🌻PART 1

82 16 7
                                    

Katanya, bertemu dengan orang lain adalah takdir. Maka pertemuan ini adalah sebuah takdir.

~Adriti

****

Rasa kantuk yang berat membuat kepalanya berulang kali hampir terhantuk ke atas meja belajar. Sudah ia usahakan agar kedua matanya terus terjaga namun apa daya. Ia hanya manusia biasa yang ingin beristirahat sejenak.

Bugh!! Rasa kantuk tak tertahan dan kepalanya berhasil mencium kerasnya meja.

"Aww!!" Melati meringis kesakitan. Mengelus jidatnya yang memerah akibat terhantuk meja. Lebih tepatnya menghantam layar ponsel.

Seketika ekspresi wajahnya berubah. Rasa kantuknya hilang dan matanya melebar melihat ke arah ponsel. Diangkatnya benda pipih itu sambil mengecek kondisinya.

"Huft..." Melati dapat bernapas legah sebab ponselnya baik-baik saja.

Baru saja ia ingin menyimpan ponselnya, sebuah notif masuk membuatnya mengurungkan niat. Matanya terbelalak saat membaca nama sang pengirim pesan yang tertera di layar ponsel.

"Andi?! Nggak salah nih, dia ngirim pesan ke aku?" Tak mau kepedean, Melati membuang segala kemungkinan di otaknya. Dengan rasa senang tak tertahankan Melati membalas pesan lelaki itu.

Andi :
assalamualaikum.

Melati :
Waalaikumsalam.

Tanpa disadari, menjawab pesan lelaki itu membuat lekungan di bibir mungil Melati.

Andi :
Nanti ada acara nggak?

Pesan Andi membuat begitu banyak spekulasi di otak Melati. Apakah lelaki itu ingin mengajaknya ke suatu tempat. Jika iya, mudah sekali menebaknya. Tetapi Melati tidak boleh kentara, ia harus berpura-pura tidak tau.

Melati :
Enggak ada tuh. Emang kenapa?

Andi :
Nanti temenin gue ya?

Kan, apa yang Melati tebak. Memang benar 100%. Tidak meleset.

"Demi apa? Ini beneran Andi ngajak gue?" Melati tidak bisa menutupi rasa bahagianya. Bahkan rasanya kini ia ingin lompat ke langit ke tujuh.

Melati kembali membalas pesan Andi. Kali ini bukan hal yang biasa baginya melainkan sangat langkah jika lelaki itu ingin ditemani ke suatu tempat.

Melati :
Kemana?

Bukannya menjawab pertanyaan Melati, lelaki itu malah merahasiakan tempat tujuan mereka. Hal itu membuat jantung Melati berdegup beribu-ribu kalinya.

Andi :
Nanti pulang sekolah gue jemput.

Safa yang kebetulan duduk di samping Melati menatap takut dengan ekspresi temannya itu. Sedari tadi ditatap gadis itu terus tersenyum sambil menatap layar ponselnya.

Kevin yang duduk di berhadapan dengan kedua gadis itu memberi kode pada Safa dengan tatapan matanya. Safa menghendikkan kedua bahunya. Ia juga sama-sama tidak tau hal apa yang membuat temannya seperti itu.

ADRITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang