CHARLIE & BELLE

2 1 0
                                    

  Caleb, tanpa disangka-sangka, adalah teman belanja yang mengasikan. Charlie sampai lupa waktu. Dia menyangka saat Caleb mengajaknya ke mall, mereka hanya akan menongkrong di cafe, mungkin menonton film atau bermain di area permainan. Tapi saat Charlie masuk ke sebuah toko untuk melihat-lihat, tidak disangkanya Caleb ikut masuk dan ikut membantu Charlie menemukan baju yang pas. Dibayari pula! Benar-benar pacar yang sempurna.
  "Sekarang temenin gue belanja dong," Caleb memohon dengan muka memelas. Charlie hanya tertawa.
  "Ayo deh, gantian, sekarang gue temenin. Gila, gue nggak nyangka ternyata lo asik banget diajak belanja. Kalo gini caranya kita bisa belanja tiap minggu, iya nggak sih? Bisa boros nih gue," Charlie berkata dengan ceria. Caleb merangkul Charlie dan menariknya mendekatinya.
  "Lebih asik dari temen-temen lo?" Caleb bertanya sambil menyeringai. Charlie berpikir sejenak.
  "Iya sih, sebenernya," dia menjawab dengan alis terangkat, terkejut dengan kenyataan tersebut. Caleb hendak menjawabya saat Charlie memotongnya, "ih, ada Katherine! Pasti nanti dia ngegossipin kita lagi jalan deh," ujar Charlie sambil melihat ke arah perempuan kurus dan tinggi dengan tidak suka.
  "Kenapa? Kamu nggak malu kan kalo orang-orang tau kita pacaran?" Caleb bertanya usil. Muka Charlie memerah. Dia hendak menjawab ketika handphone-nya berbunyi.
  "Iya, ma? Kenapa? Ohh, gitu... Kapan? Sekarang? Ya udah deh. Oke. Dadah." lalu dia menutup handphone-nya. Caleb memandang dia dengan panuh tanya. "Maaf ya, gue harus bantuin mama gue, dia sendirian. Mama gue baru aja selesai belanja bulanan di supermarket di lantai bawah..." jawabnya dengan penuh penyesalan.
  "Ohh, ya udah, nggak apa-apa. Gue ikut deh, ngebantuin kalian." jawab Caleb dengan sigap. Charlie senang sekali mendengarnya, namun memilih untuk tidak egois.
  "Nggak usahlah, bukannya lo ada latihan basket di sekolah? Mending lo buruan ke sekolah sekarang." Charlie berkata dengan penuh pengertian. Caleb yang baru teringat pun kaget.
  "Gila, gue bener-bener lupa! Makasih banget loh udah lu ingetin! Emang lo the best deh," ujar Caleb sambil mencubit pipi Charlie. Charlie hanya tersipu malu dan tertawa canggung.
  "Ya udah ya, gue ke bawah dulu. Maaf ya, nggak bisa nemenin lu ke sekolah..." ujarnya sambil meremas tangan Caleb. "Dan makasih bajunya. Dadah," lanjutnya lagi sambil tersenyum. Charlie memang tidak terbiasa dalam salam perpisahan.
  "Dadah. Nanti kalo udah sampe rumah bilang ya," Caleb berpesan. Charlie hanya mengangguk lalu pergi. Caleb pun menunggu sampai dia naik eskalator, lalu pergi ke arah parkiran. Ketika dia melewati pintu keluar, dia terkejut melihat Belle berdiri seorang diri. Dengan muka tidak senang.
  "Belle? Ngapain lo?" tanya Caleb terkejut. Belle juga ikut terkejut.
  "Nungguin nyokap. Lo sendiri?" tanya Belle. Lalu terdengar suara perut keroncongan.
  "Abis jalan sama Charlie." jawabnya sambil menahan tawa. Belle hanya mengangguk singkat. "Lo laper? Perut lo tadi keroncongan tuh."
  "Iyaaa, tapi uang gue udah abis. Makanya gue bete banget. Mana nyokap kagak dateng-dateng." ujar Belle sambil memutar bola mata. Caleb hanya tersenyum geli.
  "Ayodah, sini gue traktir lo. Kasian banget sih," ajak Caleb. Bolos latihan sekali nggak apa-apa kali ya, pikir Caleb. Belle terkejut.
  "Nggak usah! Gue nunggu nyokap gue aja!" jawabnya tidak enak. Namun perutnya tidak sejalan dengam perkataannya, suara perutnya berbunyi lagi. Caleb hanya menatapnya dengan tatapan 'i told you so'. Belle pun akhirnya mengikuti Caleb.
  Mereka berdua lalu makan di restoran siap saji. Belle dengan lahap memakan makanannya, sementara Caleb hanya memperhatikan Belle dengan geli.
  "Kenapa?" ujar Belle dengan kesal. Caleb hanya tertawa lepas. Belle hanya mendengus kesal. Lalu mereka kembali diam, sampai Belle berbicara lagi.
  "Nggak apa-apa kita makan bareng gini? Charlie nggak marah?" tanya Belle. Caleb hanya mengangkat bahu.
  "Ngapain dia marah? Kan kita cuma makan bareng, nggak ada maksud tertentu. Malah gue ngebantuin lo yang lagi kesusahan, perbuatan mulia kan?" Belle hanya memutar bola mata mendengar perkataan Caleb yang berlebihan. "Lagian kan dia sahabat lo, yaa seharusnya lo bakal tau reaksinya gimana kan?" Belle terdiam sejenak sebelum menjawab.
  "Dia orangnya tertutup. Lagian ini pertama kalinya dia pacaran, jadi gue juga nggak tau deh." jawab Belle. Caleb yang mendengar ini pun tertarik dan melontarkan beberapa pertanyaan lagi. Sampai-sampai mereka tidak sadar kalau sedari tadi mereka diperhatikan oleh sesosok perempuan yang kurus dan tinggi.

Di Penghujung HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang