TAMMY

6 1 0
                                    

  Tammy berusaha menenangkan hatinya yang kesusahan. Biasanya dia sangat menantikan ekskul basket, tapi sekarang dia menjadi sangat malas dan berusaha menghindarinya. Hal itu terjadi ketika Will mulai berpacaran dengan Marley, seorang perempuan manis, tinggi, langsing, yang membuatnya sangat tidak percaya diri. Sebelumnya Tammy tidak pernah mengakuinya, bahkan kepada dirinya sendiri, bahwa dia menyukai Will. Memang benar, dia sangat suka saat bisa berdekatan dengan Will, saat Will memperhatikannya, saat mereka berbicara, tapi Tammy hanya berpikir karena sebelumnya Tammy tidak pernah mempunyai sahabat laki-laki, sehingga dia sangat senang dengan keberadaan Will. Tapi dia mulai tersadar bahwa perasaannya pada Will lebih dalam lagi. Ia melihat Will dan Marley sedang berduaan dan sedang bercanda gurau sambil melihat handphone bersama. Awalnya Tammy menyangka kalau mereka hanya bercanda seperti biasa, tapi Tammy sadar bahwa mereka lebih dekat daripada biasanya. Hati Tammy seakan hancur saat melihatnya, tapi ia hanya berjalan cepat melewati mereka. Will memang lumayan dekat dengan Marley dari dulu. Berkali-kali muncul perasaan cemburu di hati Tammy saat melihat mereka berduaan, tapi Tammy berusaha mengabaikannya karena mereka hanya teman biasa. Namun sepertinya mereka sudah menjadi lebih dari teman sekarang. Tammy melempar PR fisikanya. Pikirannya sedang kacau saat ini. Dia terpikirkan untuk memberitahu sahabat-sahabatnya soal ini, tapi dia tidak ingin sahabat-sahabatnya mengasihani dia karena masalah ini. Dia memutuskan untuk menyimpan hal ini seorang diri. Karena kelelahan, akhirnya dia tertidur.

  Tammy memaksakan tersenyum ketika ia bertemu dengan Will. Will melihatnya aneh.

  "Lo kenapa?" Will bertanya khawatir. Karena mereka sudah cukup dekat, Will sudah tahu ketika ada yang tidak beres dengan Tammy. Tammy pun segera mencari alasan.

  "Gue takut banget sama nilai gue, Sabtu ini kan mau ambil rapor!" Tammy menjawab meyakinkan. Will pun mengangguk mengerti.

  "Udah, nggak usah dipikirin. Mending sekarang kita langsung main basket aja, buat ngelepas stress lu juga!" jawab Will penuh semangat. Tammy hanya mengangguk dan tersenyum.

  "Bener banget lo. Good advice." Tammy berkata sambil men-dribble bola. Will hanya menyeringai.

  "Anything for my friend." jawab Will hangat. Walau begitu, Tammy tidak merasa senang karena hanya dipanggil "teman", namun dia tidak terkejut. Will tidak akan pernah menjadi miliknya.

Di Penghujung HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang