🌻PART 3

59 14 4
                                    

Udah tidak ada waktu lagi, sebentar lagi lelaki itu akan menjemputnya. Siapa lagi kalau bukan Andi. Ntah kebaikan apa yang diperbuatnya di masa lalu membuatnya kini kebanjiran kebahagiaan.

Wanita paruh baya itu sedikit khawatir melihat kecepatan makan anaknya. Berulang kali ia memperingatkan Melati agar memelankan kecepatan makannya. Namanya juga Melati, gadis yang keras kepala.

"Iya Mak." Tak pernah selaras antara ucapan dengan perbuatan.

"Kamu kenapa sih kok cepat-cepat banget makannya? Nggak kayak biasanya." Wanita itu melihat keanehan pada putrinya belakangan hari ini. Bahkan bukan hanya dirinya, Irda juga merasakan hal yang sama.

"Nanti bakalan telat Mak." Mendengar jawaban Melati membuat kening wanita itu berkerut. Sejak kapan dirinya menghargai waktu?

Dalam beberapa menit, sarapannya sudah habis. Tidak ada yang tersisa. Kalau begini, wanita itu tak perlu lagi mencuci piring karena piringanya sudah bersih mengkilap.

"Mak Melati berangkat ya." Melati tak lupa mencium tangan Sang Mama sebelum berangkat.

"Kamu sendiri?" Melati mengangguk ragu. Wanita itu menyipitkan matanya menatap sang putri sulung. Ada sesuatu yang disembunyikan oleh anaknya. "Hati-hati kalau gitu." Melati bernapas legah. Untung saja Mamanya tidak curiga dan tidak bertanya lagi.

Ia pun berjalan keluar rumah. Tapi ia masih menunggu di depan halaman rumah. Dari dalam rumah, Irda dan juga Mamanya mengintip dari balik tirai jendela. Mereka ingin mengetahui hal yang sedang disembunyikan oleh Melati.

Keduanya semakin penasaran dengan Melati sebab kini gadis itu tengah menelpon seseorang.

"Mak, sebenarnya Kak Melati itu ada apa sih? Kok kita sampe kayak gini?" Sang Mama langsung menyuruh Irda diam.

"Kamu nih ya, ntar kita ketauan. Emang kamu mau rencana kita gagal?" Irda menggelengkan kepala. "Bagus!" Keduanya kini fokus memperhatikan Melati.

Irda sebenarnya bingung. Rencana apa yang dimaksudkan Mamanya? Yang pasti kini dia juga penasaran dengan Kakaknya.

"Halo?! Dimana?"

"...."

"Ok."

Tak sampai satu zaman, sebuah motor ninja berhenti di halam depan rumah Melati.

Irda dan sang Mama langsung memfokuskan pandangan mereka pada seseorang yang baru saja datang.

"Itu siapa?" Irda menajamkan pandangnnya. Ia pun teringat kejadian kemarin saat melihat wajah lelaki itu.

"Itu cowok yang kemarin ngantar Kak Melati pulang Mak!" Sang Mama tak percaya. Apa benar anak gadisnya diantar seorang cowok. Apalagi anaknya kan jomblo.

"Kamu nggak boong kan?" Irda menggelengkan kepalanya. "Kamu kan tau Kakak kamu itu jomblo."

"Tapi bisa jadi Mak itu calon pacarnya." Sang Mama mengangguk. Ada benar nya juga yang dikatakan oleh putrinya.

Mereka berdua kini kembali menonton adegan sinetron dari balik tirai jendela.

Tanpa basa-basi, Melati langsung naik ke atas motor ninja tersebut. Motor pun melaju dengan kecepatan sedang. Tiada percakapan selama di perjalanan membuat suasana menjadi sedikit canggung. Terutama untuk lelaki itu.

Untuk memastikan bahwa gadis itu masih berada di sana, Andi memanggil namanya dan melirik melalui spion motor. Namun tak ada sahutan. Ini kali ketiga dan hasilnya masih sama.

Apa gue ada salah ya? Andi membatin.

Kini motor ninja milik Andi telah memasuki lingkungan sekolah.

ADRITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang