#ADriti#
"Ibu ingin membagikan kelompok." Keadaan kelas menjadi senyap.
"Kelompok 1, Setya Pridanto, Keli scany, Feo Exlan, Budi fando. Kelompok 2 Derya Melati, Ferya Safa, Kevin Arzino, Fedina Cindy. Kelompok 3, Arya Dawala, Joshua Sibaro, ......"
"Sekarang Ibu kasih tugas kalian."
Skip aja ya. Ecek-eceknya udah di bagi tugasnya.
"Udah mengerti."
Teng... teng... teng....
Semua murid keluar tak terkecuali dengan mereka. Bagaimana bisa mereka tak ke kantin sementara perut minta di isi.
"Sangking bapernya sama bu Dessy. Gue jadi laper." Kevin mengelus perutnya.
"Kenapa lo kagak mesan makanan?"
"Ini juga mau pesan Saf."
"Kevin yang baik, ganteng, tolong beliin gue juga dong." Ucap Melati.
"Gue juga." Cindy tak mau kalah.
"Sama gue juga."
"Kayak biasa kan lo semua." Mereka bertiga mengangguk.
"Ya udah gue pesan dulu." Kevin pergi untuk memesan.
"Kita mau buat apa nih?"
"Ntar gue searching dulu di mbah google." Safa mengeluarkan hpnya dan mulai mencari.
"Gimana kalo yang ini." Dia mengasih lihat temannya.
"Boleh juga. Kayaknya gampang." Ucap Melati.
"Lagi bahas apaan sih?" Tanya Kevin yang baru saja datang dengan bu Anah yang membawa pesanan mereka.
"Kami lagi bahas tugas yang disuruh bu Dessy." Jawab Safa.
"Owhh... jadi udah di putusi mau buat apa?" Mereka bertiga mengangguk.
"Buat apa?" Safa menunjukan hasil penelusurannya kepada Kevin.
"Oh..."
"Tapi kita ngerjainya di rumah siapa?" Tanya Cindy yang membuat mereka berpikir.
"Gimana kalau di rumah Kevin? Setuju nggak."
"Uhukk.. uhukk... kenapa rumah gue?"
"Lo mau kagak?" Tanya Melati dengan tatapan tajamnya.
"Iya deh gue mau." Ucap Kevin lemas.
"Ya udah makan dulu. Nanti kita bahas lagi di grup ya." Ucap Melati yang dibalas anggukan mereka bertiga.
****
"Lati, gue kok jarang lihat doi ya?"
"Iya gue juga jarang ketemu dia, Saf. Dia kemana ya?"
Safa hanya mengangkat kedua bahunya. Mereka berjalan menuju gerbang depan sekolah.
"Gue duluan ya Saf." Safa mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRITI
Teen FictionMelati, sosok gadis yang tengah di mabuk cinta. Tiada seorang pun yang pernah mengajarkan arti 'Cinta' padanya. Namun Tuhan menyiapkan skenario berbeda dengan perencanaannya. Takdir berubah seketika. Perasaan dan pikiran tak lagi sejalan. Bahkan ras...