(1)

61 4 2
                                    

Alison membantu managernya memilih bahan-bahan sutera untuk dijadikan busana. setengah jam sudah mereka berkeliling di Galeria Kaufhof yang terletak di Alexanderplatz 9 , 10178 berlin.
Alison bekerja sebagai asisten manager di butik Mulberry di daerah Kurfürstendam.

Bekerja paruh waktu untuk menghidupi dirinya sendiri di kota kelahirannya ini terlalu banyak kenangan untuk dilupakan.

Kakak semata wayangnya lebih memilih tinggal di london ketimbang mengikuti dirinya yang disini.

Terkadang dia merindukan kakaknya itu yang selalu beradu argumen jika saling bertemu satu sama yang lain dan sangat keras kepala tetapi bagaimana pun sifat buruk kakaknya dia tetap menyayanginya.

" Alison , kau bisa pulang terlebih dahulu kembali ke butik aku sedang ada urusan sehabis ini dan ingat selesaikan tugasmu " ucap managernya yang diketahui bernama ghislaine millicent seperti namanya yang bermakna menyenangkan dan rajin.

" Baik , mrs. millicent " ucapku membungkukkan badan tanda patuh.

***

Bidang aku disini ialah menggambarkan sketsa-sketsa hasil ide yang aku tumpahkan ke dalam kertas kosong agar menjadikan suatu gambaran tentang busana yang indah orang menyebutnya desainer.

Mrs.millcent menjadikanku seketaris manager karna melihat mimpiku menjadi perancang busana dan keahlianku dibidang menggambar rancangan sudah selama dua tahun aku mengabdi kepada beliau dan selama dua tahun pula aku telah kembali ke jerman.

[Flashback on]

" Jangan halangi aku!!! " bentakku teriak.

" Alison , listen to me. bisa kah kau tetap tinggal denganku di london dan jangan pergi " balasnya memohon dan memegang tanganku yang penuh dengan koper.

" Entschuldigung (maaf) " aku tersenyum singkat dan langsung pergi meninggalkan.

Aku memutuskan pergi dan memilih tinggal seorang diri dijerman , aku melangkah kan kaki ke london heathrow internasional airport untuk mencari jam penerbangan dan ini sudah keputusanku yang pergi tanpa memberi kabar terlebih dahulu kepadanya yang pada akhirnya dia mengetahuinya. dadaku sesak , mataku sembab aku menangis sambil memegang dadaku.

ini terlalu berat untukku tapi aku telah berjanji bahwa aku bisa melupakan semuanya dan mencoba hidup baru dan aku pun telah berjanji bahwa aku harus menetap di kota kelahiranku agar kenangan yang pernah terjadi di kota berlin tidak akan hilang.

Aku mencintai kalian dan dia , selalu.

[Flashback off]

Tak ku sadari air mata ku jatuh menelusuri pipiku setiap aku teringat akan masa lalu yang selalu menghantuiku di mimpi atau pikiran padahal aku telah berjanji untuk melupakan semuanya tetapi aku gagal...gagal dan gagal lagi.

Waktu telah menunjukan pukul jam empat sore aku bergegas menyelesaikan pekerjaanku dan bersiap-siap untuk pergi.

***

Memasuki pintu utama yang selalu berbunyi jika ada pengunjung datang melalui lonceng yang berada terpampang diatas dengan bingkai bunga sebagai tambahannya.

Hari ini dia memilih mengenakan gaun terusan tanpa lengan berkain sutera berwarna kuning bermotif bunga dengan tas kecil dan flatshoes yang senada dengan gaunnya.

Orang berfikir mengapa dia selalu mengenakan gaun ataupun baju yang warna senada disetiap harinya , mereka berfikir dia aneh.

Duduk ditempat yang sudah menjadi favoritenya selama dua tahun dan selalu memesan secangkir moccacino baik panas ataupun dingin sambil membaca lembar demi lembar novel yang dibawanya , kali ini pilihannya jatuh
kepada karya Ken Follett: Die Tore der Welt bergenre fiksi dan dibumbui drama sejarah.

" Kann ich hier sitze? " ucapnya sopan.

Alison mendongkak kan kepalanya dan melihat siapa yang sudah memberhentikan aktifitasnya.

" Bittè " aku mempersilahkannya duduk.

" Siapa namamu? " lanjutnya lagi.

" Alison , panggil aku alison " ulangku.

" Karl Meyer , panggil aku dengan sebutan karl " balasnya tersenyum.

" Arti nama mu berani dan jantan " ucapku menjelaskan.

Dia tertawa kecil mendengarkanku menyebutkan arti nama nya.
Aku akui dia tampan dengan ciri khas berwajah jerman , rahang wajahnya terlihat kokoh , hidung mancung dan bibir tipis.

" Sedang apa kau melihatku seperti itu? aku tau aku tampan " balasnya sedikit menggoda.

Aku terkekeh pelan sebelum menjawabnya " aku hanya sedang menilai seperti apa bentuk wajahmu " ucapku tersenyum.

Orang jerman terkenal dengan penuturan yang sopan dan kaku memiliki kecendrungan frontal dan mereka lebih suka saling berkomunikasi langsung dengan menatap mata mereka yang artian kita menerima dan menyambut obrolan lawan jenis.

" Kau sering datang kesini? " ujarnya mencoba membuka suara setelah cukup lama kami berdiam diri.

" Iya dan itu sekedar menyesap secangkir kopi " ucapku yang mencoba kembali fokus dengan kegiataan awalku.

" Apakah aku menganggu mu? " ujarnya lagi yang aku yakin dia merasa aku tidak menghargai obrolan nya denganku ini.

" Maaf , bukan seperti itu dan aku harus pergi sekarang " ucapku membungkuk dan pergi meninggalkannya.

Tetapi sebelum aku pergi dia mencegahku dan meminta nomor telepon ku untuk dapat bertemu sekedar berkomunikasi atau saling sapa.

" Lain kali jika kita bertemu akan aku berikan " ucapku tersenyum kecil.

***

Don't forget vote and comment!! See you tomorrow♡♡

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang