(2)

27 4 2
                                    

Alison memutuskan mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya di apartment kecil miliknya. Lebih baik dia menguyurkan air hangat di tubuhnya untuk mengrilekskan pikirannya , dia melangkah ke bathroom dan menyalakan shower untuk mandi.

Hari ini banyak pekerjaan yang menuntutnya untuk menyelesaikan malam itu juga alhasil dia lembur dan balik sekitar pukul satu dini hari.

Setelah selesai menenangkan pikiran dan tubuhnya , dia memanaskan air hangat di pantry kecil yang ada di apartmentnya.

Meminum segelas susu hangat tidak buruk batinnya berucap.

Disaat dia sedang asyik meminum susunya dan membaca novelnya , handphone nya bergetar pertanda ada seseorang yang sedang menelponnya setelah melihat nama yang tertera lalu kemudian dia meangkat teleponnya.

" Kau di apartemen kan? aku kesana sekarang " tanya seseorang diujung telepon.

" Ini su--- "

Tut..tutt..tutt..

Dia ingin menjawab tetapi gagal , sambungan telpon itu terputus secara sepihak. dia frustasi menyikapi bagaimana sikap bodoh sahabatnya itu , demi tuhan! ini sudah jam dua dini hari apa yang dipikirkan sahabatnya itu.

***

" Alison buka pintu nya " teriak sahabatnya dari depan pintu.

" Ada apa denganmu? ini sudah jam berapa! " jawabku marah.

Alison memang gadis yang ramah ke semua orang tetapi berbeda dengan sahabatnya , odelie schmidt dengan odelie dia menunjukkan sisi lain yang dimilikinya.

Odelie menangis " bisa kah aku masuk terlebih dahulu disini dingin " ucapnya lembut.

Aku berhela nafas sebentar dan mempersilahkannya masuk terlebih dahulu. aku yakin dia kesini pasti ada masalah yang sedang dihadapinya , aku kenal odelie.

" Kau kenapa? apa yang terjadi pada mu sehingga seperti ini " ucapku lembut sambil menggengam tangannya berusaha memberikan kekuataan agar dia berhenti menangis.

" Aku... akuu... " oldie menghela nafas sebelum melanjutkan pembicaraannya " aku hamil "

Entah apa yang terjadi pada ku saat ini , aku mematung dan darah berdesir dengan cepat di tubuhku. apa yang ku dengar ini nyata?

Odelie mengguncang tubuhku agar aku bangun dari kenyataan yang pahit yang sulit aku cerna dalam logika.

" Alison , jawab aku " tangisnya pecah bersamaan memeluk ku erat.

" Akuu... " aku tak bisa menyambung kata demi kata , ini sulit untukku.

Odelie semakin mengeratkan pelukannya dia membenamkan wajahnya dibahuku dan dia menangis lagi sambil berusaha tersenyum melihatku mematung

" Tak apa alison , aku baik baik saja " ucapnya tersenyum tipis.

Aku hanya bisa berkata " tenangkan dirimu , tidur lah di kamar kita bisa bicarakan ini esok disaat semuanya telah tenang dan tidak bayi calon bayi aunty tidur jam seperti ini " aku menguatkan batinku agar aku tidak menangis.

Odelie mencium pipiku " maafkan aku , aku tidur dulu " dan dia meninggalkan ku di ruang tamu.

***

Pagi yang cerah untuk mengawali kehidupan baru , aku menyukai pagi dan itu membuatku senang tetapi aku lebih menyukai senja karna senja menimbulkan kesan tenang di dalam senja ada banyak kenangan dan cinta didalamnya.

Aku membangunkan odelie dan mengajaknya untuk breakfast terlebih dahulu sebelum melakukan aktifitas dan sebelum membicarakan obrolan kami yang sempat tertunda kemarin malam , aku meliburkan diri hari ini dari pekerjaan ku di mulberry hanya karna ingin menenangkan odelie.

Odelie mengusap mata nya seraya menguap , ah aku menyayangi sahabatku hanya dia yang aku miliki setelah kakakku.

" Gutèn morgen! " ucapnya mencium pipiku.

Aku tersenyum mendengarnya " too , odelie! bangun lah dan segarkan badanmu dengan air hangat yang telah aku siapkan " balasku.

Odelie langsung beranjak dari tempat tidur dan mengambil handuk di sisi kiri kamar mandi sedangkan aku beranjak pergi ke pantry untuk menyiapkan breakfast pagi ini , mungkin segelas susu panas dan beberapa potong roti dapat menemani kami di pagi hari ini.

Setelah odelie selesai mandi dia berganti baju dan menghampiriku yang telah duduk disisi kanan meja makan.

" Ah susu coklat! " ucapnya lucu.

Aku mencoba merendamkan emosiku memikirkan bahwa sahabatku sedang mengandung dan aku tidak ingin membuatnya sakit hati karna perkataanku kepadanya.

" Odelie , bisa kah kau ceritakan kepada ku bagaimana ceritanya? " tanyaku tersenyum.

Odelie mengganguk sebelum dia membuka pita suara nya untuk menjawab pertanyaanku yang ku hindari kemarin malam.

*Dia dan kekasihnya , erich becker. telah menjalin hubungan selama kurang lebih tiga tahun. mereka bertemu saat masih sekolah tahun ajaran akhir Evangelisches Gymnasium Zum Grauen Kloster di Wilmersdorf. erich meninggalkan odelie untuk melanjutkan S1 dan S2 nya di NYC melanjutkan mimpinya menjadi dokter bedah. mereka menjalin LDR hanya itu yang aku tau dan belakangan ini setelah liburan semester erich kembali ke jerman untuk menemui kekasihnya entah bagaimana kejadiannya hingga odelie hamil*

" Ketika malam itu erich menemuiku dirumah saat orang tua aku sedang tidak ada dirumah , erich sengaja datang tidak memberi tau ku bahwa dia akan datang dan membiarkan itu sebagai suprise. Malam berlangsung sangat bahagia untuk aku dan dia kami saling melepas rindu yang telah lama kami pendam hingga saat itu dimulai. erich meminta ku untuk melakukannya agar aku tetap bersamanya entahlah apa yang terjadi aku meng-iya kan kemauannya ini yang pertama kali untukku dan dia tidak memaksaku hanya saja aku memang ikhlas untuk melakukan dengannya teringat bahwa kami menjalin LDR setidaknya aku memberikan mahkota ku agar erich tidak melupakanku hingga disaat minggu ketiga setelah kepergiannya aku mengalami trimester pertama dimana aku muntah-muntah dan lesu. aku pikir aku sakit hingga di minggu keenam aku mencoba untuk memeriksanya di dokter dan ternyata dokter berkata bahwa aku hamil bukan sakit dan tidak ada yang tau selain kau , alison " ucapnya dengan sekali tarikan nafas pertanda bahwa dia menghembuskan nafas kasar.

Aku mendengarkan penuturannya dengan baik dan mencoba mencari solusi berhubung hanya aku yang mengetahuinya. aku yakin dia mempunyai alasan kenapa dia tak memberitahu yang lainnya padahal mengingat orang tua odelie menerima baik dengan erich.

Aku mencoba berbicara selembut mungkin agar dia mau jujur kepadaku " kenapa kau tidak memberi tahu mereka? " ucapku.

" Aku hanya tidak ingin mereka tahu jika mereka tahu pasti akan menyuruh erich bertanggung jawab kepada ku sedangkan mereka tahu bahwa erich sedang melanjutkan study nya , aku tidak ingin mimpinya menjadi dokter bedah batal "

Aku tau apa yang dirasakan odelie , disaat semua orang sedang membutuhkannya tetapi dia lebih memendam keinginannya demi keinginanan orang yang dia sayangi.

" Baiklah aku mengerti ucapanmu , mungkin lain kali kau bisa ceritakan tentang kehamilanmu kepada mereka setelah menurutmu siap dan selama itu aku akan tetap menemanimu hingga kau siap atau hingga anak mu lahir. aku seorang sahabatmu dan kau selalu ada untukku ketika aku kembali meingat masa lalu maka sekarang giliranku untuk membantumu "

Odelie langsung menghambur pelukannya kepadaku. membenamkan wajahnya dibahuku sambil menangis , aku berusaha menenangkannya dengan mengusap bahu belakangnya agar dia tenang.

" Mari kita jalan-jalan dan kedokter hari ini untuk menghilangkan penat di pikiranmu dan mengetahui keponakanku bagaimana disana " ucapku.

" Baiklah! aku akan bersiap , Es ist Zeit zu gehen "

***

Don't forget vote and comment!! see you tomorrow♡♡

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang