Jealous

322 29 4
                                    

Zulfah POV

Hei kalian bertemu lagi denganku, ah itu tidak penting. Dan hei baru saja aku dibelai Louis dibagian telingaku,eh tapi terasa sakit sekali bahkan rasanya telingaku sampai merah. Benarkah dia mencubitku?Ah lupakan, aku baru saja diutus oleh Louis untuk membersihkan rumah dan pintarnya aku langsung menyetujuinya begitu saja.

Pandangan mataku tertuju ke arah mata Harry yang tak henti-hentinya menatap Vika yang berdiri tak jauh darinya. Aku pun menghampiri Vika. "Book, sedang apa?" Tanyaku.

"What? Book? Uh, sedang membuat makanan untuk the boys"Balasnya lalu kembali memotong sayur-sayur yang ada dihadapannya. "Baiklah"Ucapku lalu tersenyum dan berjalan membersihkan rumah.

"Lalalala--kereta malam" Senandung ku seraya menyapu lantai. Kulihat ada the boys yang sedang duduk di sofa sambil bersantai-santai menonton televisi.

"Berhenti menyanyi bodoh, suara mu sangat jelek"Ejek Harry lalu melempariku bantal sofa. Hey apa maksudnya?

Aku pun menjatuhkan gagang sapuku ke lantai begitu saja lalu berjalan dengan hentakan kaki yang begitu nyaring menuju Harry. Bahkan aku sudah menggulung bajuku dibagian lenganku dengan kasarnya. Ingin rasanya aku memutar leher Harry itu.

"Mau apa kau?" Tanya Harry yang langsung berdiri dari duduknya. Well, jangan kalian kira aku akan takut..ya tapi..

"Ti-tidak bos, ini ada debu" Ucapku lalu mengambil debu yang menempel di lantai. "HAHAHAHAHA" Tawa the boys menggelengar memenuhi kupingku sampai-sampai Vika menoleh ke arahku.

"Dasar bodoh, bagaimana bisa kau melihatnya?" Tanya Louis lalu menghampiriku. "Yaya aku punya mata batin".

Harry POV

Oke, salahkan aku sekarang. Kenapa? Tapi sepertinya aku benar-benar jatuh cinta. Entah perasaan itu datang dari mana dan kapan namun pada akhirnya aku berani menyatakan ini bahwa aku menyimpan perasaan padanya bahkan mencintainya. Ya, Vika. Pembantu dengan segala keistimewaan yang berhasil menghipnotisku. Berbanding jauh dari Zulfah yang sudah berhasil membuatku boker berulang kali. Tidak, serius untuk kali ini.

Aku menghela nafas sebentar ketika Zulfah datang dan memulai aksi konyolnya lagi, bayangkan. Pernahkah kalian mengambil debu dilantai dan membawanya tergopoh-gopoh menuju sekop lalu berulang kali sampai sekop itu penuh akan debu?Hell kurasa tidak. Hanya Zulfah. Sekali lagi. HANYA ZULFAH SEORANG.

"bos?"Seseorang menepuk pundakku dan sontak membuatku menoleh. Aku memang sedang berada di teras rumah saat ini. Hell, itu--Vika.

"Ya? Ada apa?" Tanyaku sebisa mungkin bersikap santai. "Makan malam sudah jadi" Tanyanya lalu tersenyum dan berbalik namum aku langsung menggapai tangannya. "Ada apa bos?" Tanyanya.

"Temani aku sebentar di sini"

Niall POV

Aku memainkan nasi yang ada dipiringku dengan malasnya, entah kenapa aku sangat merasa malas makan tanpa mendengar kekonyolan dari Zulfah itu. Apa yang sedang ia lakukan ya? Ah lebih baik aku menemuinya.

"Kau mau kemana Ni?" Tanya Louis seraya memasukkan makanannya ke dalam mulut gua nya itu. "Menemui Zulfah" Ucapku. Kulihat ia menautkan kedua alisnya namun dengan cepat aku kembali berbalik lalu pergi ke kamar Zulfah.

Ceklek

"Tidak! Sweeper jangan mencuri. Sweeper jangan mencuri. Dora cepat pakai sabuk pengaman" Aku membelalakkan mataku ketika melihat Zulfah sedang berdiri di depan cermin lalu berbicara menghadap dinding. Ya Tuhan.

"Bodoh sekali kau Dora, Sweeper sudah musnah karena aku menelannya bulat-bulat. Pergi kau sana" Zulfah menendang dindingnya lalu meringis kesakitan. Nampaknya ia belum menyadari keberadaanku.

"Lebih baik sekarang aku pergi ke rumah Teletubbies" Ucapnya lalu berbalik.

"AAAAAA"

"AAAAAA"

Teriak kami secara spontan, sumpah demi kutu kupret dan ketombe melayang. Buat apa ia memakai wajah Katty Perry dan menempelkannya diwajahnya. Oke itu hanya topeng, tapi kurasa....mustahil Zulfah bisa seperti Katty Perry.

"Ah bos, aku kira Sweeper"

"Tidak, aku fikir kau Katty Perry sungguhan"

"Ya itu memang benar, lihatlah ini"

Zulfah mengambil botol minuman lalu menghadapkannya ke arah bibir nya itu dan tanpa hitungan detikpun ia mulai bernyanyi lalu berdansa dengan dinding. Astaga, kenapa lagi anak ini?

"Shht, kalau kau butuh teman dansa" Aku meraih kedua tangannya dan meletakkannya di pundakku "Kenapa tidak denganku saja?" Ucapku.

Zayn POV

Aku mencari keberadaan Vika, bukan untuk menyuruhnya hanya saja aku ingin ia agar mau menemaniku pergi berbelanja ke supermarket ah atau perlu pergi ke Mall?Lagipula aku sudah selesai makan kok. :).

Entah mengapa jantungku seketika berdebar kencang melihat Vika dan Harry yang sedang asik bercanda tawa di teras. Aku meghampiri dan mengintip di balik pintu.

"Haha kufikir kau mencintainya" Ucap Vika lalu meninju pelan lengan Harry. Wait-wait. Mereka sedang membahas apa? Cinta? Oh kenapa aku seperti merasa ada yang ganjal seperti ini? Mungkinkah aku cemburu? Tidak, sepertinya tidak.

Mana mungkin? Atau ah perasaan apa sih ini? Aku tidak mungkin kan kalau harus menyukainya?

"Vik, temani aku ke supermarket" Ucapku berani menganggu keasikan mereka. Tampak raut wajah Harry berubah menjadi datar.

"Oh baik bos" Vika berdiri dari duduknya dan tersenyum ke arahku "Panggil Zayn, jangan bos. Cepat ikut aku" Aku berjalan mendahuluinya menuju garasi mobil. Sementara pandangan Harry tak lepas dari kami berdua. Aku tidak perduli akan setelah apa yang terjadi habis ini.

Louis POV

Aku menyudahi suapan terakhirku dan meneguk segelas air dihadapanku sementara Zayn sudah pergi duluan entah kemana kalau Liam masih asik memakan makanannya. Pikiranku masih tertuju pada Zulfah. Well, dia sangat lucu dan menggemaskan. Haha, ini terlalu berlebihan. Tapi karena Niall, moodku jadi berubah. Huh lupakan.

Aku beranjak dari dudukku dan berniat melangkahkan kakiku menuju kamarku, dengan perasaan kenyang sehabis makan aku pun memutuskan untuk menengok Zulfah dulu dan melihat apa yang dikerjakannya saat ini. Oke.

Holy crap!  Zulfah dan Niall berdansa? Berdansa? Bodoh,ya tidak salah lagi mereka sedang berdansa. Dan! Parahnya lagi dagu Niall menempel dengan lembutnya di puncak kepala Zulfah. Mereka pikir ini acara prom night? Agrh, aku benar-benar kesal.

Tunggu, kesal? Apakah aku cemburu. Ah tidak penting untuk tahu semua itu, tapi kenapa hatiku terasa memanas melihat aksi yang dilakukan mereka berdua itu?

"Louis?" Ucap Zulfah yang langsung melepaskan Niall dan menjauhinya beberapa meter. Aku di sini, hanya bisa tersenyum kecut lalu melanjutkan langkahku menuju kamarku.

"Sudahlah, apa kau mau makan?" Ku dengar tawaran Niall yang sontak membuat hatiku terasa nyeri. Peduli apa?Tidak penting. Aku hanya bisa mendengus kesal.

tudaaaaay wi apdut lagi. haha.
Ohaiiii, btw thanks banget pokoknya yang udah bela-belain mau baca ff konyol ini dan gaterasa viewnya udah 1.4. well kita berdua selaku author bener-bener ganyangka. pokoknya baca teruss yaa? lagipula pada nunggu juga kan aksi zul selanjutnya?huahaha kayanya nanti deh soalnya pada dimabuk cinta tuh hahaha.

yaudah gitu aja dulu ya xxx

sukirman & sumarno

HeartbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang