TAMMY

4 1 0
                                    

  Tammy menggambar gambar buku matematikanya karena bosan. Dia seharusnya mengerjakan soal-soal di bukunya, tapi dia sedang malas berpikir keras. Teman sebangkunya, Karen, sedang mengerjakan soal di papan tulis, jadi dia tidak mempunyai teman mengobrol. Akhirnya dia hanya bisa mencoret-coret bukunya.

  "Hai," tiba-tiba seorang laki-laki datang dan duduk di sampingnya. Tammy menoleh dan terkejut mendapati Will.

  "Hai!" sahut Tammy tiba-tiba menjadi semangat lagi. Dia mengarahkan perhatiannya penuh kepada Will.

  "Jadiii, lo nanti jalan sama Charles?" tanya Will santai sambil mencatat. Tammy sedikit terkejut dengan pertanyaan Will.

  "Iya, nanti pulang sekolah, dia jemput gue. Tunggu, setelah dipikir-pikir, emang dia punya SIM?" tanya Tammy tiba-tiba menyadarinya. Will hanya melengos.

  "Ya enggak lah. Namanya juga Charles. Pasti ngelanggar aturan." jawab Will terdengar kesal. Tammy hanya menjawab pelan "oh" lalu terdiam dan berpikir. "Nanti kalian ke mana?" tanya Will lagi.

  "Cuma ke mall deket sekolah." jawab Tammy santai. Lalu mereka berdua pun terdiam, sibuk mencatat.

  "Lu yakin mau jalan sama dia?" tanya Will kemudian. Tammy menoleh kepada Will dan menyipitkan matanya.

  "Emang kenapa?" tanya Tammy heran dengan sikap Will. Will hanya mengangkat bahu.

  "Yaa, dia tipe-tipe cowok yang cuma modus doang." jawab Will singkat. Tammy pun terheran.

  "Tapi kan kita cuma jalan biasa doang? Sebagai temen? Cuma gara-gara dare doang kok." sahut Tammy kemudian. Will pun memalingkan mukanya ke arah Tammy.

  "Nggak ada cewek yang nggak baper sama dia." sahutnya dengan wajah serius, lalu dia pun beranjak kembali ke tempat duduknya. Tammy pun semakin heran, namun berpegang pada peringatan Will.

  Jam menunjukan pukul 4 tepat, dan Charles belum datang juga untuk menjemputnya. Rintikan hujan sudah mulai membasahi tubuh Tammy. Sudah setengah jam ia menunggu, berdiri di depan sekolah, tempat perjanjian mereka. Tammy menghela napas dan menggigit bibirnya. Ia lalu teringat akan peringatan Will tadi. Baru saja dipikirkan, datanglah seorang laki-laki mengendarai motor datang dari arah parkiran sekolah.

  "Dia belom jemput juga?" tanya Will sambil membuka helmnya. Tammy hanya menggeleng lemas. "Ck. Itu anak emang bener-bener." Will berkata dengan geram. Ia lalu membuka helmnya dan turun dari motornya.

  "Lah, lu mau ngapain?" Tammy bertanya kebingungan.

  "Gue nemenin lu sampe dia dateng." jawab Will sambil berdiri di sebelahnya.

  "Ihh, nggak usah! Kayak gue masih anak kecil aja!" Tammy menolak sambil mendorong tubuh Will. Walau Tammy bertubuh besar dan berbadan kuat, dia tidak bisa menyaingi Will yang sangat kuat. Akhirnya Tammy menyerah, dia tidak bisa membuat Will pergi. Hujan semakin lama menjadi makin deras. Will pun khawatir Tammy akan sakit jika terlalu lama terkena hujan.

  "Tam, pulang aja yuk. Hujannya makin deres nih. Gue anterin lu pulang. Jalan sama Charles-nya ditunda aja." Will berkata dengan lembut. Namun tidak ada jawaban. "Tam?" Will memanggilnya lagi. Tammy hanya terdiam dengan wajah lelah. Will tidak tahu apakah Tammy menangis atau tidak di tengah hujan ini. "Tam, udah yuk, pulang?" Will pun mengambil tangan Tammy dan menariknya ke arah motor. Tammy dengan lemah hanya menuruti Will. "Tam, rumah lu ke arah mana?" Will bertanya sambil meng-gas motornya. Tammy terdiam sejenak.

  "Ke mall aja. Hanya karena Charles nggak dateng bukan berarti nggak jadi ke mall kan? Lagian, gue laper." jawab Tammy kemudian. Will hanya tersenyum. Lalu mereka pun meninggalkan tempat itu.

Di Penghujung HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang