(12)

18 4 1
                                    

Selesai membersihkan diri di kamar mandi aku langsung memakai baju polos punya karl karna tidak mungkin aku menggunakan bathrobe sedangkan ada lelaki di kamar ini.

" Bagaimana? kau terlihat segar setelah mandi " ucap karl sembari memainkan telpon gengam miliknya.

" Lebih baik daripada tadi " ucapku seraya mengeringkan rambut menggunakan anduk.

" Maaf aku tak punya hair dryer " lanjutnya.

" Tak apa , aku bisa mengeringkan rambutku menggunakan handuk " balasku.

Aku segera berjalan menuju meja yang terletak disamping tempat tidur untuk mengambil beberapa potong roti dan susu cokelat panas yang sekarang sudah hangat.

" Kau lapar? " tanya karl.

" Sedikit " ucapku sembari mulutku penuh dengan roti.

" Kau mau makan apa? biar aku memasak sesuatu untuk mengganjal perutmu itu "

" Aku bisa memasak sendiri " balasku seraya berjalan menuju pantry.

Aku melihat isi kulkas karl. ada beberapa potong wortel , selada , brokoli , ikan yang segar , daging cincang , dan beberapa makanan yang lainnya.

Mungkin aku akan memasak Gaisburger Marsch (sup rebusan daging sapi) terlihat lebih sederhana dan mudah untuk memasaknya mengingat perutku sekarang sedang lapar karna di acara pesta tadi aku sama sekali tidak mood untuk makan.

" Kau memasak apa? " tanya karl tiba-tiba mengangetkanku dari belakang.

" Astaga karl kau mengagetkanku " balasku.

" Kenapa tanganmu? " lanjutnya.

Aku segera menyembunyikan tanganku yang merah karna tidak sengaja terkena panci saat ingin mengaduk sup nya.

" Apa karna aku mengagetkanmu tadi hingga kau teledor seperti ini? " ucapnya sambil mengobati tanganku dengan betadine.

" Tak apa , hanya sedikit saja "

" Maafkan aku. " ucapnya tertunduk lemas.

" Hei kau kebanyakan minta maaf kepadaku hari ini , aku sudah bilang tak apa " balasku tersenyum.

" Biar aku saja yang melanjutkan , kau duduk lah disitu " tunjuknya ke arah tempat makan.

Aku menggangguk karna tak ingin membuatnya tambah bersalah lagi.

Sekitar lima belas menit makanan siap sudah dihadapanku , perutku minta untuk secepatnya diisi hingga rasanya aku ingin meneteskan air liurku melihat masakan yang sangat harum baunya itu.

" Kau tak makan? " tanyaku ketika sudah hampir tiga sendok makanan masuk ke dalam perutku.

" Tidak , aku masih kenyang " balasnya sambil menatap ke arahku.

" Ayo makan , aku tak ingin makan sendirian. sudah tiap hari aku menghabiskan makananku sendirian "

" Kau makan sendirian? mana orang tua mu "

Saat mendengar ucapan karl mengenai orang tua , aku langsung tersedak dan dia buru-buru memberikan ku air putih yang ada didekatku.

" Cobalah makan pelan-pelan , tak usah terburu-buru "

" Hmmm " aku mengangguk saja tak ingin membahas lebih lanjut tentang kedua orang tuaku.

Karl mencoba melihatku mencari segala sesuatu rahasia tentang diriku melalui kontak mata.

" Karl , jangan melihatku seperti itu. aku tak suka kalau lagi makan harus dilihatin olehmu seperti itu " ucapku mengelak.

" Aku hanya saja , umm-- " karl memotong ucapannya sebentar " maaf , jika aku tak bermaksud menyinggung tentang orang tua mu "

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang