*Author Point of View*
Jadilah Vika dan Zulfah menerima tawaran Paul untuk menjadi cleaning servis,pesuruh dan asisten yah kalo bisa disingkat mereka akan jadi pembantu disana.
Paul memberi tahu,besok pagi-pagi sekali ia akan mejemput Vika dan Zulfah dikediamannya,dan masalah abu gosok dia akan menggantinya dengan sejumlah uang.
"Many thanks,sir",Zulfah menerima sejumlah uang yang disodorkan Paul dengan hati yang senang,karna uang gantinya sudah lebih dari cukup.Sementara disebelah Zulfah,Vika hanya menggurutu kecil tanda kesal.
"Kalau begitu aku pergi dulu permisi",Paul melambaikan tangan sambil menaiki mobil sedan berwarna hitam miliknya,keren.
"Dungu",Vika memarahi Zulfah sepanjang jalan menuju rumah,Zulfah pun hanya diam sambil menenteng sepedanya tak lupa senyum mengembang di bibir Zulfah.
"Kenapa kau terima ajakan si Paul sih?kita akan dijadikan pembantu!kau memang ihhh",Vika jadi ingin memelintir Zulfah seperti sebuah karet,habisnya Zulfah hanya cengar-cengir tidak jelas.
"Kau mau kita berkeliling tidak jelas seperti ini? Ditemani matahari sepanas ini setiap hari?sudahlah kita coba dulu kalau kau tidak suka kita kan bisa mengundurkan diri" Vika mendengar ocehan itu hanya mendengus kesal, ia tidak habia fikir dengan temannya yang dungu itu.
Keesokan harinya
"Kau sudah siap? lebih baik sekarang kita pergi ke alamat ini" Kata Zulfah sambil melihat secarik kertas yang ada ditangannya.
"Hey dungu!",Vika menjitak kepala Zulfah dengan gemas."kau lupa?kemaren si Paul bilang dia yang akan menjemput kita"
Zulfah menganga lalu tertawa terbahak-bahak."ya ampun Vika,aku lupa sekali haha"
Tak beberapa lama kemudian yang dibicarakan, muncul sebuah mobil sedan berwarna hitam.
Kaca mobil itu turun secara perlahan-lahan menampakan seorang pria dengan rambut keritingnya disertai kacamata yang menempel dimatanya.
"Hei kalian! Cepat masuk"
*Vika Point of View^
Aku tersentak dari lamunanku,lalu mendongak menatap lelaki berambut keriting berbadan tegap tinggi dengan kacamata hitam menempel dimatanya.
"Vik tukang pijat sekarang banyak gaya ya",Aku menatap horror wajah Zulfah yang cengar-cengir tidak jelas
"Zul,punya pentungan satpam gak?",Aku bertanya ke Zulfah dengan wajah gemas.Temanku yang dungu itu mengangguk cepat
"Kau mau Vik? akan ku ambilkan"
lagi-lagi sidungu ini tidak mengerti. ah"memangnya kau mau apakan pentungan satpam itu?" Tanya sidungu. Aku menarik nafas sejenak.
"Ingin bermain golf" Kau bisa bayangkan wajahnya yang polos itu seketika kaget,entah apa yang membuatnya kaget.
"kau kenapa,dungu?" tanyaku sambil menaikkan alisku.
"Ternyata main golf pakai pentungan satpam ya? waw coba dari dulu kau bilang mungkin kita sudah bermain golf bersama. Hehe" aku mengernyitkan dahiku, seberapa dungunya sih Zulfah ini, Aku lalu melepas sandalku dan ku ketukkan dikepalanya dan kau tau? Dia malah balik memukulku. Ah
"Hey! cepatlah! sedang apa kalian disitu?!",teriak lelaki berambut keriting dengan tampang tidak sabaran
"Lihatlah Vik,bahkan tukang pijit itu lebih bergaya dari pada kita",Zulfah menarik tanganku sambil melenggang kangkung,Ya tuhan bisakah cabut nyawaku sejenak saja.
"Sudah siap semuanya?",tanya Paul ketika aku,Zulfah mulai menuju tempat mereka memarkirkan mobilnya.
"Lama sekali kau! Cepat masuk, aku sudah tidak betah di sini" ucap lelaki berambut dirty-blonde.
Aku melengos malas melihat kedua wajah sok bos baruku itu,huh belum apa-apa sudah membuatku bete setengah mata.
"Vik.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreaker
FanfictionUhm jadi seorang pesuruh di salah satu stasiun tv nasional yang lagi ngebintangin bintang top tapi konyol! Ofc itu one direction.Terus gimana kelanjutannya?uhm...