersebut. Lalu Dara bergabung bersama yang lainnya.

   “ Hai Sinta! Kamu hari ini tambah cantik deh. “ ujar Reka sambil memperhatikan Sinta dari ujung kepala hingga kaki. Dan Sinta ikut menekuri dirinya yang memang sedikit berubah karena make over yang dilakukan di salon bersama Dara.

   “ Ta, aku mau nyanyiin satu lagu buat kamu.. “ ujar Reka lalu mulai memainkan gitarnya.

Aku yang memikirkan
Namun aku tak banyak berharap
Kau membuat waktuku
Tersita dengan angan tentangmu

Mencoba lupakan
Tapi ku tak bisa
Mengapa... Begini...

Oh..
Mungkin aku bermimpi
Menginginkan dirimu
Untuk ada disini
menemaniku

Oh..
Mungkinkah kau yang jadi
Kekasih sejatiku
semoga tak sekedar harapku

......

Bila..
Kau menjadi milikku
Aku takkan menyesal
Telah jatuh hati.... “

( Monita Tahalea : Kekasih Sejati )
( Lirik by : KapanLagi.com )

Sinta membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Matanya berkaca-kaca. Ia sangat senang dan terharu.

Setelah Reka menyelesaikan lagunya, ia berdiri dan berjalan untuk bergabung bersama Sinta di atas kain berbentuk hati. Ia meletakkan gitarnya dengan posisi berdiri di tengah-tengah mereka dan juga di tengah-tengah bentuk hatinya.

   “ Arinta Septriasa.. Aku sayang kamu. Kamu mau jadi pacar aku? “ tanya Reka, to the point.

   Dan kini mulut Sinta semakin terbuka lebar di balik bekapan tangannya. Ia speechles dan tak tau harus bereaksi seperti apa.

   Jujur saja, Reka adalah lelaki yang belakangan ini selalu berada dekat Sinta. Jika bisa dibilang, Reka lah yang belakangan ini mengganti posisi Angga di hidup Sinta. Tapi mungkin belum di hati Sinta.

   “ Iya, aku mau.. “ jawab Sinta, bersamaan dengan satu bulir air mata menetes ke pipinya.

   Reka tersenyum bahagia. Begitu pula Sinta.

   Malam itu, mereka bersama teman-teman dekatnya makan bersama di rumah Sinta.

   “ Ciee kamu jadi suka jus stroberi sama lasagna.. “ celetuk Sinta.

   “ Iya.. Dua hidangan ini sekarang jadi makanan dan minuman favorit aku. Dan itu semua karena kamu.. “ ujar Reka.

   Dan mereka menghabiskan malam itu dengan perasaan bahagia.

   Sinta menghela napas panjang. Ditatapnya sosok lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya, tak sadarkan diri. Sinta tersenyum.

   “ Aku sekarang ngerti, Ga, soal lagu yang kamu nyanyiin buat aku. Kamu sekarang lagi pergi ke hawaii ya? “ Sinta memeluk erat tangan kekar Reka.

   “ Aku tak akan nakal.. Kamuuu pasti kembaliii.. “.




Jangan lupa vote kalau kamu suka!

Kritik dan saran bisa di komentar. Terima kasih

House Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang