Selamat membaca!
●
●
●Angga mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Seulas senyuman tergambar di wajahnya, tak pernah hilang semenjak ia mendengar kabar menggembirakan dari Dara setengah jam lalu.
" Ga, lo dimana? " tanya Dara dari seberang telepon.
" Di rumah, baru aja sampe. Ada apa, Ra? ". Angga balik bertanya.
" Ga, SINTA UDAH SADAR! " Dara meninggikan suaranya. Dan Angga pun melempar kunci rumahnya dengan tinggi.
Angga berulang kali mengucap syukur atas bangunnya Sinta dari koma. Ia sudah menunggu kabar tersebut, dan akhirnya sampai juga di telinganya.
Kini Angga baru saja sampai di rumah sakit. Ia langsung menuju kamar rawat Sinta. Di sana sudah banyak orang. Dari keluarga sampai teman-teman Sinta berkumpul di depan kamar rawat Sinta. Sedangkan pintu kamarnya tertutup rapat.
Ia langsung menghampiri Dara yang sedang duduk di sambing bunda Sinta. Angga mengucap salam dan menyalimi kedua orang tua Sinta dan juga kedua orang tua Reka yang juga berada di sana
" Ini kenapa pada diluar gini? " tanya Angga sambil mencoba mengintip melalui kaca di pintu kamar rawat Sinta.
" Lagi di periksa sama dokter, Angga. " jawab bunda Sinta dengan senyum yang tak kalah sumringah dengan milik Angga.
Angga mengangguk-angguk. " Oh iya, Ra, ceritain dong tadi gimana pas Sinta sadar. ".
" Iya, tadi gue pas banget mau jenguk. Terus gue ketemu Bunda di depan, akhirnya kita barengan aja. Eh pas gue masuk Sintanya udah bangun. Terus tadi juga di kamar ada si Alya. ".
Senyum Angga tiba-tiba hilang tergantikan dengan wajah bingung. " Alya? " ulangnya. Dara mengangguk.
Alya? Bukannya dia nggak bisa jenguk hari ini gara-gara ada jam kuliah tambahan? Angga bertanya-tanya dalam hati.
" Iya, Ga. Tadi dia juga lagi jenguk. Gue kirain dia sama lo, tapi ternyata sendiri. " tutur Dara. Lalu Angga celingukan mencari sosok yang sedang di bicarakan.
" Dia udah pulang, Ga. Tadi gue suruh tungguin lo aja biar dianterin pulang tapi dia nggak mau. " lanjutnya.Kini Angga malah dibuat kebingungan dengan Alya.
- - - - - - -
" ...jangan rebut Angga dari aku. Cukup Reka aja, jangan Angga juga. "
Begitulah kata-kata pertama yang Sinta dengar saat ia bangun dari komanya. Kata-kata itu keluar dari seorang perempuan yang ia tidak kenal.
Perempuan itu tidak menyadari Sinta yang telah sadar karena hanya menundukan kepalanya.Saat Alya berbalik dan mulai melangkah untuk pergi, Sinta menahannya.
" Kamu siapa? " tanyanya. Tapi Alya hanya terdiam, sedikit kaget.
Tak berapa lama, ada Dara dan bunda Sinta muncul dari luar." Sinta!? " Dara dan bunda Sinta langsung menyerbu Sinta yang masih bingung dengan perempuan dengan pakaian minim --yang kini tengah berjalan keluar kamar.
Mata Sinta mengikuti Alya hingga hilang dalam pandangannya. Lalu Dara mengejar Alya, sementara bunda Sinta memanggil dokter untuk memeriksanya.Siapa sih dia? Kok pake sebut-sebut Reka sama Angga? Sinta bertanya-tanya di dalam hati.
" Sinta, kondisi kamu baik. Tapi masih lemah. Kamu izinin yang diluar masuk jengukin kamu atau mau istirahat dulu? " dokter Farhan bertanya kepada Sinta yang sedari tadi hanya diam dan tatapannya kosong.
" Nak Sinta? ".
" Eh iya, Dok. Saya mau istirahat dulu deh. Tapi Bunda sama Ayah suruh masuk ya Dok! " ujar Sinta setelah sadar dari lamunannya.
Lalu dokter Farhan tersenyum dan pergi keluar kamar sambil memanggil ayah dan bunda Sinta di luar.
Ayah dan bunda Sinta sangat senang diperbolehkan masuk untuk melihat keadaan Sinta.
Sementara yang lain kecewa karena tidak diperbolehkan masuk. Terutama Angga.Angga sangat merindukan Sinta. Ia sangat menantikan momen ini. Ia ingin meminta maaf kepada Sinta dan merubah sikapnya.
Tapi apa lah daya, ini keputusan Sinta. Tidak ada yang bisa ia lakukan.- - - - - - -
Dara berjalan dengan riang di koridor rumah sakit. Ia mengayunkan tangannya yang sedang menjinjing kantong plastik dengan lambang BB.
Kini perempuan dengan rambut sebahu itu tengah berada di depan sebuah kamar rawat. Ia mengintip perempuan di dalam yang sedang memainkan handphonenya.
" Sintaaaa! " Dara menyerbu Sinta dengan pelukan. Begitu pula dengan Sinta, ia membuka tangannya lebar dan membalas pelukan Dara.
" Ra, kemana aja? Aku kan nungguin dari tadi. Bete tau. " Sinta menekuk bibirnya ke bawah.
" Sori, Ta. Gue kan beli ini! " Dara menunjukkan kantong plastik yang dipegangnya.
Melihat ada lambang BB disana, Sinta pun menjadi sumringah dan langsung menyambar kantong plastik yang dipegang Dara." Terima kasih Dara manisku! " Sinta mengedipkan-ngedipkan matanya kepada Dara yang dibalas tatapan jijik oleh Dara.
Untuk beberapa waktu, Sinta disibukkan dengan bawaan Dara. Dara hanya memperhatikan gerak-gerik Sinta dan memperhatikan dari ujung kepala sampai ujung kaki yang beberapa bagiannya masih di tutup perban. Terutama kakinya yang diikat menggantung.
" Ra, kamu kenapa ngeliatin aku kayak gitu? " tanya Sinta yang ternyata sadar dengan apa yang dilakukan Dara.
" Eh nggak kok, Ta. Nggak kenapa-kenapa. ".
" Eh iya, Ra.. " Sinta menegakkan badannya. " Cerita dong, Ra. Aku kenapa bisa kayak gini? ".
Dara mengerutkan keningnya. " Lah, emang lo belum nanya sama bunda? ". Sinta mengangguk-angguk. " Terus? ".
" Tapi nggak lengkap. Mau denger yang lengkap. " ujar Sinta. Dan akhirnya Dara pun menjelaskannya.
Sinta mendengarkan penuturan Dara dengan seksama. Sambil sesekali menyuapkan potongan kentang goreng ke mulutnya.
" Mmm.. " Sinta bersuara sambil mengangguk-angguk. Lalu ia meletakkan kentang gorengnya dan mendekatkan tubuhnya dengan Dara. Air mukanya berubah menjadi serius. " Terus, Ra, keadaan Reka gimana sekarang? " tatapan Sinta menjadi sendu.
" Ya dia parah sih, sama kayak lo. Tapi gue belum liat keadaan dia lagi. Gue jarang jenguk. Ya gue kan nggak kenal deket. " jawab Dara. " Ya, kalo lo mau tau lebih lengkapnya sih, lo bisa tanya Angga aja. "
Mendengar nama Angga disebut, memori Sinta memutar sebuah kejadian beberapa waktu lalu.
"Anggo!? " Sinta setengah berteriak.
Lalu sebuah bola basket melayang ke arahnya.
Bukkk. " Aduh! " Sinta memegang dahinya yang terkena bola basket. Lalu pandangannya gelap.
Sinta menggeleng-gelengkan kepalanya mengisyaratkan 'udah jangan diinget lagi'.
" Emm, Ra. Terus aku mau nanya nih.. " kini Dara yang memajukan tubuhnya, penasaran. " Yang waktu itu ada di sini pas aku bangun, dia siapa sih? ".
" Oh itu.. Itu namanya Alya. Dia itu kalo nggak salah temen sekolah sepupunya si Reka, Ta. ".
Sinta mengangguk-angguk. " Terus dia ada hubungan apa sama Angga? ".
Ceklek
Sinta dan Dara sama-sama terkaget dan spontan menengok ke sumber suara, yaitu pintu.
" Sorry.. ".
●
●
●
KAMU SEDANG MEMBACA
House Of Love
RomancePerjalanan hidup nampaknya tidak akan seru jika hanya berdua. Maka dari itu kita butuh orang lain untuk menjadi bumbu di perjalanan. Dan bukan kemungkinan kecil apabila ia akan ikut campur didalamnya. Karena setiap orang hadir untuk suatu alasan. S...