Part 9

81 6 0
                                    

Selamat membaca!

●●●●

   Kemarin, keluarga Sinta dan Reka datang hampir bersamaan. Hanya berselang 1-2 menit. Tapi tetap merugikan Angga yang harus mengulang penjelasannya kepada keluarga Reka yang datang belakangan.

   Mereka menangis meratapi apa yang telah terjadi pada Sinta dan Reka. Berusaha membangunkan walaupun percuma saja. Mereka masih dalam keadaan kritis.

   Bunda Sinta berdiri di sebelah ranjang Sinta sambil memeluk Dara yang sedang menangis. Sama seperti dirinya. Sedangkan ayahnya berdiri mematung menatap putri semata wayangnya yang tak sadarkan diri itu.
   Beberapa kali Angga menangkap gerakan ayah Sinta yang menyeka air matanya. Ia merasa terluka, tapi ia tetap tak bisa apa-apa.

   Di sebelahnya, ada Alya yang memeluk lengan kekarnya. Alya menatap ke sudut yang berbeda di ruangan itu.

   Ia mengamati ibunda dari Reka yang tengah menggenggam tangan putra sulungnya dan ditempelkan ke pipinya, seperti ingin Reka merasakan air mata ibunya yang jatuh ke tangannya. Ayahnya berdiri di depan ranjang bersama putrinya --adik dari Reka, Shakira. Ayah Reka beberapa kali menghela napas sambil mengusap punggung Shakira. Berusaha menularkan ketegarannya.

   Setelah beberapa waktu menumpahkan tangisan di ruang UGD. Kedua keluarga menyetujui untuk memindahkan Sinta dan Reka ke ruang rawat.

- - - - - - -

   Angga menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung. Mengedarkan pandangannya ke arah gerombolan orang yang baru saja keluar dari gedung
.
   Lalu pandangannya menangkap sosok yang dicarinya. Perempuan yang mengenakan coat coklat dengan rambutnya yang diikat cepol dan memegang segelas minuman.

   Angga membuka jendelanya dan memanggil perempuan tersebut. Lalu ia pun menghampiri mobil Angga dan masuk ke dalam.

   " Hai! Kamu nunggu lama ya? Sorry yaa.. " Alya meletakkan gelas minumannya dan membuka coatnya juga kuncirannya. Kini yang tampak hanya blouse biru donkernya dengan celana panjang yang senada.
Angga memerhatikan Alya dengan seksama sampai akhirnya ia terpergok oleh Alya.

   " It's okay. Aku baru sampe juga.. " ujar Angga. " Kita langsung aja ya.. " Angga menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya.

   Di tengah perjalanan, mereka mampir ke sebuah toko bunga. Saat memasukinya, Angga bingung harus memilih bunga yang mana.
   Lalu matanya menangkap sebuah buket bunga mawar putih. Hal itu membawanya ke kenangan masa lalu.

   " Ga, temenin aku yuk! " Sinta mengguncangkan lengan Angga saat akhirnya menemukan sosoknya di parkiran sekolah saat pulang sekolah.

   Angga mengerutkan keningnya. " Kemana? ".

   " Ke tukang bunga. " gadis itu tersenyum sambil menaik-naikkan alisnya.

   " Tukang bunga? Ngapain? ".

   " Aku mau beli bunga, Ga. Aku mau bikin taman bunga di halaman rumah. Di bolehin loh sama bunda! Tapi kata bunda harus aku yang tanem dan aku yang rawat. " Sinta menjelaskan. Angga mengangguk-angguk, mengerti.
   " Temenin ya? " dan lagi-lagi Angga mengangguk, kali ini pertanda setuju.

Sesampainya disana..

   " Kamu mau beli bunga apa, Ta? " Angga mengamati bunga-bunga yang sedari tadi ia lewati kala mengikuti Sinta menelusuri seisi toko.

   " Yang ini, Ga! " Sinta menunjukkan sebuah pot dengan bunga mawar berwarna putih menghiasi pohonnya.

   " Mawar? Kenapa mawar? ".

House Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang