PART 24

16 7 2
                                    

Adrian's POV.

Hari ini gue pamit pulang sama nenek gue. Gue kembali ke Jakarta.

Setelah gue sampai di Bandara Soekarno-Hatta, gue di jemput sama nyokap.

Nyokap cerita semuanya ke gue. Gue sedih dan khawatir dengan gadis itu.

Kami sampai di rumah. Gue membawa beberapa tas ke kamar. Gue membersihkan diri.

"Apa gue langsung ke sana aja ya?" Pikir gue.

Gue menuruni tangga dan menghampiri nyokap. Ternyata nyokap lagi makan di ruang makan. Ya iyalah masa di kamar mandi ngada aja si author.

"Ma, Adrian ke rumah Melati dulu ya ma."

"Iya. Eh kamu bawa apa itu?"

"Ini? Ini buat Lati ma. Ya udah aku pigi dulu ya ma." Gue mencium tangan nyokap dan pergi ke rumah Melati.

Sampai gue di rumahnya, sangat sepi. Gue mengetuk pintu.

Tok... tok... tok...

Pintu terbuka, yang membukakan adalah Safa.

"Eh lo udah datang. Masuk."

"Eh, i-iya." Gue masuk ke dalam. Ternyata udah ada beberapa sahabat Melati.

"Gimana keadaan Melati?" Tanya gue penasaran saat sudah bergabung duduk dengan mereka.

"Ya masih gitu juga. Cuma udah agak mendingan sih." Jawab Safa.

"Heem, gue mau nengok dia dulu." Gue beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamarnya.

"Hufft... Lati?" Gue mengetuk pintu. Tapi tak ada jawaban.

Gue memutarkan kenop pintu dan membukanya. Gue sedih melihatnya sekarang. Gue masuk ke dalam.

"Lati?" Gue mengampirinya.

"Adrian!!" Teriaknya dan langsung memeluk gue.

"Kamu kenapa?"

"Aku pembunuh Yan." Ucapnya lirih.

"Enggak. Kamu bukan pembunuh." Gue membalas pelukannya dan mengelus punggungnya.

"Kamu kemana aja sih selama ini?" Tanyanya saat pelukan kami merenggang.

"Sorry ya. Aku nggak pamitan ke kamu. Aku pigi ke rumah nenekku di Yogyakarta. Soalnya nenekku mendadak sakit."

"Heem, iya. Aku juga minta maaf ya. Karena aku udah marah sama kamu."

"Iya. Oh ya, kamu tau perempuan yang sama aku di taman dekat kantin?" Dia mengangguk.

"Itu sepupu aku. Namanya Febby. Dia baru aja pindah."

"Jadi bukan pacar baru kamu?" Gue terkekeh dengan pemikirannya.

"Enggak lah."

"Heem, itu apa Yan?" Gue melihat bungkusan di samping gue.

ADRITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang