Happy reading!
●
●
●Sinta merasakan nyeri di kakinya akibat terjatuh tadi. Beruntung badannya ditahan oleh Angga, kalau tidak ia pasti sudah terbentur meja. Pikirannya kalut, ia tidak mengerti lagi kenapa cobaan datang bertubi-tubi seperti ini.
Pandangannya yang semula tertuju kepada pemandangan di luar kaca mobil yang sedang melaju di jalan tol berpindah menuju buku bacaan yang ada dipangkuannya saat ini. Ia mengusapnya sambil mengingat sosok ayahnya terakhir kali saat memberikannya buku ‘Romeo dan Juliet’ itu.
Angga menoleh ke kursi belakang untuk yang kesekian kalinya, memeriksa keadaan Sinta. Lelaki itu menangkap Sinta sedang menatap lekat-lekat buku di pangkuannya.
Hatinya teriris. Kenapa perempuan se-baik Sinta harus diberikan ujian seberat ini? Luka lama belum pulih, tapi sudah muncul luka baru.
○○○○
Sesampainya mereka di rumah sakit, Angga segera mengeluarkan kursi roda dari bagasi dan membantu Sinta pindah ke kursi rodanya. Lalu ia mendorongnya, berjalan mengikuti Om Dio.
Selama di perjalanan hingga saat ini Sinta tak kunjung berbicara, membuat sekujur tubuh Angga sakit karena melihat perempuan yang disayanginya seperti ini.Setelah bertanya kepada resepsionis, mereka berjalan menyusuri koridor rumah sakit hingga sampai di depan sebuah pintu besar tujuan mereka. Om Dio mengintip ke dalam ruangan melalui kaca bening di pintu, lalu ia menghampiri Angga dan Sinta.
“ Om masuk ke dalamnya sendiri dulu ya. Om cari info dulu ke dokter yang jaga, soalnya di dalam banyak banget pasien, takutnya kalo masuk rame-rame nanti mengganggu. Kalian tunggu di sini dulu enggak apa-apa kan? “ ujar Om Dio.
Angga mengangguk, “ iya, enggak apa-apa, Om, “ jawabnya.
“ Sinta gimana? Enggak apa-apa, kan? “ tanya Om Dio. Sinta hanya menjawabnya dengan mengangguk.
Om Dio menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu pria berperawakan sedang dengan tinggi semampai itu berjalan masuk ke dalam ruang pemulihan.
Angga menarik kursi roda Sinta mendekat ke tempat duduk di koridor. Ia duduk dan memegang kedua tangan Sinta, “ Ta, are you ok? “.
“ Of course, I’m not, “ jawabnya dengan datar.
“ Iya, aku tau kamu terpukul banget. Aku pun bingung kenapa sampe bertubi-tubi kayak gini. Kemarin kita baru ditinggal Reka tapi sekarang Ayah sama Bunda malah kayak gini, “ kata Angga sambil mengusap dahinya frustrasi.
Lalu terdengar isakan yang membuat Angga langsung mengangkat pandangannya dan mendapati Sinta menangis.“ Ga, aku salah apa ya? Sampe cobaan datang menimpa orang-orang yang aku sayang, “ ujarnya, “ kamu pernah merasa sakit karena aku, Ga? Atau ada perlakuan aku, perkataan aku yang nyakitin kamu? Kalo emang ada aku minta maaf ya, Ga. “
Angga memegang kedua pundak Sinta, “ hei, look at me! You love me, right? “ tanyanya. Sinta menatap Angga dan mengangguk, “ if you love me then you won’t hurt me, “ lanjutnya. Sinta tersenyum dan memeluk Angga sambil mengusap air matanya.
○○○○
“ Sinta! “ bunda memanggil ketika baru saja keluar dari Ruang Pemulihan bersama Om Dio yang mendorong kursi rodanya.
Mendengar suara yang ditunggu-tunggunya, Sinta menoleh ke arah datangnya suara, “ Bunda! “ panggilnya sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan meneteskan air mata melihat bundanya duduk di kursi roda sama seperti dirinya dan terbalut perban di beberapa bagian tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
House Of Love
RomancePerjalanan hidup nampaknya tidak akan seru jika hanya berdua. Maka dari itu kita butuh orang lain untuk menjadi bumbu di perjalanan. Dan bukan kemungkinan kecil apabila ia akan ikut campur didalamnya. Karena setiap orang hadir untuk suatu alasan. S...