PART 22

19 9 0
                                    

Assalamualaikum, bagaimana keadaan para readers? Mudah-mudahan pada baik semua ya.

Ya udah silakan dibaca ya.

#ADriti#

"Gue dimana?" Tanya Melati yang berusaha mengingat apa yang terjadi.

"Hati-hati kak. Kakak lagi dirumah sakit." Kata Irda yang duduk disamping ranjang dimana Melati sekarang.

"Kenapa kakak bisa disini?" Tanya Melati yang mengubah posisinya duduk bersender di kepala ranjang.

"Kakak kecelakaan. Minum dulu kak." Kata Irda sambil menuangkan air ke dalam gelas.

"Makasih. Apa? Kecelakaan?" Tanya Melati terkejut setelah menerima segelas air.

Irda mengangguk.

"Andi... Dia dimana?" Tanya Melati setelah mengingat kejadian itu.

"Hem, kak Andi... hem, dia..." Irda berkata dengan gugup.

"Kenapa dengan Andi? Irda jawab kakak!" Melati meninggikan suara.

Irda tersontak kaget. Dia kemudian menghela nafas.

"Kak Andi sudah pergi." Katanya dengan satu nafas.

"Emang dia pergi kemana?" Tanya Melati panik yang masih belum mengerti.

Irda seperti berusaha menahan air mata yang sudah membendung di matanya. Melati tidak tahu ada apa dengan adiknya. Tiba-tiba Irda mendekati dirinya dan memeluk kakaknya dengan erat.

"Kamu kenapa Irda?" Tanya Melati yang heran dengan tingkah laku adeknya.

"Dia nggak bakal balik lagi kak." Irda mengeratkan pelukannya. Awalnya Melati bingung dengan apa yang Irda katakan hingga...

Deg. Melati merasa kalau waktu secara tiba-tiba terhenti mendengar apa yang Irda katakan. Melati mulai mengerti dan merasa tubuh ini menjadi lemas.

Dia terdiam dan merasakan matanya mulai panas dan mengeluarkan cairan bening.

Dia membalas pelukan adeknya. Dan menangis dalam pelukan Irda. Melati merasa kalau kepergian Andi adalah kesalahan dirinya. Andai saja dia melarang Andi untuk pergi membeli makanan, pasti tidak bakalan begini. Ini semua salah dirinya.

****

"Sudahlah Lati. Jangan ditangisi terus. Pasti dia juga ikut sedih." Ucap Safa mengusap punggung Melati.

"Iya. Dia pasti nggak mau lihat lo sedih, Lati. Biarin dia tenang disana, ikhlasin dia Lati." Sambung Cindy.

Melati terus saja menangis saat pemakaman terakhir Andi.

"Sudahlah kak." Irda menambahkan.

"Kenapa dia yang harus pergi? Kenapa nggak gue aja?! Ini semua salah gue! Gue yang nyuruh dia beli makanan di sana. Hiks... hiks..." Kata Melati yang terduduk lemas di sebelah makam Andi.

"Lo nggak salah. Lo nggak boleh bilang kayak gitu Lati, ini memang udah takdir. Ikhlasin Andi, biarin dia tenang disana." Kata Rangga pelan.

"Iya. Ini bukan salah lo." Melati masih bersih keras menggeleng. Ia merasa ini semua adalah kesalahan nya.

"Ayok kita pulang Lati." Ajak Cindy pelan yang ikut duduk disebelah Melati.

Melati menggeleng. Kevin akhirnya betindak dan menarik tangan Melati.

ADRITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang