(23)

10 4 0
                                    

" Aku sangat merindukanmu juga " balas odelie memeluk tubuh erich erat.

" Sayang , nanti ya kita lanjutin acara rindu-rindu nya " ucap erich mencoba melepaskan pelukan mereka.

" Tidak mau , aku masih rindu kau erich! "

" Coba lihat alison muka nya sudah kesal " kekehnya.

Memang benar apa yang dikatakan erich , aku sedang kesal terlebih lagi melihat sikap odelie. tak tahu kah bahwa aku dan eugen memikirkan cara untuk memberi tahu erich dan dia malah bermanja-manja dengan erich. saat ini bukan kondisi yang pas untuk bermanja-manja.

" Eugen , tinggalkan mereka berdua dan kita akan menunggu mereka di dalam mobil "

Aku mengajak eugen pergi dari bandara dan menunggu mereka di dalam mobil daripada aku harus memendam rasa kesalku terhadap odelie.

" Apa yang harus kita lakukan? " ucapku geram saat aku dan eugen sudah berada di dalam mobil.

" Calm down! kita ikuti saja rencana ku "

" Kau yakin akan berhasil? "

Eugen mengangguk mantap dengan rencana yang dibuatnya. aku pun berharap rencana ini akan berjalan lancar.

Hampir dua puluh menit , aku dan eugen menunggu di dalam mobil.

" Berhentilah kau merokok! asap rokokmu kemana-mana membuatku sesak nafas " bentakku kesal.

" Kau marah-marah terus , apa ada sesuatu? "

Aku sendiri pun tak mengerti kenapa aku marah-marah tidak jelas seperti ini , bukan karna kesal dengan odelie tetapi ada sesuatu yang lain.

" Tak apa , cepat habiskan rokokmu itu! "

" Aku bosan menunggu mereka jadi lebih baik aku merokok saja " balas eugen tidak peduli.

" Hei maafkan keterlambatan kami " ucap erich sesaat tiba di dalam mobil.

" No problem " balas eugen santai " kau mau kemana? mau makan atau bagaimana? " lanjutnya.

" Aku sudah makan sebelum take off jadi lebih baik langsung ke apartement alison hmm tapi  " ucap erich terpotong " kau tak keberataankan alison , aku hanya menginap tiga hari saja " sambungnya.

" Silahkan saja erich " jawabku singkat.

Selama diperjalanan menuju apartement milikku , aku maupun eugen tidak membuka suara karna aku masih memikirkan rencana itu. eugen pun demikian , dia membuka suara saat erich menanyakan sesuatu kepadanya dan selebihnya dia diam seraya mengisap rokok miliknya.

" Alison , aku dengar kau sedang dekat sama seseorang? " tanya erich memecah keheningan antara kami.

" Kata siapa? " balasku enggan membahas lebih lanjut.

" Odelie memberi tahuku " lanjutnya dengan seulas senyuman dibibirnya hingga lesung pipinya terlihat " siapa dia? kenalkan kepadaku ".

" Hanya lelaki bodoh " .

Seketika aku ingat ternyata yang mengganjal di pikiranku adalah karl , karna dia yang telah membuatku kesal sepanjang hari ini.

***

" Maaf , apartement milikku sangatlah kecil " ucapku ke erich saat hendak membuka pintu apartement.

" Tak masalah , aku bisa tidur dimana pun " balasnya.

Aku pun melihat telepon genggam yang dari tadi tak aku sentuh , berharap ada pemberitahuan pesan dari karl mengapa dia tak datang menemuiku tadi sore.

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang