Melati's POV.
"Udah lo tidur aja dulu." Gue pun berbaring di kasur. Bonyok gue belum pulang, karena ada pekerjaan yang belum selesai.
Dan Daffa lagi di Bandung. Katanya nyokapnya lagi sakit.
Safa dan Cindy jadi nginap di rumah karena takut ada apa-apa sama gue. Gue mulai mengantuk dan tertidur.
Drrtt... drrrttt...
Suara itu mengganggu tidur gue. Gue meraba nakas yang terletak di samping kasur gue.
Tanpa gue lihat siapa yang menelpon, gue langsung menangkat telpon itu.
"Lo udah jadi pembunuh."
Kalimat itu terucap dari sebrang sana. Gue langsung terkejut.
"Halo? Ini siapa?" Ucap gue khawatir.
"Lo nggak usah tau. Tapi gue udah tau semuanya."
Dari mana dia tau?
"Halo?"
Tut... tut....
Sambungan telpon terputus. Gue takut, siapa dia? Siapa yang menelpon gue?
Mungkin ini hanya iseng aja. Tapi gimana kalau dia tau semuanya? Gue berjaga semalaman dengan berbagai pertanyaan yang memenuhi pikiran gue.
****
Author's POV.
Di pagi yang cerah, matahari tersenyum dan mendengar kicauan burung. Hempasan angin yang menerpa lembutnya kulit.
"Huuaam. Lati? Lo dah bangun?" Tanya Safa yang telah melihat sahabatnya itu terbangun.
Tak ada jawaban.
"Lati?"
"Huh?" Melati terkaget karena Safa menepuk pundaknya.
"Lo kenapa?" Melati menggeleng.
"Huuft... ya udah. Kalau ada apa-apa bilang ke gue kalau enggak ke Cindy. Gue mau ke bawah dulu." Melati mengangguk.
Safa keluar dari kamar dan meninggalkan Cindy yang masih terlelap dengan Melati.
"Eh kak Safa. Kak Lati udah bangun kak?" Safa mengangguk.
"Sarapannya udah siap kak. Aku tinggal dulu ya kak." Irda pergi ke kamarnya dan Safa juga pergi ke kamar Melati.
"Lati? Yuk kita sarapan dulu." Melati mengangguk.
"Ih... Si bangkong satu ini. Cin, Cin bangun!!" Ucap Safa sambil mengguncangkan tubuh gadis itu.
"Hheuuaam, apa sih?" Ucapnya dengan mata tertutup.
"Lo kagak mau sarapan? Udah siang nih." Dengan cepat Cindy terbangun dari tidurnya.
"Kalau soal makan lo cepat banget ya?" Cindy hanya nyengir saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRITI
Teen FictionMelati, sosok gadis yang tengah di mabuk cinta. Tiada seorang pun yang pernah mengajarkan arti 'Cinta' padanya. Namun Tuhan menyiapkan skenario berbeda dengan perencanaannya. Takdir berubah seketika. Perasaan dan pikiran tak lagi sejalan. Bahkan ras...