Part 26

15 2 0
                                    

Happy Reading!



Sudah larut malam. Lampu kamar juga sudah tergantikan dengan lampu tidur. Tetapi Angga belum juga terlelap. Matanya masih terjaga. Sebenarnya, pikirannya lah yang membuatnya begitu.

Angga tak henti-hentinya memikirkan kejadian tadi sore. Pikirannya kalut saat tadi sore Sinta mengabarkan pulang bersama Jodi. Tapi dia sendiri juga tidak tau mengapa pikirannya bisa tercampur aduk seperti itu.

Harusnya ia lega Sinta tidak harus menunggu lebih lama lagi, karena ternyata Angga baru pulang jam 6 lewat 15 menit. Seharusnya juga ia merasa bersalah dan menghubungi Sinta untuk meminta maaf karena sudah membuat gadis itu menunggu, bukannya malah bersikap ketus seakan-akan gadis itu yang salah. Tapi pada kenyataannya ada perasaan aneh yang muncul pada diri Angga saat tau gadis itu pulang dengan pria lain, terlebih lagi itu Jodi. Pria yang belum lama dikenalnya.

Angga tau itu rasa cemburu. Tapi rasanya dia tak pantas untuk cemburu, karena dia dan Sinta hanyalah ‘Sahabat’. Iya, jujur saja, lama-lama dia muak dengan titel itu.

Tapi setelah dipikirkan lagi, mungkin itu bukan cemburu. Mungkin itu hanya sikap proteksi yang Angga punya, karena bagaimanapun juga Reka memintanya untuk menjaga gadis itu, bukan? Reka pasti juga memintanya untuk merasa cemas saat mengetahui gadis itu pulang dengan pria lain.

Ka, what should I do?

○□○□○

Angga membuka matanya perlahan. Matanya terasa sangat lengket. Bagaimana tidak? Semalam ia benar-benar terjaga hingga jam 2 pagi. Hati dan pikirannya sibuk beradu argumen, hingga akhirnya Angga memutuskan untuk membuat teh hangat dan mengerjakan tugas proyek bangunannya sampai matanya terasa lelah.

Dan sekarang Angga benar-benar tidak ingin beranjak dari kasurnya. Bahkan untuk melihat jam di nakasnya saja dia enggan. Hingga terdengar dering telepon yang memaksanya untuk beranjak dari posisinya. Ia duduk di pinggir kasur dan mengambil ponselnya di nakas samping ranjangnya. Dengan mata yang masih setengah terbuka, ia menekan tombol hijau untuk mengangkatnya tanpa melihat nama penelepon.

“ Halo? “

“ Ga? Kamu udah bangun? “ tanya seseorang dari seberang sana.

Oh, Sinta, ucapnya dalam hati.

“ Udah nih.. Aku mau mandi dulu abis itu langsung jalan ke sana, “ jawab Angga.

“ Kamu belum mandi!? “ tanya Sinta lagi, dengan nada agak tinggi. Mata Angga langsung membuka sepenuhnya, perasaannya tidak enak.

Lalu dia melirik jam di nakasnya. 07:45

“ Ya ampun.. 15 menit lagi masuk! “ Angga histeris, “ Ta, kamu naik taxi dulu nggak apa-apa? Aku pesenin taxi sekarang ya.. “ ujarnya.

“ Udah nggak usah, Ga. Aku udah bareng Jodi kok. Sedikit lagi sampe kampus nih. Kamu siap-siap aja. Jangan lupa sarapan, “ katanya. Lalu panggilan segera diputus setelah Angga meng’iya’kan.

Jodi lagi..

Angga bangun dari duduknya, meletakkan ponselnya di nakas dan mengambil jam mejanya. Ia melihat sisi belakang itu, memastikan fitur alarmnya masih menyala. Dan tentu saja masih menyala. Ia memegang erat jamnya itu, sambil membayangkan Sinta yang saat ini sedang bersama Jodi, berangkat bersama.

House Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang