Happy Reading!
●
●
●Alya segera melajukan mobilnya setelah pesta ulang tahunnya selesai. Pikirannya kalut memikirkan Angga dan Sinta sampai ia tidak menikmati pestanya sendiri yang sudah ia buat begitu mewah.
Ia berpikir bahwa ia harus secepatnya melakukan sesuatu untuk memisahkan Angga dan Sinta. Setidaknya membuat Sinta tidak membuka hati untuk Angga. Dan dari sana ia akan jadi peri penyelamat hati untuk Angga.
Gue enggak akan biarin lo dapetin Angga, Ta. Cukup sekali aja gue kalah dari lo. No more.
Setelah menyetir cukup lama, akhirnya sampai juga ia di rumah sakit. Tetapi baru saja ia memarkirkan mobilnya dan mematikan mesinnya, ia melihat Angga dan Sinta keluar dari dalam rumah sakit dan masuk ke mobil. Akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti mereka.
Saat mereka telah sampai di rumah Sinta, Alya menghentikan mobilnya tak jauh dari sana. Ia melihat mereka langsung sibuk mencari sesuatu sesampainya di sana. Ternyata mereka mencari kunci. Tapi setelah itu Angga segera pamit kepada Sinta dan terlihat terburu-buru.
Tadinya Alya ingin mengikuti Angga, ia penasaran di mana rumah pria berbadan atletis itu. Tapi tiba-tiba saja muncul pemikiran lain.
“ Hai Sinta! “ sapa seorang perempuan dengan kacamata hitam, rambutnya ikal dan sedikit berwarna coklat, dan dressnya… tampak mahal.
“ Sorry, siapa ya? “ tanya Sinta, to the point.
Perempuan itu berjalan masuk mendekati Sinta, melepaskan kacamatanya, lalu mengulurkan tangannya, “ Gue Alya “ ujar Alya, dengan percaya diri.
Sinta menyambut uluran tangan Alya. Dalam hatinya ia sangat mengagumi kepercayaan diri gadis di depannya ini. Dan melihat dress merah tanpa lengan dengan panjang selutut yang dikenakannya membuat ia teringat perkataan Angga.
Selera fashionnya tinggi.
Sinta masih memerhatikan heels berwarna senada yang dikenakan Alya saat gadis itu bergerak mendekati ayunan di taman rumah Sinta.
“ Gue sering liat foto Reka sama lo di sini, “ Alya menekuri detail yang ada pada pahatan kayu ber-cat putih di ayunan tersebut, “ I have the better one tapi dia enggak pernah mau foto di situ. Jangankan foto, ngobrol sama gue di situ aja dia enggak mau “
Sinta mengerutkan alisnya. Maksud dia apa sih?
“ Aku ambilin minum dulu ya, Al “ Sinta segera masuk tanpa menunggu jawaban persetujuan dari Alya.
Tak lama, Sinta kembali ke teras dengan segelas es sirup. Ia letakkan minuman itu di meja teras lalu ia berdiam di sana sambil memerhatikan Alya yang masih bermain-main di ayunannya. Sinta sungguh tak habis pikir bagaimana gadis itu bisa menemukan rumahnya dan apa maksud omongannya tadi.
Alya telah berhenti sibuk dengan ayunannya lalu memergoki Sinta yang sedang menatapnya. Ia segera bangkit dan menghampiri Sinta sambil tersenyum. Ia duduk di kursi teras dan meminum sirup yang disediakan Sinta.
“ Warna sirupnya ngingetin gue sama minuman kesukaan Reka deh.. “ ujar Alya, lagi-lagi membuat alis Sinta berkerut, “ jus stroberi. Gue kira lo bakal nyediain jus stroberi, “ lanjutnya.
“ Kamu tuh deket banget ya sama Reka? “ tanya Sinta, penasaran, masih dengan alis yang berkerut.
“ Dulu.., “ jawabnya. Sinta mengangguk-angguk sambil mengalihkan pandangannya ke taman, “ sebelum akhirnya lo muncul, “ lanjutnya, membuat Sinta spontan menoleh ke arah Alya yang juga sedang menerawang. Lalu ia menoleh, menatap Sinta dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
House Of Love
RomancePerjalanan hidup nampaknya tidak akan seru jika hanya berdua. Maka dari itu kita butuh orang lain untuk menjadi bumbu di perjalanan. Dan bukan kemungkinan kecil apabila ia akan ikut campur didalamnya. Karena setiap orang hadir untuk suatu alasan. S...