19. D-7

4.2K 604 16
                                    

Matahari masih terlalu malas untuk unjuk gigi namun Yoongi sudah menunggu di depan rumah Seungwan sambil menggosok-gosokkan tangannya. Tak lupa sebatang rokok menemaninya dalam kedinginan.

Kemarin, hasil ujiannya sudah ditangannya. Ia mendapatkan nilai yang memuaskan dan berhasil memasuki universitas ternama di Kanada. Hari ini adalah 7 hari sebelum keberangkatannya. Ia harus memberikan kesan pada Seungwan sebelum benar-benar menjauh dari gadis itu.

Ia mengotak-atik ponselnya dan mendekatkan ponselnya ke telinganya sendiri.

"Bangun. Ayo berangkat."

Terdengar suara menguap Seungwan. "Berangkat? Kemana?"

"Mending sekarang kamu kebawah. Cepetan! Aku lagi males banget mikirin hukuman buat kamu."

"Sebentar."

Yoongi menhisap lagi rokoknya hingga tersisa beberapa senti saja. Ia membuang puntung rokok itu asal lalu menginjaknya.

Belum ada tanda-tanda kedatangan Seungwan hingga ia mengambil satu batang rokok lagi dan berniat menyalakannya dengan pemantik api.

Belum sempat ia menyalakannya, suara decitan pintu menyadarkannya. Ia menoleh dan termangu melihat sosok Seungwan dengan baju tidur bermotif olaf, rambut berantakan dan sandal berbulu.

Ia masih berdiri di ambang pintu sambil menguap dan sesekali mengusap-usap matanya.

Yoongi terkekeh lalu memasukkan rokoknya ke saku celana dan menghampiri Seungwan yang setengah sadar.

Ia merangkul bahu Seungwan dan mengacak rambut Seungwan menjadi semakin tidak berbentuk.

Ia menarik Seungwan dan menggosokkan hidung lancipnya ke pipi Seungwan karena terlalu gemas dengan gadis bermarga Son itu.

Ia memasukan Seungwan ke dalam mobil dan reaksi gadis itu tak seperti biasanya yang membatah hingga membuat Yoongi kesal. Namun sekarang ia hanya mengedip-ngedipkan matanya dan membaringkan tubuhnya ke sandaran jok karena masih terlalu mengantuk.

Yoongi yang melihat kelakuan Seungwan hanya terkekeh gemas. Seungwan bahkan sudah menutup matanya dan kembali tertidur, ia bahkan melupakan sabuk pengamannya.

Yoongi memajukan tubuhnya dan memasangkan sabuk pengaman ke tubuh Seungwan. Sebelum ia duduk dengan benar, ia mecium bibir Seungwan yang terasa menggoda sekilas.

Ia mulai menjalankan mobilnya tanpa membangunkan Seungwan. Tak lupa ia menyalakan radio di mobilnya dan mendengarkan musik-musik Urban Zakapa.

Sesampainya di tujuan, Yoongi mencubit hidung Seungwan dan mencubit pipinya gemas.

Seungwan menggeliat dan membuka matanya.

"Bangun, princess."

Seungwan mengerjap dan mulai tersadar penuh. "Ini dimana? Kok aku tidur di mobil kamu?"

Yoongi terkekeh. "Jadi tadi kamu bener-bener nggak sadar?"

Seungwan mengerutkan dahinya bingung. Lalu ia menatap spion yang terletak di atas kepalanya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat cerminannya sendiri.

Seungwan meringsut ke sandaran jok dan menyembunyikan wajahnya ke samping.

"Ayo keluar. Aku kan niatnya mau ngeliat matahari di awal Februari sama kamu."

Seungwan menggeleng. "Kamu aja sendiri."

Dengan santai, Yoongi keluar dari mobil. Seungwan melirik sedikit ketika melihat Yoongi mengitari mobilnya kemudian ia berpura-pura memejamkan matanya ketika Yoongi berdiri di samping pintu mobil.

Dia mengetuk-ngetuk pintu namun Seungwan tetap tidur dengan akting yang sangat buruk.

Kemudian terdengar suara pintu terbuka. Seungwan masih memejamkan matanya ketika Yoongi menggendongnya paksa.

Yoongi sedikit terbopoh ketika mengangkat tubuh Seungwan yang sedikit berat.

"Akting kamu jelek, olaf."

Seungwan mengerutkan dahinya ketika Yoongi memanggil namanya demikian. Ketika ia membuka mata, ia semakin malu ketika menyadari bahwa ia masih memakai baju tidurnya.

Yoongi tersenyum miring dan menjatuhkan tubuh Seungwan seketika yang membuat Seungwan merintih kesakitan.

Untung Seungwan terjatuh bukan di aspal atau bebatuan, jadi rasa sakitnya tak terlalu terasa. Ia mengusap bagian belakang tubuhnya dari pasir-pasir yang menempel.

Tunggu.

Pasir?

Ia mengerjap ketika melihat hamparan pasir di depannya. "Pantai?"

Yoongi mengangguk dan melenggangkan kakinya ke depan mobil lalu duduk didepan mobil.

Sementara Seungwan merapikan sedikit rambutnya dan menghampiri Yoongi.

Melihat Seungwan di sebelahnya, Yoongi langsung menarik lengan Seungwan dan mendudukan Seungwan di pangkuannya.

Ia memeluk Seungwan dari belakang dan mengeratkan jaketnya ke tubuh Seungwan.

"Nggak usah malu. Kamu kalau malu-malu gitu malah bikin aku pengen nerkam kamu."

Seungwan menyikut perut Yoongi dan membuat pria berkulit pucat itu terkekeh.

"Kamu ngeselin banget. Aku aja belum gosok gigi sama sekali, tapi malah diajak ke pantai kaya gini."

Yoongi menumpukan dagunya di pundak Seungwan. "Aku suka sisi kamu yang kaya gini."

Ia menghirup aroma Seungwan dan melihat jam yang melingkar di tangannya. "Sebentar lagi mataharinya muncul."

Lantas Seungwan fokus menatap arah matahari akan terbit dan memegang tangan Yoongi yang melingkar di perutnya.

Mereka diam diposisi itu, sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.

Sampai fajar tiba Seungwan dan Yoongi langsung terpanah pada pemandangan di depan mereka.

"Aku jadi inget kata-kata dari buku yang pernah aku baca."

Yoongi semakin memeluk erat tubuh Seungwan. "Apa?"

"Akan selalu ada hari-hari menyakitkan dan kita tidak tahu kapan hari itu menghantam kita. Tapi akan selalu ada hari-hari berikutnya, memulai bab yang baru bersama matahari terbit."

The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang