5

4.9K 674 23
                                    

Baru saja Yoongi memasuki rumah, ia merasa sudah tak betah lagi. Bagaimana tidak? Yoongi melihat ibunya bersama lelaki yang usianya mungkin setara dengan Yoongi sedang bermesraan.

Dengan sengaja, ia menjatuhkan vas bunga kesayangan ibunya.

"Min Yoongi!" Ibunya berteriak marah. "Kamu nggak tau seberapa mahal vas itu. Dasar anak kurang ajar!"

Yoongi tak menghiraukan ibunya dan terus berjalan ke kamarnya. Kemudian ia memukul samsak yang berada di kamarnya secara brutal. Menyalurkan segala rasa amarahnya ke samsak tersebut.

Yoongi mengatur nafasnya. Lalu membaringkan tubuhnya di kasur. Ditatapnya langit-langit kamarnya, terlintas wajah Seungwan yang polos. Entah mengapa ia sangat suka jika melihat Seungwan marah.

Lucu, pikirnya.

Kemudian ia bergegas mengambil hoodie serta kunci mobilnya. Ia berjalan acuh melewati ibunya yang sedang berduaan bersama lelaki itu.

Ia mengendarai mobilnya ke rumah Seungwan. Berniat mengajak gadis itu menghabiskan malamnya di studio miliknya.

Setelah sampai, ia menelpon gadis itu. Dengan sedikit paksaan, ia berhasil mengajak Seungwan.

Ia keluar dari mobil dan menunggu Seungwan di luar sambil menghisap rokok filternya. Sebenarnya, ia membutuhkan juga beberapa botol alkohol untuk menghilangkan jenuhnya masalah ibunya. Namun itu sudah tidak terlalu penting karena sudah ada Seungwan sebagai penawarnya.

Begitu Seungwan sudah keluar dari rumah, ia membuang puntung rokoknya dan menginjaknya. Tangannya ia jejalkan ke saku celananya.

Ia melihat Seungwan dari atas sampai bawah yang membuat gadis itu risih.

Tanpa mengatakan apapun, ia memasuki mobil dan Seungwan mengikutinya.

"Ada apa?" Seungwan memecahkan keheningan.

"Sunbae?" Ia kembali bertanya saat tak ada jawaban.

"Memangnya kenapa?" Yoongi menjawab pertanyaan Seungwan dengan pertanyaan lainnya.

"Nggak. Tapi Sunbae terlihat frustasi."

Yoongi membuang nafasnya kasar. "I'm okay."

Seungwan hanya mengangguk, tak berani bertanya lebih jauh.

Ketika mereka sudah sampai tempat tujuan, Seungwan takjub dengan bangunan yang ada di depannya. Sebuah studio musik.

"Suka?"

Seungwan mengangguk sambil tersenyum lebar yang membuat Yoongi terkekeh.

Dengan semangat, Seungwan masuk ke studio mendahului sang empunya studio tersebut.

Yoongi langsung menyamai jalan Seungwan yang sudah mulai lupa diri.

"Ini punya kamu?"

Yoongi mengangguk. "Punya kita tepatnya. Tapi aku yang ngebeli tanah ini. Jadi, bisa dibilang ini milik aku."

Seungwan memasuki sebuah ruangan kecil yang terlihat mewah dengan dominan warna hitam. Khas pria.

Kemudian ia milirik piano yang terletak diujung ruangan. "Kamu bisa main itu?"

Yoongi mengangguk lagi. Lalu ia menghampiri piano itu dan menekan beberapa tuts. "Kamu mau dengar?"

Seungwan mengangguk antusias. Kemudian Yoongi menyuruh Seungwan duduk di sebelahnya dan mulai menekankan jarinya ke tuts dan membentuk melodi yang indah.

Seungwan tau lagu ini. Wedding dress.

Seungwan meresapi alunan piano Yoongi dan menutup matanya sambil bernyanyi mengikuti musik.

Sampai ia baru tersadar, lagunya sudah berakhir dan ia kembali membuka matanya. Ketika ia membuka mata, ternyata Yoongi sedang menatap Seungwan lekat. Kemudian Yoongi mulai mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.

Ia menepis jarak di antara mereka dan mulai menjelajahi bibir Seungwan. Diresapinya bibir ranum itu dengan lembut.

Yoongi menekan tengkuk Seungwan untuk memperdalam ciumananya. Tangan kirinya yang bebas mulai memainkan rambut Seungwan yang terurai indah.

Yoongi benar-benar memanjakan Seungwan dengan lembut. Ia tak pernah memperlakukan wanita manapun dengan lembut terkecuali Seungwan.

Dengan sengaja, Yoongi menggigit bibir bawah Seungwan untuk memberikannya akses yang lebih. Ia mulai memainkan lidahnya di dalam mulut Seungwan. Mengabsen gigi-giginya.

Kemudian Seungwan menjauhkan wajahnya, ia sudah kehabisan nafas.

Yoongi menatap Seungwan gemas karena wajah gadis itu terlihat merona. "Kamu mau dengar lagi?"

Seungwan mengangguk.

Ia mulai memainkan lagi lagu lain yang lebih lembut, menghantarkan Seungwan ke mimpi indahnya.

Baru beberapa menit ia memainkannya, bahunya terasa berat. Ia milirik bahunya dan melihat Seungwan sudah terlelap.

Ini memang salahnya. Ia mengajak Seungwan ke studio ketika sudah jam 9 malam, dan sekarang sudah jam 11 lebih. Pantas saja gadis itu merasa mengantuk.

Ia memegang pinggang gadis itu agar tak jatuh. Lalu ia membopong Seungwan menuju ruang istirahat yang terdapat kasur. Tempat biasa ia dan teman-temannya menginap.

Memang hanya satu kasur namun berukuran besar.

Ia membaringkan Seungwan dengan hati-hati karena tak ingin mengganggu tidur Seungwan.

Ia mengecup kening Seungwan lalu membaringkan juga tubuhnya di sebelah tubuh Seungwan. Kemudian ia memeluk Seungwan menyelimuti mereka berdua.

The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang